BAB 3 : BLACK JUND

16 9 9
                                    

BISMILLAH...

"Ada saatnya semuanya akan letih dan lelah, ada saatnya semuanya akan layu dan musnah, ada saatnya semuanya akan hilang dan punah, maka beruntunglah orang-orang yang bermujahadah untuk hijrah, karena jalan menuju jannah tidaklah mudah, dan satu-satunya penolong hanyalah ALLAH"
Haura Farhanah

*****

Malam ini Luhan telah kembali ke Jakarta, dan besok pagi ia akan masuk sekolah lagi. Dia berniat untuk segera tidur karena jam sudah menunjukkan jam sebelas malam. Namun, sebelum tidur ia sempat membuka ponselnya untuk melihat chat dari sang bunda. Ternyata bunda mengirimkannya foto-foto mereka selama dipantai, lantas ia melihat foto-foto tersebut, senyumannya mengembang ketika melihat foto sang bunda yang tengah tersenyum menghadap kamera, namun seketika senyumnya menghilang ketika sampai pada foto gadis yang ia benci.

"Kenapa harus lo sih" ucapnya lalu membuang asal ponselnya dan langsung berbaring untuk tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa harus lo sih" ucapnya lalu membuang asal ponselnya dan langsung berbaring untuk tidur.

*****

Berada ditempat yang berbeda namun waktu yang sama, saat ini Haura tengah berada dikamar asramanya bersama 3 sahabatnya.

"Lulus nanti kalian mau lanjut ke mana?" Tanya Khadijah pada teman-temannya, "kalau aku sih pengennya lanjut belajar design dan kursus menjahit, sampai aku bisa jadi designer terkenal. Terus nanti kalo kalian nikah baju pengantinnya biar aku yang buatin." Ucapnya dengan semangat.

"Kalo aku nanti kuliah ambil jurusan seni biar bisa jadi pelukis terkenal, tapi kekmana nya? Aku juga pengen jadi arsitek bah. Alah bingung lah aku." Ucap Dinda frustasi sendiri. "Kalo Zazah?" Tanyanya pada Izzah. Jika bersama para sahabatnya Izzah memang akan sering dipanggil dengan sebutan Zazah.

"Teknik Informatika" jawabnya singkat. Satu hal lagi yang perlu kalian tahu tentang Izzah, ia juga sangat pandai dalam bidang yang berhubungan dengan komputer dan teknologi lainnya.

"Jutek banget sih" ucap Khadijah mendengar jawaban dari Izzah.

"Kalo Haura?" Tanya Dinda lagi pada Haura. Namun tak mendapat jawaban apapun dari sang empu, seketika mereka semua menoleh pada Haura, dan mendapatkan Haura yang tengah tersenyum melihat ponselnya.

Mereka berempat memang udah punya handphone masing-masing, karena peraturan pondok pesantren membolehkan bagi santri yang sudah kelas 3 SMA untuk membawa handphone, namun dengan syarat dan ketentuan tertentu.

"Ekhem. Liat apaan tuh senyum-senyum sendiri, sampai-sampai dari tadi kita ngomong nggak didengerin." Kata Khadijah menggoda Haura, sambil menyenggol bahu Haura yang duduk disampingnya.

HAURA FARHANAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang