BAB 2 : PERTEMUAN PERTAMA

20 8 11
                                    

"Sahabat itu yang selalu ada disetiap engkau membutuhkannya untuk menasehatimu disaat engkau terjatuh dalam suatu kekhilafan"
Haura Farhanah

*****

Seperti yang dikatakan Luhan semalam, pagi ini ia benar-benar berangkat ke Sulawesi untuk menjemput sangat bunda.

Sesampainya di Sulawesi, sesuai pesan dari sang bunda, ia langsung menuju ke pesantren. Setelah sampai dipesantren, ia langsung masuk guna mencari keberadaan sang bunda. Dari jauh matanya menangkap sosok wanita yang sedari tadi dicarinya. Tampak wanita itu sedang duduk di sebuah gazebo yang terletak di halaman pesantren ditemani oleh seorang gadis bercadar yang tak dikenalinya. Namun, ia sama sekali tak peduli dengan keberadaan gadis itu, karena yang terpenting saat ini hanyalah bundanya.

Lantas ia pun berjalan mendekat kearah gazebo tempat dua orang wanita itu duduk-duduk sambil terus bercengkrama ria. Terlihat jelas dari mimik wajah sang bunda yang sangat bahagia, bahkan sesekali ia tersenyum ketika melihat sang bunda yang sedang tertawa ria. Senyum yang tak pernah ditunjukkan kepada siapapun. Mungkin jika ada wanita yang melihatnya saat ini, akan dibuat sangat histeris karena ketampanannya yang bertambah karena menunjukkan senyuman manisnya.

"Bunda" Ucapnya setelah sampai disamping sang bunda.

"Sayang udah sampai. Sini deh bunda kenalin, ini Haura yang sering bunda ceritain ke kamu." Haura hanya menunduk dan enggan untuk menatap laki-laki yang ada dihadapannya.

"Haura" Panggil wanita itu pada Haura, yang membuat Haura mengangkat pandangannya guna melihat wanita itu. Dan tanpa sengaja matanya menatap mata laki-laki dihadapannya yang juga sedang menatapnya.

"Astaghfirullahal'adzim" Lirihnya dalam hati seraya kembali menundukkan pandangannya.

"Haura" Panggil sang bunda lagi karena tak mendapat jawaban dari panggilan sebelumnya.

"I-iya bunda" Ucapnya gugup.

"Kamu kenapa?"

"Nggak apa-apa kok bun." Ucapnya sambil tersenyum menghadap sang bunda.

" O ya udah, kenalin ini anak laki-laki bunda satu-satunya, Luhan." Hanya dibalas anggukan oleh Haura tanpa menoleh sedikitpun pada pria tersebut.

*****

Setelah kejadian digazebo tadi, kini Haura telah berada dikamar asramanya bersama 3 sahabatnya.

"Cie... Siapa tuh tadi? Kayaknya ada cerita menarik nih." Ungkap seorang gadis membuka pembicaraan diantara mereka.

"Siapa sih? Bukan siapa-siapa kali." Ucapnya malu-malu.

"Bukan siapa-siapa tapi kok pipinya merah gitu. Salting ya?" Godanya lagi pada Haura.

Khadijah al-Islamiyah, gadis yang paling dekat dengan Haura selama ia tinggal dipesantren. Karena mereka memang telah bersahabat hampir 6 tahun. Sejak awal Haura masuk ke pesantren sebagai santri baru, ia bertemu dengan Khadijah yang juga sama-sama santri baru saat itu. Khadijah adalah gadis asli dari Sulawesi, tepatnya berada dikota Bungku.

Jika Haura bersuku sasak, maka beda halnya dengan Khadijah yang bersuku Sunda. Ia memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan Haura. Ia adalah gadis yang sangat cerewet dan periang. Dan dia sangat pandai dalam hal menjahit. Bahkan dia memiliki cita-cita menjadi seorang designer pakaian muslim dan muslimah. Bukan hanya menjahit tapi dia juga pandai merajut, macrame, knitting, dan apapun yang bersangkutan dengan benang. Satu hal lagi, dia adalah gadis pencinta makanan. Namun, walaupun banyak makan, tubuhnya tak pernah bisa menjadi gemuk. Bahkan ia adalah gadis yang memiliki tubuh yang kurus dan tinggi.

HAURA FARHANAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang