hallo wir, welcome to my first story👋
Tulis disini ya gimana kesan kalian pas baca cerita pertama aku
Maaf banget ini mah kalo cerita nya aga acakan, diminta kemakluman yang sangat besar pokok nya, hehe
Semoga kalian suka aminn
Be happy guys, and enjoy reading♡
*****
Untuk mereka yang pernah atau bahkan selalu berfikir bahwa cinta hanya lah guyonan yang tidak pernah dianggap serius.
Untuk mereka yang tidak percaya dengan kisah kisah romantis, juga untuk mereka yang lebih mempercayai bahwa cinta tak lebih dari fatamorgana dunia yang merugikan semata.
Dan untuk mereka yang tetap berjalan di kaki nya sendiri dengan atau tanpa campur tangan orang lain di dalam nya.
Anggap lah bersamaku adalah pelajaran, bahwa setiap pasangan butuh di akui dan di hargai. -Alika
***
Terhitung sudah ada 5 anak kelas X yang terus berlalu lalang di koridor anak anak kelas XI. Dengan seragam yang dimasukan ke dalam celana, juga dasi dan jas almamater yang terlihat begitu rapi, eh. Atau mungkin malah terlihat, cupu?
Jelas pemandangan seperti itu hanya bisa dilihat dari anak anak kelas X saja, itupun hanya sebagian karna sebagian lagi banyak yang telah meniru kakak kakak kelas mereka dengan pakaian kusut dan tidak mencerminkan anak sekolah yang sebagaimana mestinya.
Kembali pada 5 anak kelas X tadi, akhirnya setelah mungkin kurang lebih tiga kali putaran terus berjalan di lorong kelas XI mereka akhirnya berhenti dan duduk tepat di anak tangga di samping kelas bertulisan, XI MIPA 1.
Pergerakan mereka itu tentu tidak lepas dari pandangan salah satu siswi penghuni kelas XI MIPA 1, dari awal mereka menginjakan kaki di lorong tersebut hingga akhirnya sekarang mereka duduk di tangga.
"Yang pake sweater merah saha?"
Riska mengikuti arah tunjuk mata itu kepada salah satu dari 5 anak kelas X di depan mereka. Bersweater merah dan duduk di antara ke empat teman nya yang memakai jas almet tentu membuat nya terlihat berbeda dan sedikit menarik.
"Ketos baru bukan sih? kan yang minggu kemarin demo ke kelas kita tuh dia sama wakil nya, cewe" balas riska sedikit memperhatikan adik kelas yang dia yakini adalah ketua osis baru di sekolah mereka
Alika tersenyum sembari sedikit menganggukan kepala nya, ntah dorongan dari mana tapi demi apapun ini adalah detik detik alika melakukan hal gila yang akan dia sesali di kemudian hari.
"Manis, lumayan" riska menatap alika yang saat itu mata nya sedang fokus menatap adik kelas bersweater merah itu sembari tersenyum, senyuman yang menurut nya adalah senyuman yang sangat mencurigakan.
Riska membulatkan mata nya saat tiba tiba alika berjalan dan menghampiri adik kelas yang dia ketahui adalah ketua osis di sekolah mereka. "Bukan temen gue" Riska mengumpat dalam hati, saat melihat alika menyodorkan hp ke depan wajah adik kelas mereka itu
"Ketua osis ya?" kelima anak kelas X itu kompak menoleh ke belakang ke arah sumber suara. Terlihat disana alika tersenyum sembari mata nya menatap adik kelas bersweater merah yang juga tengah menatap tepat ke mata alika
"Iyaa teh"
Riska menggelengkan mata nya menatap teman gila nya, alika. "Minta nomor nya dong, boleh kan"
Terasa begitu cepat, semua orang yang ada disana tidak melepaskan tatapan nya kepada alika yang dengan mudah nya menyodorkan hp meminta nomor WhatsApp kepada seorang adik kelas yang notabenya adalah murid baru di sekolah itu.
"Maaf teh?" Alika tersenyum menampilkan deretan gigi rapi nya, dan tak lupa dengan pipi bulat nya yang ikut membesar memberikan kesan anggun dan lucu secara bersamaan. "Minta nomor nya boleh kan?" Sekali lagi alika mengulang kalimat permintaan nya itu. Dan kali ini dengan tangan yang sedikit bergetar adik kelas bersweater merah itu mengambil hp di tangan alika dan mengetikan beberapa angka disana
Sontak melihat itu, alika maupun riska tersenyum. Di dalam hati riska berkata bahwa teman nya yang satu ini memang ga ada dua. Sangat sangat diluar perkiraan.
"Makasih, tapi nama nya siapa?" tanya alika, sesaat setelah adik kelas itu mengembalikan hp nya dan terlihat deretan angka tertera disana
"Fadlika savian altezza, kelas X Ips 2"
Fadlika, tersenyum kaku saat kaka kelas perempuan nya ini tersenyum pada nya. Senyuman pertama di hari Rabu yang menurut nya adalah senyuman paling manis yang dia lihat.
"Salam kenal ya, fadlika. Dari aku, alika. Kaka kelas kamu yang ruang kelas nya berada tepat di samping tangga ini" Alika berujar menuntun riska pergi dari sana, meninggalkan fadlika dan keempat teman nya yang masih terlihat bingung dan tidak menyangka dengan apa yang terjadi barusan.
***
Gimana prolog nya?
sampai jumpa di BAB 1🙌
Terimakasih udah baca♡