"Mereka sebelumnya di sini, tapi saya tidak bisa mengejar mereka lebih jauh, Tuan."
Jaehyun menggertakkan rahang kuat, mengatup mulutnya yang akan mulai mengeluarkan sumpah serapah. Ia menelisik ke seluruh ruangan, di mana terdapat beberapa belah pakaian yang berserak di sekitar lantai serta posisi meja dan sofa yang tampak tidak sebagaimana seharusnya.
Melangkah mendekati brankas, Jaehyun dengan cepat membuka kotak itu, memeriksa sekiranya Donghyuck akan dengan licik membawa berlian langkanya bersama Mark. Namun, ia harus merasakan dadanya sesak selayak ditinju kuat. Bukan karena berlian yang hilang, melainkan sesuatu yang lain; sebuah lukisan yang tersimpan rapi di dalam sebuah map kulit, beserta sebuah catatan yang membuat urat-uratnya mengencang.
"Sekarang kau bisa menyimpanku selamanya dalam brankasmu, Jaehyun Sayang.
ㅡSeo Donghyuck"
Entah sudah berapa kali Donghyuck menyakitinya, bertindak kasar padanya, bahkan mengucap kalimat-kalimat tidak pantas padanya, dan Jaehyun masih bisa menerima lelaki itu. Namun, Jaehyun tidak bisa menahan sakit mengetahui fakta Donghyuck memilih pria lain. Bukan karena ia amat sangat mencintai Donghyuck. Ia hanya benci mengetahui bahwa Donghyuck lebih memilih Mark ketimbang dirinya yang jauh lebih unggul. Jaehyun bahkan memiliki segalanya; wajah tampan, kekayaan berlimpah, kedudukan stabil, bahkan calon suami secerdas dan semanis Donghyuck. Fakta bahwa itu semua kalah dengan Mark yang hanya seorang rakyat jelata membuat Jaehyun benar-benar marah dan tidak terima.
Jaehyun menatap lekat lukisan tubuh telanjang Donghyuck yang kini terpampang di depan wajahnya. Seiring telinganya yang memanas akibat kesal, ia meraih lukisan itu, hendak merobek benda yang dianggapnya murahan itu jika saja ia tidak memikirkan tubuh indah Donghyuck terlukis dengan apik di sana, membuat Jaehyun sedikit merasa tidak rela.
"Aku punya rencana," ucapnya kemudian kepada si pelayan.
* * *
Donghyuck kembali memandang Mark yang masih dalam keadaan terkejut sama seperti dirinya. Melihat benturan kuat pada gunung es besar yang membuat geladak besar yang mereka pijaki nyaris oleng, bukan sesuatu hal yang mampu dibanggakan, rasanya menakutkan. Dan itu bukanlah hal yang bisa dilihat setiap hari.
"Aku harus kembali dan memberitahu Ibu serta Jaehyun. Mereka harus tahu soal ini."
"Baiklah, aku akan menemanimu."
Mark menggandeng tangan Donghyuck erat, menyusupkan jari-jari panjangnya di antara jemari kecil Donghyuck, merematnya lembut, berusaha memberi lelaki manis itu kekuatan yang sangat dibutuhkan di saat-saat seperti ini. Donghyuck lantas menggumamkan ucapan terima kasih, melempar senyuman tulus pada pemuda itu sebelum akhirnya mereka melangkah meninggalkan dek atas, berjalan menuju dek Bangsawan dan mulai mencari-cari letak kamar milik Donghyuck serta keluarganya.
Baru setengah langkah menyusuri lorong panjang yang diapit oleh beberapa pintu kamar berukiran rumit yang tampak berkelas, langkah mereka sontak memelan saat melihat pelayan Jaehyun sudah berdiri beberapa langkah di hadapan mereka. Donghyuck mengeratkan genggaman tangannya pada Mark, mengisyaratkan sedikit rasa takutnya pada pemuda itu. Mengerti, Mark lantas mengusap lembut punggung tangan Donghyuck, mengisyaratkan semua akan baik-baik saja melalui kontak mata singkat mereka.
"Beruntung sekali bertemu Anda di sini, Tuan Donghyuck. Tuan Jaehyun sudah menunggu Anda."
Donghyuck mengangguk singkat sebelum akhirnya kembali menggeret tangan Mark supaya melanjutkan langkah mereka menuju kamar, membiarkan si pelayan yang mengekor di belakang mereka tanpa tahu apa yang pria itu lakukan sebelumnyaㅡmenyusupkan sesuatu dalam saku mantel Mark.

KAMU SEDANG MEMBACA
HEART OF THE OCEAN [ Bahasa ]
FanficDonghyuck adalah bangsawan yang terkekang, sampai ia bertemu dengan Mark yang mengajarkannya akan kebebasan. ---------- Disclaimer: • Retelling of T!tan!c • Bxb • Romance, drama, angst • Forbidden love, minor characters death, NSFW (🔞) • Based on T...