Alvenisha | 04

22 17 32
                                    

Welcome....

Happy Reading

Jangan pernah menyepelekan hubungan dengan seorang sahabat. Karena mereka sejatinya bisa memberikan banyak pembelajaran yang baik untukku. Dan jangan juga menyepelekan arti dari kata sahabat. Karena tidak semua orang bisa kita anggap sebagai sahabat.

— — — — —

“Nggak sakit kepalanya kalo digeleng-gelengin terus?.” tanya Al yang membuat Nisha kaget bukan main. Al memegang tangan Nisha yang sedari tadi ia gunakan untuk memukul kepalanya. “Nggak sakit emang? Hmm?”

Nisha sontak menoleh ke sumber suara. Dan hal itu membuat pandangan mereka bertemu satu sama lain. Dengan posisi Al yang membungkuk dan memegangi tangan Nisha dengan tangan kanannya. Serta Nisha yang duduk di sofa dengan tangan kanan yang di pegang Al dan tangan kiri yang memegang handphone.

Tidak ada yang mengalihkan pandangannya, meski 10 detik telah berlalu. Namun tak lama kemudian, Al mengalihkan pandangannya ke kiri, begitupun dengan Nisha yang segera menutup matanya erat seraya merutuki dirinya sendiri. Al juga sudah melepaskan pegangannya dari tangan Nisha.

“Ekhem! Bunda udah bilang ke gue soal kita yang harus bagi kamar. Karna kasurnya cuman ada satu, jadi kalo lo nggak mau tidur sama gue, tidur aja di sana, biar gue aja ngalah buat tidur di sofa.”

Usulan Al sebenarnya menguntungkan bagi Nisha. Tapi entah kenapa, perasaan tidak tega itu datang lagi yang pada akhirnya membuat dia menolak usulan Al. “Nggak papa, lo tidur di kasur aja. Selagi lo nggak macem-macem, gue nggak masalah kok, buat berbagi kasur sama lo.”

Setelah mengucapkan itu, Nisha dengan cepat meletakkan handphone-nya di atas laci kemudian segera naik ke tempat tidur dan memejamkan matanya. Al yang melihat tingkah tunangannya itu tersenyum kecil. She’s so cute, pujinya dalam hati.

Al kemudian ikut tidur di sebelah Nisha. Dan tentu saja menghadap ke arah yang berlawanan. Ngikutin kata hati emang lebih baik, tapi kalo bikin jantungan kayak gini mendingan ngikutin kata jantung aja nggak, sih?

— — — — —

Dua hari telah berlalu sejak Nisha tidur satu ranjang dengan laki-laki yang sudah menjadi tunangannya itu. Dan kemungkinannya cukup kecil untuk ia temukan sang tunangan di sekolah.

Sedari ia membuka mata saat di pagi hari, banyak hal yang telah terjadi. Termasuk kejadian dimana pikiran Nisha lagi-lagi dipenuhi oleh satu orang. Siapa lagi kalau bukan, Al. Kejadian malam itu membuat Nisha selalu dibayangi oleh rasa penasaran. Penasaran dengan identitas dan isi hati seorang Al.

Nisha berangkat ke sekolah seperti biasa, yaitu diantar oleh supirnya. Tidak lupa, sebelum pergi dia sarapan dan berpamitan pada kedua orang tuanya. Dan tentunya tidak melupakan uang jajan yang biasanya membuat banyak siswa dan siswi ingin pergi ke sekolah.

Setelah 15 menit duduk di dalam mobil yang meskipun ac-nya tetap panas, Nisha akhirnya bisa bernapas lega saat sudah bisa menghirup udara segar sekolah lagi. Dia turun dari mobil, kemudian pergi menuju lantai dua gedung sekolah untuk pergi ke kelasnya, kelas X-A.

Libur dua Minggu benar-benar membuat perubahan besar di hidup Nisha. Pasalnya, dia menjadi lebih rajin saat libur karena harus membantu sang mama untuk menyiapkan acara pertunangan. Dan tidak lupa dengan statusnya yang bukan lagi seorang gadis yang single. Melainkan seorang gadis dengan tunangan yang begitu misterius tapi cool abis baginya.

AlvenishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang