5. Kesepakatan

48.1K 1.8K 66
                                    

Sepeninggalan Vivianne, aku tenggelam dalam perang batin mendalam. Pikiranku saling bertempur antara satu sama lain.

Penawarannya membuat galau luar biasa. Di satu sisi otakku setuju untuk menerima tawarannya, melibatkan diri dalam apapun bisnis cerdas dan menikmati ‘pertukaran’ yang akan aku dapatkan.

Sisi ini mengatakan jika uang bukanlah segalanya, tapi ego yang terpuaskan adalah keuntungan terbaik dari bisnis bersama Vivianne.

Sementara belahanlain dari pikiranku mencerna resikonya dengan seksama. Aku belum pernah menerima proposal kerja sama dengan jaminan akses bebas ke tempat tidur sebelum ini.

Orang terbodoh dalam bisnispun akan mengatakan itu adalah penawaran yang tidak masuk diakal pebisnis waras manapun.

Pada akhirnya perang batin, keinginan untuk memiliki kuasa atas tubuh Viviane menang dengan telak setelah aku melakukan voting pada setiap inci anggota tubuhku.

Ini memang kedengarannya konyol dan tolol, tapi ini perlu kulakukan untuk membuat keputusan. Aku menginventarisir seluruh anggota tubuhku dan menanyai dalam hati seberapa inginnya mereka merasakan tubuh Vivianne.

Jariku menyahuti dengan keinginan untuk menari bebas diatas inci demi inci kulit Vivianne.

Mataku berkata, ‘puaskan rasa penasaranmu.’

Hidungku bicara ‘puaskan dirimu dengan aroma vanilla lychee.’

Sebagian besar anggota tubuhku menginginkannya. Hanya logika dari otak kanan saja yang menolaknya dengan separuh pikiran.

Jadi kuputuskan untuk menerima penawarannya, sesegera mungkin.

Aku menghubunginya tepat tengah malam, hanya untuk menemukan suara berisik yang menjelaskan padaku kalau Vivianne sedang bersenang-senang selagi aku galau.

“Kau dimana, Nona?” tanyaku sambil menahan nafas dengan dada sesak. Bayangan tubuh seksinya meliuk-liuk dalam pelukan laki-laki lain sangat mengganggu.

“Ini siapa?” pertanyaanku disambut oleh suara tawa cekikikan, aku yakin seseorang tengah menggodanya.

Menggigit daun telinganya, mungkin.

Tidak, aku sungguh-sungguh berharap itu tidak terjadi.

“Calon mitra kerjamu, Vivianne.”

Dia terdiam sejenak, “tunggu.” Sambungnya kemudian, dan aku mendengar hingar bingar musik menjauh.

“Renno, ada apa?”

“Kita harus segera membuat kesepakatan, malam ini juga.”

“Oh! kau sudah memikirkannya dengan matang?” ia bertanya ragu.

Playboy Monarki The Series - Double PlayersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang