[1.7k words, adegannya ngobrol santai, jadi bacanya pelan², sabar, dan di waktu luang aja]
•
Ada satu hal yang menjadi alasan Julian sampai saat ini masih bertahan dengan agenda menyukai dalam diam. Dia tidak bisa dan tidak mau mengacaukan zona nyaman Bintang.
Mundur ke beberapa waktu lalu, ketika satu bulan setelah kepanitian ospek universitas selesai.
•
Langkah Julian santai menuju warung di dekat pertigaan lorong setelah gang kostannya. Di bagian luar warung, dia mendapati teman-temannya sedang bersenda gurau, dengan beberapa jajanan dan gelas kopi terletak pada meja di tengah mereka.
"Wahh," sapa Satya, mengangkat satu tangan lalu menepuk kursi di sampingnya. "Sini, bro, udah gue pesanin kopi."
Mendudukan diri, Julian menyesap kopi hangat dan rasa nyaman mengaliri tenggorokannya. Mereka ada berlima di sini dan pandangan Julian sampai pada sosok Bintang yang berhadapan dengannya.
"Lho? Ada Bintang." Celetuk Julian, baru menyadari eksistensi sang adik tingkat.
Bintang berdecak, sedikit cemberut, "Masa' gak sadar, dari tadi gue sama Mario di sini." Julian melihat lelaki bernama Mario di samping Bintang. Mario cowok blasteran, mereka merupakan teman dari ospek jurusan dan fakultas, setahu Julian, sampai sekarang pun Bintang dan Mario masih akrab karena berada di kelas yang sama.
"Kok gak bilang kalau ke sini juga." Julian masih heran karena biasanya jika Bintang ingin ikut main dengannya, anak itu akan memberi kabar terlebih dahulu.
"Memangnya harus banget dia selalu ngabarin lo?" Tanya Satya dan Julian lupa Satya tahu tentang naksirnya pada Bintang, entah temannya itu mungkin hanya meledek, namun Julian sudah terbiasa.
"Biasanya kan gitu," pembelaan Julian.
"Gue bilang kok di chat, lo masih ngerjain tugas kali, pasti gak cek hape." Bintang menunjukkan ruang obrolan dia dan Julian di ponselnya.
"Oh iya kayaknya gue yang terlalu fokus nugas." Julian mengakui.
"Jangan terlalu maksain diri, bang, kalo lo kenapa-kenapa gue takut gak ada siapapun di kost yang bantuin." Ucap Bintang.
Julian berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya. Semenjak mulai mengenal dan dekat dengan Bintang, dia terbiasa dengan perhatian sang adik tingkat, orang-orang tahu Bintang pribadi yang peduli dan sangat ramah, tetapi itu tetap tidak menutupi bahwa Julian semakin jatuh kepadanya. Sulit, dia benar-benar layaknya pujangga yang tidak bisa hidup tanpa cintanya pada Bintang. Terkadang Julian ingin membenturkan kepalanya ketika pemikiran chessy kepada pujaan mulai terlintas.
"Ada apa lo tiba-tiba ngajak nongkrong? Ini bukan weekend." Tanya Julian pada Satya, hanya mengalihkan topik.
Satya menepuk punggung Jonathan di sampingnya, seorang cowok yang sibuk dengan ponsel, kopi di depannya terlihat belum berkurang. "Jona yang semangat ngajak, katanya bete karena lagi berantem sama ayang, giliran di sini malah sibuk main hape, kita dicuekin," jelas Satya. "Maka dari itu gue ngide ngajak Bintang, kirain nih anak bakal sibuk ternyata luang."
"Nah gue lagi sama Mario, sekalian deh ngikut." Sahut Bintang, cengirannya cerah.
"Lo penyelamat tongkrongan," balas Satya, mengangkat satu tangannya kemudian melakukan tos kepada Bintang dan Mario.
![](https://img.wattpad.com/cover/348614919-288-k365015.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let it All Out | WoongSungz/JyungBin ✔
FanfictionKalau bisa Julian juga tidak mau terjebak di zona yang dia sendiri bingung apa titlenya. Cerita Julian dan Bintang. Ketika Julian telah lama menyimpan rasa namun Bintang masih menjadi tanda tanya. Bagaimana mereka mencari tahu dan memahami perasaan...