Bintang bersyukur karena Mario masih menerima kehadirannya. Setelah dua hari dari perbincangannya bersama Julian, Bintang kembali menemui Mario, kali ini di apartemen sang sahabat.
"Kenapa lo jadi sering menjaga jarak ketika ada masalah sama bang Julian?" tanya Mario, kembali dari dapur dengan membawa segelas minuman untuk Bintang dan duduk di samping temannya, di sofa.
"Bukan maksud benar-benar menjaga jarak. Gue juga mikirin bang Julian. Memang caranya menenangkan diri dan menjauh sejenak kalau sedang ada masalah."
Alis Mario mengernyit. "So you said that he running away from the problem?"
"Bukan ... itu cara dia mengatasinya. Lagipula gue gak bisa memaksa dia untuk bicara, kami butuh waktu."
Tersenyum, ada sedikit tawa keluar dari mulut Mario. "You seems really understand him. You guys understand each other, so why you're here right now?"
Memang Bintang dan Julian telah di tahap saling mengerti, tapi tidak ketika malam itu. Julian belum mengerti Bintang. "Not at all. Dia kelihatan belum yakin sama gue." Jeda sebentar ketika Bintang meneguk minumannya. "Gue bilang kalau kita bisa mencoba. Bahkan sebenarnya bukan hanya mencoba. Gue ... juga suka dia, gue nyaman dan mau sama dia."
Mario menghela napas. Baru saja akan kembali bicara ketika suara bel apartemen menginterupsi. Hendak berdiri namun ditahan lagi oleh suara lain.
"Biar aku ajaa ... " suara lembut itu datang dari arah pintu kamar di belakang mereka. Sosok tinggi berambut pirang berjalan cepat.
Bintang sudah tahu kalau pacar Mario sedang menetap di apartemen. Dia tidak keberatan karena lelaki pirang itu setahunya baik, terlebih juga lucu.
"Kamu pesan apa? Makanan?" tanya Mario, tidak kalah lembut sembari senyuman tipis tercipta di wajahnya. Bintang tidak pernah cukup menghadapi temannya dalam mode cinta.
"Iyaa." Lelaki pirang itu kembali dari pintu depan dengan dua bungkusan di tangannya. "Ini buat kalian, kamu belum belanja lagi, kan."
"Makasih, ya."
Bungkusan berisi makanan itu diletakkan di meja hadapan Bintang dan Mario.
"Apa kabar Reyan?" tanya dan sapa Bintang.
"Baik," jawab Reyan. Tersenyum kepada Bintang bersamaan membuka bungkus dan kotak makanan, "bang Bintang gimana?"
"Baik juga."
"Bohong," celetuk Mario, sembari mengambil potongan pizza. "Lagi galau dia, masalah percintaan."
Mata Reyan yang bulat seperti boba berkedip bingung. Mengambil posisi di samping Mario kemudian mendekat. "Oh, bang Bintang udah punya pacar?"
Bintang tertawa, "Gak punya kok. Justru itu lucunya."
"Yang penting ngobrol dulu sama orangnya, komunikasi yang baik, daripada diem-dieman, yang ada hanya muncul dugaan yang belum tentu benar." Kata Reyan.
Masih lucu bagaimana Reyan menyarankan itu di saat Bintang dikenal sebagai orang yang pandai bicara dengan kemampuan komunikasi yang baik, namun kini dihadapkan pada seseorang seperti Julian, Bintang mesti lebih memahami dirinya dan juga sang kakak tingkat.
"Oke, kalian bicara lagi, aku balik kamar dulu, ya." Lanjut Reyan, menatap Mario kemudian mendapat balas anggukan dari sang pacar.
Sepeninggalan Reyan, ada hening beberapa saat ketika dua orang di sofa itu memilih menyantap makanan yang dibelikan Reyan.
"Gue gak mengira lo serius sama Reyan." Kata Bintang. Perkataan itu mengundang rasa penasaran Mario.
"Kenapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Let it All Out | WoongSungz/JyungBin ✔
FanficKalau bisa Julian juga tidak mau terjebak di zona yang dia sendiri bingung apa titlenya. Cerita Julian dan Bintang. Ketika Julian telah lama menyimpan rasa namun Bintang masih menjadi tanda tanya. Bagaimana mereka mencari tahu dan memahami perasaan...