Common

3.6K 39 1
                                    

"Kami minta maaf," ujar beliau menyesal. Beliau adalah Papa Bagas.

"Kami melakukannya dengan sengaja dikarenakan ulah Bagas yang buruk." lanjut beliau menundukkan kepala diikuti istrinya.

"Eum, kami menerima ini juga karena kebetulan tingkah buruk anak kami pak... Kami berencana menikahkan anak kami karena kami takut, jika anak saya ini macam-macam tidak jelas. Kebetulan, pak Winarta telpon saya. Jadi ya gitu, saya bisa bicara sama anda. Dan begitu," terang lancar papa Alea membuat papa Bagas mengangkat kepala.

"Jadi, buat pernikahan tetap sah yaa?" lontar papa Bagas dianguki papa Alea.

"Tetap sah." jawab papa Alea membuat Bagas jahil mencolek pinggang Alea diam-diam.

"Bagass," desis Alea pelan memperingatkan.

"Nanti malem gempur lagi yokk," bisik Bagas membuat Alea reflek menyikut perut Bagas.

Suara mengaduh Bagas sungguh menguar dengan refleksnya hingga pandangan berpusat padanya.

Alea menelan ludah ikutan akting bengong menatap Bagas dan Bagas yang menatap semua kalangan dengah wajah khasnya.

"Ehe, ngga papa kok... Ngga papa." meringis Bagas memegang bekas sikutan Alea.

Alea sendiri cuma mengulum bibirnya. Tersenyum melirik Bagas yang nampak kesakitan atas ulahnya.

"Syukurinn, emang enak!" ejek Alea dengan bisikan mautnya.

Bagas cuma tersenyum menatap tajam Alea, jangan lupakan sakit yang ditahannya.

"Coba aja kalo mau melarikan diri, siap-siap aja." deep Bagas ingin ketawa melihat komuk Alea yang tetiba gugup dan kikuk.

"Tolong dikondisikan, yang lainnya masih ada disini. Dikondisikan yaa," cecar mama Bagas membuat pandangan keduanya menatap suara.

Sesama meringis, hilang sudah rasa sakit Bagas.

"Yaudah, kalian berdua mandi dulu. Habis kerja mesti lelah kan? Nanti biar dianterin wedang Jahe sama bi Anin." ujat mama Bagas membuat Bagas mengernyit.

"Bi Ernanya dimana emang?" tanya Bagas menelan ludah sendiri.

Entah bagaimana dia gugup dan maluu jika mengingat Affair waktu itu, Alea sendiri sudah was was melirik Bagas.

"Oh, lagi ada cuti. Satu Mingguan mungkinn. Soalnya adá peringatan ibunya seratus hari." ujar mama beliau membuat Bagas lega sekali.

Begitupula Alea yang langsung tersenyum lega. Malu-nya masih soalnyaa.

Bagas pun bangkit menarik tangan Alea  tanpa patah kata. Mereka jalan dengan beriringan tanpa suara.

"Gas, gue duluan yak?" ujar Alea terdengar bertanya di setengah jalan.

"Mau ngapainn?" skeptis Bagas beralih merangkul Alea rapat-rapat.

"Mandinyaa," cicit Alea memikirkan hal yang tidak tidak, apalagi sewaktu mendengar Bagas tertawa. Sungguh, Alea pengen pulang aja rasanya.

"Emang mau mandi bareng yaa? Aku boleh sihh..." gumam Bagas ketawa bengek.

Sungguh, jika ditanya hobinya apa... Semisal menggoda istrinya termasuk hobi, akan Bagas katakan berhobi menggoda sang istri.

"Dih, ngeselin." ujar Alea nampak malu gugup seketika.

"Ayo ihh, kapan kita praktekk!?" celos Bagas merangkul Alea hingga membuat jantung wanita itu berhenti berdetak sedetik.

"Ihh, apaan sihh!" elak Alea menyingkirkan lengan Bagas lalu ngacir masuk kamar duluan.

Tujuannya sih mandi, tapi semisal mau mandi. Alea masih malu malu, jadinya ganti bajunya dia masih dikamar mandi.

Badboy PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang