Trauma Masa Lalu

867 50 16
                                    

Bahkan setetes darah yang keluar harus dibayar lunas meski dengan nyawa sekalipun.

"Alleska Reisyan."

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Umpatan demi umpatan disuarakan secara lantang ketika sebuah ducati hitam berkendara ugal-ugalan menyalip kendaraan lainnya di jalan dan hampir mengakibatkan kecelakaan. Dengan keahlian berkendara dan terbiasa turun di jalanan membuatnya terlihat seperti seorang ahli, meski tak jarang hampir saja oleng karena diri yang diselimuti khawatir, dengan bibir tak henti menggumamkan sumpah serapah untuk iblis yang telah berani mencari masalah dengannya.

Sementara itu di salah satu rumah sakit. Sosok cantik sedang duduk di bangku tunggu sambil menahan diri untuk tak menangis. meyakinkan diri jika semuanya akan baik-baik saja.

Bukan saatnya bagi Azrea untuk lemah.

Azrea yang mendapat panggilan dari Eirgen sontak kaget bukan main, bahkan mangkuk sup di tangan tanpa sadar terlepas begitu saja dari genggaman. Tidak berdiam panjang seperti di dalam drama saat seorang ibu mendapat kabar bahwa anaknya mengalami kecelakaan, Azrea langsung melemparkan dua pertanyaan.

Anak-anak gue baik-baik aja 'kan, Er?

Di rumah sakit mana?

Namun, Erigen hanya bisa menjawab pertanyaan kedua karena dia sendiri juga belum bisa memastikan keadaan dua keponakannya.

Azrea dengan segala kepanikan langsung tancap gas ke alamat yang Eirgen kirimkan. Dan di sinilah dia sekarang. Sendirian karena belum lama ini Eirgen izin pergi ke toilet. Sedangkan Alleska ... Azrea sendiri juga tidak tahu ke mana suaminya itu, karena saat datang hanya ada Eirgen.

Apakah?

"AZREA!!!"

Sampai suara teriakan itu menyadarkan Ze dari lamunan buruknya. Wanita cantik pemilik mata hitam pekat tersebut berdiri bersama netra yang langsung bertabrakan dengan mata elang Alleska.

"All!" Lirihnya dengan suara bergetar, memeluk laki-laki tampan itu sangat erat. Menangis dipelukan Alleska adalah hal yang ia lakukan saat ini.

"Azkan sama Kara, All," adunya terisak. Rasanya sesak sekali mengetahui buah hatinya sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. "Aku takut," lanjut Ze tidak peduli akan jaket Alleska yang sudah basah akibat ulahnya.

Alleska masih diam. Akan tetapi, pelukan terhadap sang istri semakin mengerat, seolah tak memberi celah pada angin untuk masuk diantara mereka. Tanpa Ze tahu, Alleska sedang mengutuk dirinya sendiri karena merasa tidak becus menjadi seorang ayah.

Bagaimana bisa ia di sini sehat sedangkan keadaan kedua anaknya saja belum ada kejelasan.

Alleska berharap ini hanyalah mimpi buruk dan tolong segara bangunkan dirinya.

Tubuh jangkung Alleska mendadak melemas, bibirnya bergetar hebat bersama pelukan pada sang istri mulai mengendur.

Alleska merasa tertarik ke masa lalu. Masa-masa paling menyakitkan untuknya. Di mana ia hampir gila melihat orang yang ia sayang tergelegak mengenaskan bersimbah darah tepat di depannya. Bak terkena palu godam rasanya sakit sekali. Selain Azrea, inti Zateros dan Arvian tidak ada yang tahu jika Alleska sempat dibawa untuk bertemu psikiater.

Dan di saat itu semuanya dimulai.

Rasa sakit.

Dendam.

Semuanya!

Jerit kesakitan Azkan dan Kara bagaikan kaset rusak berputar nyaring di telinga Alleska, membuatnya ingat akan kejadian dia tahun lalu.

Rasa takut langsung menyergap, bayang ngan buruk bervisualisasi jelas dalam otak.

Kedua anaknya akan baik-baik saja 'kan?

Azkan dan Kara tidak mungkin pergi 'kan?

Demi Tuhan, Alleska sangat takut dengan yang namanya kehilangan.

"Takut, Ze," rengek Alleska dengan tubuh sudah bergetar hebat. "All takut, Ze. Banget." Dan pada akhirnya Alleska tak mampu lagi menahan. Setetes lelehan bening jatuh sebagai bukti berapa lemahnya dia sekarang.

Sadar akan perubahan Alleska ... Azrea sontak melepas pelukan, menangkup wajah Alleska dan menghadiahkan sebuah kecupan singkat di pipi pria itu.

Ada cubitan kecil di sudut hati Azrea karena untuk lagi dan lagi ia harus melihat Alleska seperti ini. Detik di mana Alleska benar-benar berada di titik terlemahnya. Hancur.

Hancur tanpa sisa.

"Hei, Alleska dengerin Ze, ya. Semuanya akan baik-baik aja. Anak-anak kita kuat, Sayang dan kamu tau itu 'kan?" Penjelasan lembut Azrea membuat Alleska tanpa sadar mengangguk, membenarkan pernyataan tersebut, mencoba menyakinkan diri jika anak mereka adalah anak-anak yang kuat.

Tidak peduli dengan tatapan orang-orang di tengah adegan menyedihkan ini Azrea membawa suaminya untuk duduk, memberinya minum yang sempat diberikan Eirgen untuk menenangkannya.

Alleska sudah seperti anak kecil penurut. Meski setelahnya kembali memeluk Azrea sebab rasa takut tak kunjung berkesudahan.

Azrea menggigit bibir bawahnya, menahan gejolak perih semakin menjalar. Percayalah jika Azrea tak sekuat kelihatannya. Ia sama seperti Alleska yang akan lemah jika sudah menyangkut buah hati mereka.

Namun, melihat sisi lemah Alleska membuatnya harus menahan dalam-dalam rasa sakit itu. Azrea tidak ingin menambah beban Azrea. Laki-laki itu sudah cukup rapuh. Hatinya hancur tak berbentuk.
Kejadian dia tahun lalu sukses mengubah hidup seorang Alleska Reisyan.

"Azkan sana Kara bakal baik-baik aja 'kan, Ze? Mereka enggak akan seperti papa yang bakal ninggalin aku 'kan?" tanyanya dengan sorot mata penuh luka mendapat jawaban iya.
"Aku liat darah mereka banyak, Ze. Papa dulu juga dan akhirnya pergi."

Cup!

"Enggak akan ada yang pergi dan enggak  ada yang akan kehilangan. Kamu percaya sama aku 'kan?"

Alleska sudah mulai merasa tenang. Air matanya sudah berhenti, meski sembab belum kunjung hilang. Setelahnya dia mengangguk begitu kecupan singkat dari Azrea mendarat tepat di kening mulusnya.

Beginilah. Pada akhirnya Azrea yang akan menjadi obat penenang untuk Alleska, menjadi sandaran terbaik, mendengarkan setiap keluh kesahnya, dan sebaik-baiknya obat di setiap rasa sakit yang Alleska rasakan.

Hanya Azrea. Azrea Kazania Queenzea, si cantik bermata hitam pekat penyuka lolipop. Ibu dari anak-anak Alleska Reisyan, si tampan penyuka biskuit bayi meski sudah tumbuh dewasa.

Sampai suara dengkuran halus hadir diantara ketenangan mereka saat ini, hal yang sukses membuat lekungan bulan sabit di bibir Azrea.
"Baby All?" panggilnya memastikan jika suaminya sudah benar-benar tidur.

Seperkian detik menunggu dan tak juga mendapat jawaban. Azrea yakin jika Alleska tertidur dipelukannya. Tangan Ze mengusap rambut halus sang pangeran mencoba memberikan kenyamanan.

"Ze tau kamu capek All, tapi dua hal, Sayang. Jangan nyerah dan jangan tinggalin aku." Setelahnya tangisan yang sejak tadi ditahan akhirnya tumpah. Tanpa mengeluarkan suara Azrea menangis sejadi-jadinya. Dinding pertahanan yang hancur tanpa sisa begitu Alleska memejamkan mata.

Terlihat baik-baik saja ternyata tidak segampang menghabiskan lima bungkus lolipop.

"Tetap di sini ya, All karena lolipop enggak akan bertahan tanpa biskuitnya."

__Alleska Biskuit and LolipopS2__





Yuk, bantu follow Ig. @Caramel_cup_cake.
Thanks.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alleska Biskuit and Lolipop-S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang