Prolog

50 6 0
                                    

Batavia - 1870

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Batavia - 1870

Gertakan suara dokar berlalu-lalang di antara para londho dan pribumi yang berjalan menunduk. Pagi itu sang surya menampilkan dirinya begitu jelas dengan embun baswara yang mengisyaratkan bahwa nirmala sedang tersenyum di antara para insan-insan yang penuh dengan tekanan di kepala mereka. Di sisi lain, sebuah rumah milik keluarga bangsawan Belanda, yang putranya kini mengalir darah pribumi juga dalam dirinya, 'Issac Van Lucht'. Pun sering dijuluki dengan 'Langit'. Beliau lahir dalam gua garba seorang wanita pribumi yang berwawasan luas, serta ayahnya seorang saudagar rerempahan yang mahsyur, Hanson van Lucht.

Langit yang baru saja terbangun dari tidurnya, di sebuah kamar yang luas, berkelambu biru muda dengan ranjang jati yang terukir molek di antara sudutnya, dibalut sprai yang berwarnakan putih gading dengan nuansa satin. Ketika ia baru saja membuka matanya dan melihat dari sela jendela bahwa dirinya sudah kalah cepat dengan sang surya untuk bangun lebih dulu. Terkejut kepalang saat tau dirinya sudah selambat ini.
"Aduh, bagaimana bisa saya bangun setelat ini," sontak dia segera bangkit dan berjalan cepat menuju bilik air untuk segera bersiap. Ia segera berbenah cepat untuk segera pergi ke sekolah.

"Nak ku, sebaiknya kau segera turun, Eliza sudah menunggumu di luar!!" teriak sosok wanita yang Langit sangat hormati dan dia cintai. Dia adalah Ibunya, 'Nyi Ajeng Rahmi' seorang wanita keturunan kaum Priyayi, yang melarikan diri dari tempat tinggalnya di Semarang. Kemudian memutuskan untuk tinggal lalu menikah, dengan seorang Londho Belanda.
Eliza; adalah sosok gadis Belanda asli yang ikut dengan orang tuanya pergi ke tanah Nusantara untuk melakukan bisnis. Sejak remaja, mereka sudah berteman sangat baik, dan Eliza mempunyai kebiasaan yang sama dengan Langit atau Issac. mereka sangat senang sekali, memanusiakan para Pribumi yang bisanya mereka diperbudak oleh para londho. Termasuk juga orang tua Eliza, yang mempunyai karakter yang buruk seperti para Londho yang lain. sebuah kebetulan juga, Eliza mengeyam pendidikan di tempat yang sama dengan Langit.

Langit bersekolah dijenjang pendidikan kedokteran yang sedang ia tempuh, School tot Opleiding van Inlandsche Artsen atau yang sering dikenal dengan STOVIA, pada zaman itu. Setelah Langit selesai berbenah, ia segera berjalan cepat menuju tempat di mana Eliza menunggu. Sesampainya di luar, ia bertemu dengan Eliza yang menguncir rambut panjang coklat kehitam-hitaman milikinya, dengan meninggalkan beberapa rambut depannya tidak ikut terikat. kulit putih dan matanya yang ke Abu-abuan khas orang eropa, dengan pakaian gaun menggurai panjang, dibalut dengan warna putih gading berhiaskan renda-renda yang mengelilingi pinggang mungilnya.
"Maafkan saya, Eliza, sudah membuatmu menunggu," ucap maaf Langit pada Eliza yang sudah membuatnya menungggu di luar rumahnya.

"Sudahlah, sebaiknya mari kita segera berjalan cepat sebelum docent mulai mengajar." Ajak Eliza cepat.

"Nduk, kalian tidak akan pergi sarapan terlebih dahulu?" tawar Nyi Rahmi pada langit dan Eliza. "Maafkan aku, Bu, sepertinya kami akan melewatakan sarapan untuk saat ini".

"Baiklah, tapi setidaknya bawalah beberapa roti yang sudah ku siapkan. Makanlah sesempat mungkin di jalan nanti."Ucap ibunya, sembari memasukkan beberapa roti pada tas mereka.

"Baik, bila Ibu memaksa"

"Wees voorzichtig, Vaarwel (Hati- hati, selamat jalan)."

"Baik, Bu."

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — -

Antara Langit dan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang