31. IT'S YOU

10.3K 946 40
                                    

"Sorry, gue habis ujian. Danisa mana?" Samudera berucap ketika membuka pintu ruang UKS. Beberapa jam lalu, Gwen mengirim pesan bahwa ia menemukan Danisa di toilet lorong kelas dua belas. 

Setelah Danisa keluar tadi pagi, Samudera tak keburu mengejar lantaran bel yang sudah keburu berbunyi. Ia pikir, Danisa akan kembali tetapi sampai pelajaran dan ujian dimulai, gadis itu tak tampak.

Tak ada yang peduli tentang Danisa. Seisi kelas tampak acuh tak acuh. Seolah Danisa yang menghilang bukan masalah besar. Bahkan si guru pun tampak tak peduli. Cukup untuk membuat Samudera mengerenyitkan dahi.

Sebegitu transparannya kah Danisa?

Hingga tepat ketika jam istirahat, Samudera membelalak membaca pesan Gwen yang dikirimkan pagi tepat ketika ujian. Di foto, keadaan Danisa benar-benar menggenaskan. Darah mengalir dari pelipis ke dagu. Ia juga tak sadarkan diri.

Samudera membeku ketika pandangannya malah menatap ke arah Daniel yang sudah duduk lebih dulu di sisi Danisa. Sementara, batang hidung Gwen tampak tak terlihat.

"Gwen mana?"

"Ngapain lo di sini malah nyariin cewek lo?" ketus Daniel. "Lo mau ke sini buat nyakitin adik gue lagi?"

Samudera mengerutkan dahi. "It just a groundless rumor, Niel. You should know better." 

"Rumor? Lo pelukan sama Gwen."

"Iya, gue pelukan sama Gwen!" aku Samudera. "Lalu?"

"Fuck!" Daniel mengangkat kerah Samudera. "Gue harusnya bener-bener larang Danisa sama lo. Sejak awal memang udah ada gosip soal keluarga kalian. Lo sama Gwen? Ya, kan? Lo dijodohin sama dia! Terus buat apa lo main-main sama adik gue?"

"Iya, memang keluarga gue sama Gwen mau bikin perjodohan. Tapi, yang dijodohin tuh Gwen sama kakak gue!" Samudera mendesis. "She was my late brother's fiancee, terus mau lo apa?"

Deg. 

Late brother.  Seketika, Daniel mengendurkan cengkramannya. "Apa kata lo?" 

"Gwen itu mantan calon kakak ipar gue." Samudera menepis tangan Daniel. "Atau apa namanya gue nggak tahu! Kak Khafa, kakak gue udah meninggal."

Daniel terperanjat. Tak dapat menahan mimik mukanya.

"Kak Khafa sama Gwen memang dekat sejak kecil dan sama-sama punya perasaan satu sama lain. Gue juga nggak ada intensi untuk ngedeketin Gwen. I've known her for too long to love her as a woman." Samudera tersenyum getir. "Buat gue, dia kayak nyokap gue atau kakak perempuan gue. Kita seumuran tapi dia sama kakak gue yang ngurusin gue."

Daniel tergagap. Ia tidak pernah mendengar masalah personal Samudera sama sekali.

"Gue seserius itu sama Danisa." Samudera menarik napas panjang. Kalimatnya benar-benar tenang. 

Sejujurnya, Samudera tak tahu mendapat ketenangan dari mana. Biasanya, ia pasti sudah melawan balik. Tetapi, ada damai yang tiba-tiba datang. 

"Gue nggak tahu lo. Kita jarang ngobrol dari dulu, ya kan?" Samudera menengok ke arah Daniel. "Tapi yang gue tahu, kita orang yang mungkin mirip. Lo dan gue sama-sama nggak suka komitmen, girls are just for fun."

Melihat Daniel lebih tenang, Samudera berjalan mendekat ke arah Danisa. Menatap perempuan yang kepalanya sudah diperban itu dengan sorot berbeda. 

"Tapi, Danisa beda. And she knew it." Samudera berkata lembut seolah kalimat itu ditujukan untuk Danisa. "I've told her everything. Tapi, gue tetap hutang penjelasan untuk masalah sama Gwen kemarin. Gue memang belum cerita soal itu. Gue pikir, bukan masalah besar. Toh, Danisa udah tahu hubungan gue sama Gwen kayak apa. Tapi, melihat reaksinya tadi pagi, I'm pretty sure she's hurt."

PERFREAKTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang