bab 7

441 73 10
                                    

Happy reading

.

.

.

.

Terlihat seorang pria sedang menatap langit malam sembari tersenyum tipis, di belakangnya terlihat seorang pria lainnya dengan wajah ketakutan mendekat padanya.

" Kapan kau akan membebaskan kami?".

Pria yang menatap langit malam itu menoleh, menatap tajam penuh amarah pada pria yang berdiri di depannya saat ini.

" Bebas? Apa aku yang memaksamu bersamaku lebih dulu? Pao...kau yang mengatakan ingin mencoba semuanya, jadi sekarang jangan banyak bicara dan diamlah".

" Memang aku yang dulu memintanya, tapi aku juga memintamu untuk melepasku?".

" Kau pikir aku budak yang harus mengikuti semua permintaanmu? Hahaha...jangan kau pikir kau bisa menyuruhku semaumu, semua hal adalah pilihanmu bukan aku".

" Aku mohon bebaskan kami...apa salahku hingga kau berbuat seperti ini?".

" Tak ada...kesalahanmu hanya kau datang saat aku tak percaya lagi apa itu sebuah pertolongan, kau datang saat aku tak percaya sebuah kata terima kasih akan seseorang ucapkan...yang aku pahami saat ini hanya rasa luka dan juga kebencian".

" Kau benar benar seorang monster yang kejam".

" Kejam? Aku? Pria yang pantas kau bilang kejam adalah sosok yang membuatku berubah menjadi monster. Pria monster yang membuat monster lainnya lahir di dunia ini...kenapa? Kau menyesal bertemu denganku? Kau berharap bisa mengubah kesalahan yang kau lakukan malam itu?".

Pria itu menatap penuh kebencian pada sosok di depannya yang kini hanya tersenyum mengerikan, bagaimana bisa seorang manusia berubah menjadi sosok monster menakutkan seperti itu.

Pria itu bahkan sama sekali tak berkedip saat darah yang keluar dari sang korban mengenai tubuhnya, dia bahkan tega membuat ukiran di leher sang korban saat mereka semua masih hidup. Dia sama sekali tak terganggu dengan rintihan dan permintaan para korbannya untuk dilepaskan.

" Kau masih akan terus berdiri di sini?".

" Pao".

Pria itu bergegas menjauh dari sana dan mulai memasuki sebuah kamar rahasia yang ada di rumah itu, kini ditatapnya seorang pria lain yang sedang terbaring tak berdaya dengan wajah sendu.

Beberapa kali bahkan pria itu terus mengumpat pada takdir buruk yang menimpa mereka saat ini, dia selalu mempertanyakan pada Tuhan mengapa dendam yang seharusnya diterima orang lain kini malah mereka rasakan.

Sedangkan pria lain yang masih berdiri tegak menantang langit mulai bergumam lirih.

" Kupikir menemukanmu itu hal mudah, ternyata Tuhan masih berpihak pada nyawamu hingga sampai saat ini kau masih bernafas lega. Tapi tak selamanya Tuhan bisa menjagamu, karena aku...aku bahkan bisa menjual tubuhku pada iblis agar aku bisa menemukan dan mencabik tubuhmu".

Pria itu menyeringai membayangkan saat saat dimana hari itu akan datang, dengan semua yang dia miliki tak akan sulit menemukan keberadaan sosok yang selama ini pandai bersembunyi darinya.

Tak lama pria itu melangkah pergi dan menutup rumahnya dengan rapat hingga tak ada siapapun yang bisa masuk maupun keluar dari tempat itu, pria itu bergegas memasuki sebuah mobil menuju ke sebuah tempat yang dia inginkan.

Numbers ( End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang