Ucapan Terima Kasih

218 64 13
                                    


Terima kasih pada para pembaca sekalian yang sudah mengikuti cerita ini sampai selesai. Tentu saja sebagai suatu karya, cerita ini tidak sempurna. Seperti pernah kujelaskan, draft ini fresh from the oven, sehingga belum disunting dan langsung kumasukkan ke Wattpad begitu selesai kuketik. Namun aku bersyukur tetap bisa menuntaskannya, lewat dukungan dan bantuan teman-teman sekalian pastinya. Banyak teman-teman yang memberi masukan dari plot maupun hal-hal teknis. Terima kasih banyak!

Sekilas cerita ini sedikit mirip dengan Stories From The Dead. Mungkin bisa dibilang masih satu tipe. Belakangna aku mencoba menulis cerita dengan tema-tema yang berbeda, dan kupikir sedikit sekali cerita yang membahas tentang kematian. Atau bahkan tidak ada.

Banyak sekali orang yang takut mati, padahal sebagai manusia, itu hal yang sudah pasti. Begitu kita lahir, tidak ada jaminan kita akan menikahi cowok/cewek yang tampan, sukses dalam karier, punya banyak uang, punya rumah megah, dll. Hanya ada satu jaminan pasti: kita akan mati. Aku berpikir, kenapa tidak menulis tentang hal ini? Dan kalau kita sudah tahu kita pasti mati, kenapa kita masih takut pada kematian?

Cukup lama memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini. Kupikir, orang-orang takut mati karena 2 hal:

Pertama, karena tidak menjalani hidup dengan baik. Jadi pada saat meninggal, merasa masih meninggalkan banyak "utang" berupa hal-hal yang belum dilakukan atau hal-hal buruk yang sudah dilakukan. Mungkin mereka menganggap kematian sebagai penyesalan, bukan istirahat.

Kedua, karena tidak tahu apa yang terjadi setelah kita mati. Untuk yang ini, kurasa tidak ada satu manusia pun yang tahu (kecuali mungkin mereka yang pernah mengalami mati suri).

Aku pun menggabungkan dua hal tersebut ke dalam cerita ini. Kurasa hidup seseorang baru bisa betul-betul bermakna kalau dipakai bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga orang lain/sesama. Ini bisa dilakukan dengan hal-hal sederhana seperti membantu orangtua, mengurus anak dengan sepenuh hati, bersedekah, dan lain-lain. Sederhananya, hidup yang tidak egois.

Sedangkan untuk apa yang menanti setelah kita mati, aku pun nggak tahu hehe. Tapi aku percaya jiwa kita abadi. Jadi kematian itu seperti "pulang ke rumah". Makanya meninggal juga bisa disebut "berpulang". Di rumah itu, orang-orang yang menyayangi kita sudah menunggu.

Kurang lebih seperti itu.

Terlalu filosofis, ya? Hahaha. Ya udah deh, nggak apa-apa. Ada yang bilang novel ini bikin mikir. Mudah-mudahan nggak berpikir berat, ya. Aku juga mikir kok pas nulisnya, makanya dibanding yang lain, pengalaman menulis ini lumayan bikin sakit kepala :P

Secara isi, novel ini cukup pendek lho, cuma 40 ribuan kata. Kurang lebih sepanjang Mendadak Cupid. Tapi entah kenapa aku merasa isinya panjang, ya. Mungkin karena topiknya cukup berat. Atau cuma perasaanku aja? Hohoho.

Kamu sendiri, apa yang kamu dapatkan dari cerita ini? Aku sangat menghargai kalau kamu mau membagikan sedikit pesan dan kesan.

Akhir kata, aku berterima kasih sekali lagi kepada kamu semua yang sudah mampir. Buat yang sudah membaca tapi belum memberi tanda bintang, mohon beri apresiasi dengan menekan tombol bintang. Semoga bisa mendapatkan sesuatu dari cerita ini. Sampai jumpa di cerita-cerita selanjutnya!

Love,

—Kai Elian.


Halte Alam Baka [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang