Hallo, Rendra kembali
Enjoya ya
Typo tandai ya guys
*****
Tiger memasang apron hitam pekat miliknya. Sesekali menatap ke arah meja makan, melihat sang putra yang asik dengan mainannya. Ia tersenyum sekaligus terenyuh melihat Rendra berbeda dari biasanya.
Ia menghampiri putranya, mengecup pipi remaja itu. “Rendra mau makan apa, hm?” tanyanya seraya mengecek mulut anaknya.
Kunyahannya lemah, batin Tiger seraya tersenyum sendu.
“Lendla mau bubul acang ngijo,” kata anak itu.
Tiger mengerutkan keningnya, mengangkat putra sematawayangnya dengan girang. “Apa itu? Coba katakan sekali lagi pada Ayah,” ujar lelaki itu seraya mengecupi pipi gembil Rendra.
Rendra terkekeh semangat saat bulu halus habis dicukur pada janggut sang ayah bergesekan dengan pipinya, itu terasa geli omong-omong.
“Bubul, Lendla mau bubul ijo.”
Tiger terkekeh mendengar ucapan putranya, “Bubur, sayang, bukan bubul.”
“Bubul,” beo anak itu.
Helaan napas terdengar, pria kekar dengan apron di badannya itu tersenyum kecil lalu berujar, “Okey, tunggu sebentar ya. Ayah akan buatkan khusus untukmu.” Mendudukkan kembali sang anak di ruang makan.
Tiger mulai mempersiapkan semuanya sesuai permintaan Rendra. Tangan berotot yang tampak lihai dalam hal memasak menjadi perhatian utama nagi Rendra.
“Ayah,” panggil si kecil.
Tiger menoleh sebentar, melanjutkan mencuci kacang hijau. “Ada apa, hm?”
“Lendla mawu Ayah. Peluk-peluk, unhg,” balas anak itu sembari merentangkan tangannya.
Pria dewasa itu terkekeh gemas melihat perubahan suasana hati sang anak, tetap melanjutkan kegiatannya. “Nanti ya, Ayah buat bubur untuk Rendra dulu, setelah itu kita peluk-peluk, mau?”
Anggukan Tiger terima dengan gumaman lucu. “Um! otey!”
Tiger melanjutkan kegiatannya, membuat makanan kesukaan Rendra. Ia tersenyum simpul, mengingat bagaimana sulitnya ia mengurus si buah hati kala itu. Tak memiliki ibu, jauh dari sanak saudara dan lebih parahnya perusahaan miliknya hampir rata saat itu.
Tangannya dengan luwes memasukan takaran gula, santan dan semacamnya. Mencicip rasa yang tak terlalu manis baginya. Katanya, Rendra dilarang makan makanan manis oleh dokter untuk beberapa bulan ke depan. Makanya, Tiger berusaha mengurangi gula dalam makanan anaknya.
“Selesai, siapa mau mak—” perkataannya terhentinya saat melihat sang putra tertidur di atas meja makan.
Ia mendekat, meletakkan semangkok bubur kacang hijau buatannya. “Uhh, manis sekali anak ayah, oeh?” ujarnya seraya tersenyum.
Namun, senyum itu tak bertahan lama, kala ia mendengar sang putra mengigaui seseorang yang “Bunda ... peluk, mawu peluk bunda ...”
Mendadak jantungnya berdetak lebih cepat. Ia segera mengangkat Rendra untuk ia pindahkan. Menepuk punggung anaknya dengan teratur. “Ayah, hanya ada ayah, sayang. Tidak ada bunda, oke?”
***
Menghirup udara segar di pagi hari adalah hal yang menyenangkan. Ditambah dengan secangkir kopi panas dengan aroma yang memanjakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Hurt Me
FanfictionDia, anak lelaki penuh luka. Luka hati serta batinnya. Pemuda kecil yang berusaha menyelami alam mimpi dan tidak ingin bangun lagi. Dia, si pemuda kecil manja karena sebuah trauma.