sarapan pagi

323 31 10
                                    

Jarum jam berhenti pada angka tiga. Mata Panca yang tadi terpejam erat kini sudah terbuka lebar. Pelakunya sedang asik nenen dalam gendongannya. Ya Pramono menangis meminta minum. Dibuatkan susu formula dengan mata panca yang agak susah untuk terbuka. Setelah habis malah merengek minta ngempeng nenen Panca.

Pak bos sendiri, sama sekali tak terganggu dengan suara ribut Panca dan juga pramono.

Mata Pramono kini sudah terpejam dengan mulut masih mengedot. Secara perlahan panca meletakan Pram di sisi sang Daddy. Tak lupa bantal sebagai pagar agar Pram tak terjun dari atas kasur.

Panca ini tipe orang yang kalo udah bangun bakal susah buat tidur lagi. Ya jadi dia inisiatif buat kebawah. Masak sarapan dan beres beres dikit lah. jam juga sudah menunjukkan pukul setengah lima lebih dikit. Dari pada dia bengong ngga jelas.

Kini panca sudah siap dengan apron yang melekat di tubuh mungil nya. Mencoba membuka kulkas. Hanya ada satu set untuk membuat sayur bening, daging dan telur.

Akhirnya ia putuskan membuat nasi goreng dan sup daging untuk MPASI Pram. Baru ia akan menghaluskan makanan untuk Pram. Tubuhnya berjengit kaget. Si bibi yang biasanya memasak tiba saja menepuk pundaknya pelan.

" Loh mas kok masak. Ini kan tugas saya" panca tersenyum manis.

" Santai saja bi. Tadi saya kebangun dan saya ngga bisa tidur lagi. Jadi saya masak saja dari pada saya bengong ngga jelas ". Jelas panca.

" Lain kali jangan gitu ya mas. Saya takut di marahin bapak. Tugas mas kan cuman urus dek Pram" panca tertawa pelan.

" Udah ngga papa bi. Nanti kalo pak pandu macem macem bilang saya saja. Atau ngga adukan sama mami " bibi mengangguk paham.

" Oh ya bi, bisa minta tolong siapakan ini, sekalian halusin maem buat Aru ya. Saya mau bangunin mereka dulu " bibi mengangguk.

" Semoga kedatangan mas panca bisa buat keluarga ini hidup lagi " gumam bibi dengan mata senantiasa memandang panca Yang sedang menaiki tangga.

Panca memasuki kamar milik pandu, dilihatnya dua orang beda usia kini tidur saling memunggungi. Panca bergegas menuju yang lebih kecil. Ia tepuk pelan paha si kecil dengan beberapa kali memanggil namanya.

" Adek Pram bangun sayang" Pram yang merupakan balita sensitif dengan hal kecil pun kini menggeliatkan tubuh gembul nya. Mata Boba itu mengerjap pelan. Melihat wajah sang mama. Bibir tipisnya tersenyum dengan tangan menggapai minta di peluk.

" Utut Utut cah Bagus nya mamah dah bangun ya. Pinter nya Ndak nangis" Pram terkekeh menanggapi ucapan sang mama.

" Oke sekarang adek cuci muka ya. Habis itu maem ya. Adek laper kan?. Nanti mam sup daging ya" Pram bertepuk tangan dengan gembira. Sebelum kekamar mandi panca tak lupa membangunkan sang tuan alias bapaknya Pramono.

" Pak pandu, sudah pagi. Bapak tidak kerja" seperti halnya pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Mata pandu terbuka dengan krenyitan khas akibat sinar matahari. Tadi panca sempat membuka tirai kamar tersebut.

Kini panca sudah mendudukkan Pramono di kursi bayi miliknya. Disana sudah tertata. Sup daging. Nasi yang sudah dihaluskan dan brokoli yang tadi di kukus.

" Maem sendiri ya cah bagus, adek Pram kan udah besar Tah" kegiatan panca dan pram tak luput dari penglihatan pandu. Hatinya kembali menghangat mendengar tawa bahagia dari anak semata wayangnya itu.

" Pagi " sapaan pandu membuat panca dan Pram menoleh berbarengan.

" Didi" sapa Pram riang. Panca tersenyum dan mengecup pucuk kepala Milik Pramono yang dihiasi rambut agak panjang itu.

" Wah pinternya anak Daddy. Maem sendiri ya. Maem apa itu. Brokoli sama sup daging ya" Pramono tertawa gembira ketika sang ayah mengajakku ia berbicara.

" Bapak mau makan yang mana?"

" Terserah kamu " panca dengan cekatan menyiapkan makanan untuk sang tuan.

" Ingin minum teh atau kopi?"

" Kopi saja" panca segera berjalan menuju dapur.

" Mamama" panca menoleh melihat Pramono yang akan menangis. Bayi itu pikir sang ibu akan meninggalkan dirinya.

" Hey jangan nangis ya. Mama mau ke dapur dulu ya. Maem sama Daddy oke cah bagus" Pramono mengangguk dengan senyum lebar.

*****
" Ayok Salim dulu sama Daddy" panca menuntun tangan kecil parmono untuk menyalami sang Daddy. Kini ketiganya sedang berada di teras ruma. Panca dengan Pramono dalam gendongannya. Mengantar pandu yang akan berangkat bekerja.

" Pinter anak Daddy sini cium dulu " .

" Oh ya. Ini untuk kebutuhan kamu sama Pram " pandu memberikan salah satu kartu miliknya. Panca mengerut heran.

" Ngga usah pak".

" Ambil saja. Kalo kamu sama Pram butuh apa apa. Saya tidak menerima penolakan" panca yang tak mau ambil pusing pun menerima kartu tersebut.

" Baik baik Dirumah kalian berdua. Jika ingin keluar, suruh pak Tarjo mengantar oke". Panca mengangguk.

" Hati hati pak, dada Daddy".

Selepas kepergian pandu. Panca membawa masuk Pram untuk dimandikan. Rencana setelah Param mandi ia akan membawa balita itu ke Barber shop. Untuk sedikit memangkas rambut yang sudah agak panjang itu.

Haloo gimana kabar?

Semoga baik yeee

Btw aku update yaww.

Jangan lupa untuk vote dan komen

Papay

Nanny Mommy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang