Woeeee vote komen ya prennn 😡😡
Selamat membaca
-----------------------------------------------------------------
Setelah keluar dari rumah sakit, Chika tidak penah keluar dari rumah, kecuali untuk kontrol. Bahkan ia menunda perkuliahannya selama satu semester.
Chika belum bisa menerima keadaan yang menimpanya itu, ia selalu berdiam diri dikamar tanpa melakukan aktifitas apapun.
Hobi yang selalu ia tekuni setiap harinya, kini tak lagi ia tekuni. Setiap kali Chika melukis, ia selalu teringat kepada kedua orang tuanya, mereka yang dulu selalu menemani Chika melukis kini sudah tiada.
"Keren banget anak mama."
"Wihhhh, bagus kak!! hebat!!"
"Papa janji! akan buatin galeri lukisan buat karya karya kamu. "
Pujian-pujian itu masih selalu terngiang ngiang dikepala Chika, "Mana janji papa? yang mau buatin galeri lukisan buat Chika?" batinnya.
"Chika masih mau dengerin pujian mama yang selalu bikin Chika semangat ngelukis."
"Chika kangen..," lirihnya seraya menatap kosong bingkai foto yang berisikan foto kedua orang tuanya.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu kamar Chika, namun ia tidak bisa mendengarnya. Untung saja pintu kamarnya itu tidak pernah Chika kunci. Membuat Ashel dan Marsha tidak kesulitan untuk memasuki kamarnya.
Sudut matanya melihat pintu kamarnya terbuka, membuat Chika langsung menoleh kearah pintu,
Terlihat Ashel dan Marsha dari ambang pintu dengan menenteng berbagai macam ukuran kantung plastik.
Ashel memberikan say hai seraya tersenyum padanya. Lalu mereka berjalan mendekati Chika.
Marsha menghentikan langkahnya, menyimpan kantung plastik yang ia pegang.
"Ki-ta ba-wa se-mua i-ni bu-at lo, Chik" ucap Ashel dengan me- ngayunkan kantung plastik yang ia bawa.
Chika mengangguk paham, "Makasih."
Marsha duduk di sebelah Chika, lalu membuka satu persatu kantung plastik tersebut.
Lampu, itu yang pertama kali Marsha keluarkan, lalu memperlihatkannya kepada Chika.
Chika menatap Marsha kebingungan, "Buat apa?"
Marsha meraih handphonenya, lalu mengetik apa yang ingin ia katakan di memo, lalu ia memberikan handphonenya kepada Chika, dengan cepat Chika membacanya.
"Lampu ini bakalan kita pasang dikamar kamu, lampu ini akan memberikan sinyal, tiap ada orang yang mengetuk pintu kamar atau pintu luar, lampu ini akan menyala dan berkedip."
Ashel mendekati Chika, mendaratkan tangannya di bahu Chika, "Lo ma-u war-na a-pa lam-pu-nya?," tanya Ashel dengan telaten, mengucapkan satu persatu kata dengan perlahan.
"Merah," jawabnya cepat.
Ashel tertawa, "Lo pikir lampu alarm kebakaran," celetuk Ashel lalu mendapatkan pukulan kecil dari Marsha.
"Aduh Shaa, sakittt," ucapnya dengan masih tertawa.
Chika menatap bingung keduanya, namun ia terkekeh saat Marsha memukul Ashel.
"Jangan di dengerin Chik, bercanda mulu orangnya."
"Chika kan gabisa denger, Sha" celetuk Ashel lagi, membuat mata Marsha terbelalak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can you hear me? [ChikAra]
Teen FictionAshel dengan telaten memperhatikan gerakan tangan yang dilakukan oleh Chika, ia mencoba menjelaskan tentang apa yang terjadi hari ini dengan keterbatasan yang ia punya. Ashel tersenyum, mengangguk ngangguk paham. Setelah Chika selesai menjelaskan...