3. Kecelakaan

1 0 0
                                    

Libur semester sebentar lagi datang. Setelah melewati UAS semester 6, Caca dan para sahabatnya disibukkan dengan berbagai proyek Caradiv. Kali ini Caradiv menangani acara pernikahan salah satu selebgram pecinta kpop yang dilaksanakan di Pine hill Cibodas.

Meeting konsep akhir telah dilaksanakan tepat hari terakhir UAS. Kali ini konsep resepsi akan mengusung tema kpop dengan warna lilac menjadi warna dasar pilihan pengantin. Makanan yang tersedia nantinya juga mengangkat makanan korea yang disesuaikan dengan lidah Indonesia. Pengantin wanita menginginkan adanya sesi dance yang dilakukan para Bridesmaid dan pengantin itu sendiri, sehingga posisi dekor diatur sedemikian rupa agar tidak ada hambatan ketika dance nantinya. Dari mulai pilihan dekorasi, gaun, makanan dan lainnya sudah dipilih oleh pengantin sehingga Caradiv memiliki waktu yang sangat cukup mempersiapkan semuanya.

Karena jarak antara tempat acara dan kantor Caradiv terbilang jauh, Caca dan para sahabatnya memutuskan menyewa kontrakan mingguan untuk ditempati kru Caradiv. Walaupun Dinda, Viona dan Rachel terbilang orang yang sangat mampu secara finansial, tetapi mereka tak masalah tidur di manapun. Bahkan di awal Caradiv berdiri, mereka berempat sempat tidur di satu kamar sempit beralaskan karpet. Walaupun Papa Dion sempat marah-marah mengetahui keadaan mereka. Bagi mereka masa-masa seperti itulah yang nanti menjadi cerita indah di masa depan.

"Ca, catering udah gua hubungi buat fiksnya. Nanti mereka juga akan ngirim beberapa orang yang bakal stay ngurus makanan" ucap Viona

"Makasih Vi. Yang udah fiks gua centang ya" jawab Caca

"Dekorasi panggung sama kursi, tenda dll juga udah fiks. Cuman nyari bunga serba lilac nih yang stoknya kurang Ca. Habis ini gua tanya Papa deh punya kenalan floris apa nggak" sahut Dinda

"Kira-kira masalah penyewaan dan persediaan udah 65% lah ya. Oh iya Vi, Lo ada kenalan guru dance gitu nggak ya? Kan ini mau ada dance kpop gitu" tanya Rachel

"Temen gua ada sih yang suka kpop gitu, nanti coba gua cari tau ya" jawab Viona

"Yaudah, hari ini cukup dulu. Sekarang kita harus istirahat karena besok udah mulai pasang-pasang nih" Caca berinisiatif mencukupkan pembicaraan ini karena hari sudah semakin malam.

.....

Hawa dingin menelusuk di setiap sendi. Bagaimana tidak, hujan tak pernah berhenti sejak tadi sore. Raka yang berencana ke Cafe favoritnya bersama para sahabatnya memilih menggunakan mobil BMW yang merupakan hadiah dari Papanya minggu lalu.

Jalanan Jakarta sedikit lenggang. Mungkin karena hujan atau mungkin karena ini sudah tengah malam. Berkendara santai sembari memutar lagu Coldplay terasa damai bagi Raka. Tak jarang ia membuka sedikit jendela mobilnya merasakan hawa sejuk dan rintik hujan di luar sana. Raka sangat menyukai hujan. Entah kenapa hujan selalu membawa kenangan masa lalu yang ingin ia ulang kembali. Disaat hidup keluarganya masih sederhana.

Raka menghentikan mobilnya ketika melihat seseorang tergeletak tak berdaya persis di depannya. Tanpa menghiraukan apapun, Raka turun dari mobil menerobos derasnya hujan. Darah terus mengalir tatkala Raka mencoba menggendong seorang Bapak yang tergeletak di jalan ini. Sepertinya Bapak ini adalah korban tabrak lari dilihat dari posisi dan luka yang Raka lihat. Untungnya masih terdapat denyut nadi walaupun lemah. Dengan susah payah, Raka membawa Bapak tadi menuju rumah sakit terdekat.

Raka mencoba menghubungi nomor dipanggilan teratas di handphone yang ditemukannya. Mencoba beberapa kali hingga telefon tersambung.

"Assalamualaikum" terdengar suara maupun wanita parubaya yang menjawab

"Waalaikum salam. Maaf ibu bisa ke rumah sakit Satu hati? Pemilik handphone ini kecelakaan dan sedang di tangani oleh dokter Bu" ucap Raka

"Ya Allah Bapak. Baik nak saya akan segera kesana" suara tangisan terdengar jelas ditelinga Raka

Sembari menunggu keluarga datang, Raka mencoba menghubungi Papanya karena ditakutkan perlu mendapatkan perawatan yang lebih baik.

"Assalamualaikum Pa, bisa kerumah sakit Satu hati? Raka menemukan korban tabrak lari di jalan. Raka takut jika nanti korban perlu tindakan Pa"

"Waalaikum salam. Kamu tenang dulu. Kebetulan Papa sedang ada di dekat situ. Papa berangkat sekarang" sahut Papa Abi

Tidak butuh waktu lama sampai Papa Abi datang. Semua keperluan administrasi telah ditangani olehnya.

"Maaf apakah ada keluarganya?" Tanya dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD

"Belum datang Dok, apakah bisa di wakili oleh saya?" Jawab Papa Abi

"Baiklah jika keluarga belum datang. Silahkan bapak boleh masuk karena pasien terlihat ada yang ingin disampaikan" Papa Abi masuk setelah diperbolehkan oleh dokter

Betapa terkejutnya dia, ternyata korban tabrak lari yang ditolong anaknya adalah teman baiknya dulu.

"Ilham?" panggil Papa Abi

"A abi" jawab Ilham "Se senang bisa bertemu kembali denganmu Abi" lanjutnya

"Bertahan Ilham, akan ku lakukan segala cara agar kau bisa bertahan" ucap Papa Abi

"Ti tidak perlu Abi. Bo bolehkan aku meminta satu permintaan?"

"Dengan senang hati Ilham"

Di tengah pembicaraan antara Ilham dan Abi, istri Ilham datang dan menangis mendekati Ilham.

"Bu buk" panggil Ilham

"Iya Bapak. Kenapa Bapak bisa seperti ini?" Jawab istri Ilham

"Buk, perkenalkan ini sahabat Bapak" ucap Ilham yang langsung di sambut oleh Abi

"Saya Abi, sahabat Ilham dulu"

"Abi, boleh aku menagih perjanjian kita dulu. A aku ingin anakku bersama laki-laki dan keluarga baik yang bisa membuatnya bahagia" Ucap Ilham dengan nafas yang sangat sesak

"Baik Ilham. Jika ini permintaanmu maka aku akan berusaha mewujudkan. Tapi semua itu tergantung dari anak kita" jawab Abi

Detak jantung Ilham semakin menurun, nafasnya menderu sembari di tuntun sang istri mengucap syahadat. Malaikat maut telah menjemput Ilham tepat ketika anak perempuan satu-satunya tiba.

Caca mematung melihat kepergian ayahnya untuk selamanya. Tak ada setetes pun air mata yang keluar darinya. Hatinya membeku bagai batu. Sedikit demi sedikit Caca mendekati Ilham.

"Kenapa sih, Ayah selalu kayak gini. Pergi dan melukai hati Ibu" dinginnya

"Nak, nggak boleh gitu sama Ayah" tenang ibunya

"Kenapa Yah? Kenapa Ayah pergi tanpa memberikan Caca kasih sayang seorang Ayah!" air mata mulai turun dari mata Caca

"Caca sayang. Ayah kamu sayang sama kamu. Ayah melakukan semua itu buat kamu sayang" turut ibunya

"Ayah egois Bu. Ayah egois" Caca berlari tanpa arah meninggalkan Ibunya dan Abi disana.

Raka yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan, kali ini dia ikut berlari mengejar Caca. Raka tau Caca sedang rapuh. Di balik Caca yang sedingin kutub, tersembunyi luka yang sangat dalam.

Mereka berdua sedang di rooftop rumah sakit sekarang. Caca terduduk menangis sejadi-jadinya

"Sakit Yah, sakit. Luka dari Ayah belum Ayah sembuhin kenapa Ayah pergi" gumamnya

"Udah Ca. Doain Ayah lo ya! Ayah lo udah tenang" ucap Raka yang sekarang duduk di samping Caca

Caca hanya diam melihat Raka dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Raka membawa Caca ke pelukannya dan Caca hanya pasrah dengan perlakuan Raka.

"Luapin semua sesak yang ada di hati lo ke gua Ca" ucap Raka

"Sakit Rak sakit" lirih Caca

"Gua tau lo bisa. Serahin semuanya sama Allah. Mana Caca yang tegas itu? Mana Caca yang selalu profesional ketika kerja? Lo pasti bisa ngelewatin ini Ca" tutur Raka

"Udah ya, udahan nangisnya. Gua selalu ada di sini buat lo. Lo nggak sendiri Ca. Ada Ibu lo, sahabat-sahabat lo dan gua" Raka mengusap air mata di pipi Caca. Mereka kembali menuju ruangan Ilham ketika Caca sedikit tenang. Abi mengurus semuanya, sedangkan ibunya hanya terdiam menitihkan air mata.

KutubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang