5.1

412 60 2
                                    

Kalian mesti percaya kalau Julian dan Bintang pernah bertengkar, tidak begitu parah namun tetap meninggalkan penyesalan di diri Julian.

Pada saat itu mereka baru menjadi dekat namun Bintang masih belum begitu mengetahui bagaimana Julian ketika sedang dalam kondisi emosi tidak stabil.

Sendirian berada di pojok kantin, Julian secara tidak langsung mengusir Satya dan Jonathan karena dua temannya itu berisik ketika dirinya sedang sibuk dengan laporan praktik yang keteteran. Hal itu terjadi karena selain faktor internal dirinya, juga kendala anak-anak hima yang satu divisi dengannya melakukan kesalahan yang membuat Julian turun tangan. Ingatkan dia untuk segera menjadi anggota pasif mengingat sudah semester lima dan harus lebih fokus ke akademik.

Laporan yang ia kerjakan sekarang berkelompok namun anggotanya yang lain entah kenapa siang ini sulit dihubungi dengan berbagai alasan, padahal jika memang begitu, Julian juga bisa adu nasib dan mengatasnamakan urusannya yang lain agar bisa mengelak.

Belum lagi pagi tadi dia ditelpon adiknya perihal masalah di rumah tentang kedua orang tuanya yang berselisih dan sang ayah yang tiba-tiba pergi ke luar tanpa mengatakan apapun. Bukan pertama kali namun tetap membuat pusing karena sang adik terus menelpon dan mengirim pesan kebingungan, Julian mesti meyakinkan berkali-kali untuk sabar dan menunggu karena ayahnya memang sering begitu jika ada masalah. Julian berakhir agak membentak adiknya ketika menyuruh tenang, sadar kalau alasan adiknya panik karena menghadapi keadaan seperti itu sendirian, Julian jadi merasa bersalah.

Seolah hari ini cukup sial dan berat, Julian mau tidak mau tetap menjalaninya meski wajah sudah sangat tertekuk.

Memang benar caranya selama ini untuk tetap diam dan menyendiri ketika sedang kesal karena orang lain akan menjadi korban pelampiasannya.

"Bang Julian, halooo ... "

Menghela napas berat sambil memejamkan mata sebentar, Julian mencoba memupuk kesabarannya ketika mengenali itu suara Bintang. Dia harus menahan diri, jangan mengulangi hal yang sama seperti kepada adiknya serta Satya dan Jonathan.

"Hei." Sapa Julian seadanya.

Bintang duduk di hadapannya, sedikit maju dan melihat betapa fokusnya Julian pada laptop. "Lagi sibuk yaa. Gue boleh duduk di sini gak?"

"Boleh, tapi gue minta waktu ya, masih ngerjain laporan."

Bintang mengangguk dan beranjak untuk memesan makanan. Julian melirik adik tingkatnya yang mengantri nasi goreng lalu tersenyum tipis. Setidaknya kehadiran Bintang sedikit menaikan suasana hatinya.

Bintang menurut memberi waktu untuk Julian. Sang adik tingkat sama sekali tidak mengajaknya bicara, itu juga karena yang lebih muda sedang menyantap nasi goreng. Ketika sudah selesai pun Bintang masih diam, hanya melihat Julian dan sesekali ponselnya.

"Semangat, bang, istirahat kalau capek, ya." Kata Bintang pada akhirnya, sembari mengepalkan tangannya memberi gestur semangat.

Julian tersenyum dan mengangguk. Bintang mengeluarkan buku catatan dan terlihat mengulas kembali materi perkuliahan. Tipikal sekali, Bintang tidak suka menghabiskan waktu luang tanpa hal bermanfaat.

Sebuah teriakan membuyarkan konsentrasi mereka ketika beberapa orang datang mendekat. Julian sedikitnya kenal wajah-wajah itu sebagai orang yang pernah dia lihat bersama Bintang, teman kuliah yang lebih muda, mungkin satu kelas mungkin juga tidak.

Salah satu lelaki berambut cepak merangkul Bintang dan duduk di sampingnya. Diikuti dengan yang lain, bahkan dua orang mengambil tempat di samping Julian. Baiklah, kesabaran Julian diuji lagi.

"Kita nyariin lo taunya disini sama kating kesayangan." Kata lelaki berambut cepak, lebih seperti cibiran menurut Julian.

"Gue kan udah bilang ke kantin duluan." Jawab Bintang, wajahnya agak meringis dan sesekali melirik Julian yang kembali fokus pada laptop namun siapapun tahu Julian sedang menahan diri.

"Hai, bang Julian, kita gabung boleh kan yaa." Sahut lelaki di samping Julian, entah siapa namanya. Julian tidak menjawab tetapi lelaki itu juga tidak peduli karena setelah itu berteriak dan berkata, "ibuuu, mie tek teknya satu yaa pedass, sama es teh!" Katanya sambil melambaikan tangan.

"Sa, gak perlu teriak." Tegur Bintang.

"Btw, kelihatannya sibuk banget nih bang, kenapa gak di perpustakaan aja?" Tanya salah satu perempuan, sumpah, Julian tidak tahu siapapun nama orang-orang ini, lingkaran pertemanan Bintang yang mana lagi, sih?

"Di perpustakaan mati listrik." Jawab Julian.

"Ohh! Pantas tadi ke toilet juga gelap." Sahut lelaki berambut cepak.

"Kan yang mati listrik di perpustakaan, apa hubungannya sama toilet?" Tanya lelaki di samping Julian.

"Kan dekatan, gimana sih, bego." Jawab si perempuan.

"Gue mau pesan siomay, ah." Lelaki berambut cepak berdiri.

"Nitip es milo yaa."

"Gue juga mau tapi siomay batagor."

"Es jeruk mauu."

"Busett ribet bener laporannya, bang." Komentar sang lelaki di samping Julian, lagi dan lagi.

"Harsa, jangan banyak tanya dulu, bang Jul lagi fokus." Kata Bintang, selalu menegur.

Harsa, lelaki di samping Julian berdecak, "Iya deh, yang paling kenal bang Julian."

Julian ingin menggertak, dia kesal dan ingin marah, meluapkan kepada apapun di sekitarnya. Sudah cukup dia menahan diri karena hari yang berat, tidak perlu ketambahan eksistensi orang-orang pengganggu konsentrasi yang bahkan dia sama sekali tidak kenal.

"Es jeruk datang!" Sahut lelaki berambut cepak, mendekat dengan es jeruk dan semangkuk siomay di tangan.

"KENA LO!" Lelaki yang bernama Harsa iseng mengejutkan dan menyenggol sedikit tangan lelaki berambut cepak sampai oleng mengakibatkan es jeruk di tangannya hampir tumpah mengenai laptop Julian, meskipun sudah tumpah beberapa tetes mengenai buku pelajaran Julian.

"Hati-hati!" Seru Bintang, berdiri melihat keadaan. Wajahnya panik. Berbeda dengan Julian yang sedikit melotot namun segera berganti dengan sengit.

"Berisik!" Akhirnya Julian membentak. Sungguhan membentak walaupun tidak kuat namun tajam dan penekanan, mengundang atensi orang lain. "Berisik banget mau makan doang, kayak bocah!"

Semua yang di meja terdiam, termasuk Bintang. Julian tahu ini kali pertama yang lebih muda melihatnya kelepasan emosi. Tetapi Julian sekarang sulit, dia menahan amarahnya namun melihat raut dongo teman-teman Bintang membuatnya begitu kesal sehingga salah melampiaskan.

Mata Julian menatap Bintang, "Lo kalau mau bawa teman bilang daritadi biar gue yang pergi. Lo tahu gue lagi gak bisa diganggu. Kalau es jeruk tadi kena laptop gue gimana? Lo semua bisa ganti kerusakan dan laporan gue?" Tidak ada jawaban. Julian kini tidak mau menatap ke mata Bintang karena dia tahu itu kelemahannya, dia sudah terlanjur marah dan mungkin setelah ini akan menyesal. Membereskan barangnya, kemudian berdiri.

"Bang Julian," panggil Bintang, pelan. Dengan berat hati Julian melihat yang lebih mudah. Hatinya sakit mendapati raut bersalah di wajah manis itu. Ini bukan salah Bintang.

Mulut Julian tidak bisa berhenti ketika tidak sengaja melihat teman-teman Bintang yang juga masih terdiam. "Sudah pada gede harusnya bisa jaga sikap. Kekanak-anakan."

Bersambung.

Let it All Out | WoongSungz/JyungBin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang