Chapter 3:Panti Asuhan

19 2 0
                                    

Happy Reading~

"RINAI! MAKANAN UNTUK SARAPAN GUE MANA?!"teriak seorang gadis yang saat ini memakai seragam sekolah dan berdiri tepat disamping meja makan.

"Maaf Zara,aku hanya sempat memasak ini."ucap Rinai yang baru saja selesai masak dari dapur sambil mendorong kursi roda lalu meletakkan sepiring nasi yang hanya berlauk telur ceplok.

"HAH?! TELUR CEPLOK LAGI?"ujar Zara.

"Lo mau bikin wajah gue beruntusan lagi gara-gara makan telur ceplok buatan lo ini? Hah?!"ucap Zara sebelum akhirnya dia melempar piring yang ada diatas meja.

Nasi akhirnya berhamburan di lantai.

"Gue enggak mau tau,pokoknya setelah gue pulang sekolah lo harus bikinin masakan yang enak! Jangan telur ceplok!"ucap Zara.

"Tapi aku pulangnya sore Zar."ucap Rinai.

"MASA BODOH! GUE ENGGAK PEDULI MAU LO PULANG PAGI PULANG MALAM SEKALI PUN GUE ENGGAK PEDULI!"ucap Zara.

"Yang pasti makanan harus ada sebelum gue pulang sekolah. TITIK!" ucap Zara kemudian pergi dengan murka.

Rinai terdiam.

Beginilah kehidupannya di panti asuhan. Rinai akan selalu diganggu dan ditindas oleh Zara saat di panti asuhan.

Sejak kecil,sejak dirinya di masukkan ke panti asuhan maka sejak dari situ nerakanya dimulai.

Dari Zara yang selalu membullynya, mempersiapkan sarapan untuk gadis itu,mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru kepada gadis itu dan selalu mengata-ngatai dirinya cacat serta selalu mengolok-olok orang tuanya yang sudah meninggal.

Semua orang di panti itu sudah tau bahwa Rinai selalu menjadi target Zara untuk menjadi sasaran bullying tetapi mereka memilih untuk diam karna mereka semua tau bahwa Zara anak pemilik yayasan serta pengurus panti asuhan yang ditempati oleh Rinai. Maka dari itu mengapa semua orang tidak ada yang berani melawan Zara.

"Rinai!"teriak Sahara begitu melihat Rinai yang baru saja mendorong kursi rodanya memasuki kawasan kampus.

"Rinai."panggil Sahara menghampiri Rinai.

"Kelas lo hari ini habis jam berapa?" tanya Sahara.

"Dalam jam 3 sore mungkin."ucap Rinai.

"Cepet banget. Kamu ada kegiatan di luar ya habis ini?"tanya Sahara sambil membantu Rinai mendorong kursi rodanya.

"Enggak sih,cuman hari ini aku mau ke supermarket untuk beli bahan keperluan di dapur."ucap Rinai.

"Oh,kalau gitu kamu mau aku temenin?"tanya Sahara.

"Kalau kamu ada waktu boleh sih." ucap Rinai.

Di sisi lain,Melvin baru saja keluar daripada toilet dan berniat ingin duduk di taman halaman kampus.

Begitu dia melihat kelibat sosok Rinai yang melintas dihadapannya, Melvin berniat ingin menghampiri Rinai.

Namun baru saja lelaki itu berdiri, Melvin kembali duduk saat melihat kehadiran Sahara yang mendorong kursi roda gadis itu.

Akhirnya,Melvin kembali merenung saat-saat dimana dia tidak sengaja terlepas mengatakan bahwa Rinai adalah si cacat yang berakhir perdebatan dengan Sahara.

Di tengah lamunannya,tiba-tiba sebuah notifikasi muncul pada ponsel milik Melvin.

Melvin segera membuka isi notifikasi tersebut yang ternyata berasal dari mawar.

Ibu
Vin,habis kelas nanti tolong kamu ke supermarket beliin ibuk sayur sawi ya.

Ibu
Stok sawi di rumah habis soalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Evanescent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang