PROLOG

39 12 4
                                    

"Gue benci lo!"

Setelah mengatakan kalimat yang sangat menyayat hati itu, lantas iapun langsung melangkah pergi meninggalkan seorang wanita yang sedang menangis sesegukan diatas ranjang yang selalu menjadi saksi bisu atas rasa sakit yang diberikan oleh suaminya sendiri.

Dia adalah Haura, wanita yang dinikahi oleh seorang pria yang tak pernah mencintainya.
Ya, suaminya sangat membencinya!.

"Kamu kuat ra! kamu pasti bisa! kamu adalah wanita yang kuat!"
Hanya kalimat itu yang selalu diucapkannya untuk menyemangati dirinya sendiri, sebelum akhirnta tangannya terulur untuk menghapus air matanya dan tersenyum pada pantulan dirinya pada cermin yang ada dihadapannya.

Setelah menghapus jejak air mata yang ada diwajahnya, iapun beranjak keluar dari kamar, lalu segera turun ke lantai bawah untuk menghampiri sang bunda yang sedang berada didapur untuk membuat sarapan pagi bersama bi Minah, seorang asisten rumah tangga berusia sekitar empat puluh tahunan, wanita kepercayaan sang bunda yang sudah bekerja dirumah ini selama kurang lebih 15 tahun.

"Bunda.. " ucapnya sambil tersenyum bahagia ke arah sang bunda yang masih sibuk dengan ayam yang sedang digorengnya.

Haura selalu seperti itu, bagaimanapun kondisi hatinya karena ulah suaminya, ia akan tetap baik-baik saja dihadapan sang bunda, wanita yang sangat ia sayangi setelah kepergian sang ibu.

"Haura bantuin ya bun?" ucapnya masih tersenyum seraya tangannya bergerak mengambil nasi yang telah telah disiapkan oleh bi minah, untuk dia letakkan diatas meja makan.

"boleh sayang, bantu tata dimeja makan aja ya"

"oke bun" ucapnya sambil masih terus menata makanan diatas meja makan.

"Suami kamu mana sayang? panggil gih suruh turun kita sarapan bareng."

Deg

Haura tak tahu dimana suaminya, setelah mengucapkan kata-kata menyakitkan itu ia langsung pergi entah kemana tanpa pamit pada ayah bundanya, apalagi kepadanya.

"tadi izin keluar bentar bun, Haura juga lupa nanya mau kemana" ucapnya sambil tersenyum hambar ke arah sang bunda yang tak melihat ke arahnya karena masih sibuk dengan ayam yang baru selesai ditiriskannya.

HAURA FARHANAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang