Baiklah

230 23 0
                                    

Sudah dua hari sejak Panca diberi tawaran bekerja untuk mengurus Pramono. Pagi ini seperti biasa Pram yang sudah agak mendingan itu sedang asik menyedot puting milik panca walau sebenarnya tidak ada apa apanya.

Ya, sudah beberapa hari ini Pram merengek untuk minta nenen kepada si panca. Karena tak tega melihat Pram yang saat itu menangis dan hampir sesak nafas, dengan segala pertimbangan akhirnya ia mau untuk menyusui Pramono.

Sedang asik merebahkan diri di ranjang milik Pramono yang muat untuk badan kecilnya begitu milik Pramono. Sedikit ia telonjak kaget, suara deheman dari seorang membuat nya menoleh.

Panca melihat seorang menggunakan jas dokter, dan lebih sialnya dia yang kemarin sempat ia tampar, mau apa kesini huu bikin mood nya memburuk saja.

Panca melakukan side eye dengan muka yang begitu julid. Ah sungguh ia kesal sekali melihat wajah sombong milik orang di depannya ini.

" Bisa kau keluar sebentar, aku ingin berdua dengan putra ku " panca berdehem dan mencoba melepaskan pangutan Pram dari putingnya. Namun apa yang terjadi? Pramono mengeram marah.

" Lihat putra anda tidak mau" orang tersebut menghela nafas panjang dan secara  sengaja menarik paksa Pramono yang sedang Nenen pada panca.

" Huwaaa/ jancok " teriak panca dan Pram secara bersamaan. BAJINGAN memang orang didepannya ini. Sungguh demi apapun pentil panca rasanya sakit luar biasa.

" Huwaaa mamama nenen huwaaa" tangis Pramono menggelegar di seluruh penjuru kamar VVIP ini. Panca hanya diam melihat dokter tersebut mencoba menenangkan Pramono.

" Sttt sayang ini Daddy Hem, Pram diam ya sttt ".

" Huwaaa nenen mamam maa "tubuh pram meliuk kesana kemari mencoba lepas dari gendongan sang ayah. Tak lupa tangan yang meraih minta digendong oleh panca Yang saat ini hanya diam menatap polah keduanya.

Panca kini berjalan menuju sofa disana. Melihat Pram yang masih berusaha terlepas dari pelukan sang Ayah. Bahkan Wajah si dokter sudah menjadi sasaran empuk bogeman Pramono yang tak main main itu.

Dengan terpaksa sang dokter menurunkan sang anak. Pramono berjalan tertatih menuju panca, meraih baju panca minta di pangku.

" Huwaa hiks mamama hiks nenen" panca yang tak tega melihat itu, meraih tubuh pram, mengarah mulut mungil si kecil pada putingnya.

Sekarang gantian sang dokter yang melihat polah keduanya. Jakun nya kini naik turun melihat ekspresi panca yang memejamkan mata tak lupa bibir bawah yang panca gigit.

Bangsat peli nya ngaceng tiba tiba

Mencoba menetralisir kegugupan dengan berdehem, hal tersebut membuat panca menoleh dan mengernyit heran melihat ekspresi seperti menahan berak saja.

Namun setelah itu ia kembali seperti semula, sungguh dia belum terbiasa. Pentilnya begitu geli. Dan ia mencoba menahan desahan dengan mengigit bibirnya.

Bajingan si dokter alias bapak nya Pramono sudah tak tahan dan melesat keluar ruangan Dengan benjolan pada celananya.

Sena yang sejak tadi mengintip dibalik pintu ruang rawat sang cucu kini tengah menahan tawa yang kapan saja siap meluncur keluar dari mulut julidnya.

Sang anak ternyata masih bisa ngaceng juga wkwk.

Setelah kepergian sang anak Sena segera masuk kedalam. Dilihat panca yang masih berada pada kondisi sebelum si dokter keluar. 

Sena tersenyum kecil. pantas saja sang anak sange orang muka panca bikin horny. " Panca" panggilan Sena membuat Panca membuka kedua matanya.

" Gimana tawaran i? Pram sudah boleh di bawa pulang, kalo you mau, sekarang bisa ikut i pulang " setelah satu malam panca memikirkan hal tersebut akhirnya ia mengangguk dan menerima tawaran sang nyonya. Lumayan lah gajinya 5jt perbulan udah dapat tempat tinggal sekalian makan.

Nanny Mommy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang