Operation Breakup 4

6.5K 972 188
                                    

Raline

Aku bangun lebih awal dari Kalingga. Semalam adalah malam yang panjang untuk kami berdua. Setelah aku menutup pintu kamar, ia datang kembali mengonfrontasiku. Aku tahu ia mulai kebingungan dengan apa yang aku rencanakan.

Sejujurnya aku tak mau melakukan ini. Di mana memang benar kata Kalingga, siapnya kami mempublikasi hubungan kami harus memiliki persetujuan dari aku dan dia.

Ini memang keputusan implusif. Lebih tepatnya aku ambil karena rasa takut aku kehilangan dia.

Bukannya aku tak tahu kalau aku bodoh karena bertahan dengan lelaki yang sudah tak menginginkanku. Tapi, karena aku masih memiliki harapan kalau hubungan ini bisa aku selamatkan.

Kalingga bilang ia bosan.

Aku akan membuat hubungan ini membuat ia tak lepas memikirkanku.

Kami jelas tahu konsekuensi atas mulai terbukanya hubungan kami.

Ia akan dikenal sebagai kekasihku.

Orang-orang yang mengenal siapa aku, pasti akan tahu siapa Kalingga.

Power abuse. Aku tahu apa yang aku lakukan. Dan aku tak menyesal melakukan ini demi menyelamatkan hubunganku sendiri.

Sekarang, Kalingga boleh mengatakan apa yang aku lakukan akan sia-sia saja, karena perasaan tak bisa dipaksakan.

Tapi, aku memaksa. Sifat jelekku yang mengingingkan apa yang aku inginkan harus terwujud.

Selesai mandi, aku sibuk memastikan barang bawaan Kalingga. Ia hanya membawa dua koper dengan isi pakaian dan perlengkapan pribadinya. Segala obat-obatan seperti minyak angin, koyo, obat asam urat, tolakangin, serta obat kumur khusus ia stok hampir memenuhi setengah kopernya.

Aku tertawa kecil melihat isi kopernya.

Setelah itu aku keluar kamar dan membuat sarapan sederhana seperti roti bakar untuknya. Aku memang belum pandai memasak makanan berat, karena aku masih belajar. Sejauh ini makanan berat yang sudah pandai aku lakukan hanya memasak spaghetti aglio o lio saja. Karena hanya pasta itu yang berhasil membuat Kalingga makan dengan lahap dalam satu kali percobaan.

Aku melirik jam di dinding setelah selesai membuat sarapan untuk kekasihku, pesawatnya akan berangkat selesai jam makan siang dan aku masih memiliki waktu mengantarkannya.

Ponselku berdering saat aku menyalakan data selulerku. Pesan dari Rene dan Astrid masuk lebih banyak daripada biasanya.

Kemarin aku sudah bercerita dengan Rene soal aku ingin mempublikasikan hubunganku dengan Kalingga karena kami memiliki permasalahan kecil. Aku tak menceritakan keseluruhannya karena sejujurnya aku takut kalau Rene akan berpihak pada Kalingga karena aku terlalu memaksa.

Rene memberiku saran kalau aku harus memulai publikasi ini dengan sendirinya. Bukan dengan gebrakan di media sosial.

Karena itu, aku berpikir aku akan memulai dengan tampil bersama Kalingga di tempat umum.

Bandara.

Ya, itu tempat yang pas.

Aku akan mengantar kekasihku. Memeluknya sebelum ia masuk dan pergi. Lalu, orang-orang akan melihat kami dan semoga saja ada yang memfoto kami atau membocorkannya ke akun gossip.

Setelah itu, aku tinggal membenarkan semua tuduhan tentang hubungan kami.

Aku tak sabar.

Rasa tak sabarku membuatku lupa kalau semalam Kalingga mengatakan dengan keras kalau perasaannya sekarang begitu datar terhadapku.

Short Story IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang