bab 10

445 66 15
                                    

Happy reading

.

.

.

.

" Aku datang...".

Itu kata kata yang Gulf dengar dari sofa ruang tamu setelah Mew menerima telepon dari sang komandan, pria itu menghela nafas pelan mencoba meredakan rasa kecewa saat waktunya berdua bersama Mew akan kembali terabaikan saat pria itu bekerja.

Namun Gulf tahu benar Mew melakukan itu karena sebuah tanggung jawab yang diembannya sebagai seorang polisi yang sedang menyelidiki kasus pembunuhan berantai, dan Gulf sangat menyukai  rasa tanggung jawab pria itu pada pekerjaannya.

Gulf beranjak dari tempat duduknya, memasukkan beberapa barang yang dia bawa ke dalam tas miliknya lagi sebelum sebuah tangan melingkar di perutnya membuat pria itu menghentikan kegiatannya.

" Kau akan pergi nong Gulf?".

" Hmm...bukankah phi juga akan pergi, lalu untuk apa aku di sini saat kau tak ada".

" Khotot na krab...aku tahu hari ini seharusnya kita...".

" Tak ada yang perlu di maafkan phi Mew, aku tahu semua ini bukan hanya sekedar pekerjaanmu. Lagipula aku juga ingin pembunuh Luna dan Ploy segera tertangkap tapi...".

" Tapi apa?".

" Tapi jangan abaikan kesehatanmu phi, kau bahkan selalu tidur sangat larut 2 hari ini. Jangan paksakan dirimu terlalu keras na krab".

" Hmm....khon khun krab kau sudah sangat mengerti dengan semua situasiku sayang".

" Sama sama...tapi bisakah kau mengantarku pulang lebih dulu phi Mew?".

" Oke krab...tapi apa kau tak ingin ikut denganku saja sayang?".

" Maksudmu? Kau mengajakku ke TKP?".

" Hmm....bukankah kau bilang ingin sekali saja melihat TKP nya bersamaku?".

" Aow benarkah aku bisa melakukan itu?".

" Tentu saja...sekarang ganti bajumu dan ayo kita berangkat".

" Siap kapten".

Mew tersenyum mendengar ucapan sang kekasih, entah mengapa Gulf terlihat sangat bersemangat saat Mew bahkan hanya bisa mengajaknya menatap sebuah mayat di sana. Mew tahu Gulf bahkan tak pernah mengeluh selama menjadi kekasihnya, pria manis itu selalu memberinya semangat meski Mew tahu terkadang Gulf juga butuh perhatiannya.

Mew berjanji jika kasus yang dia tangani ini selesai maka Mew akan mengajak Gulf menikmati waktu mereka dengan mesra selama mungkin, Mew bahkan berniat menjadikan pria itu istrinya setelah Gulf lulus dari sekolahnya.

Bukankah itu akan jadi pemikiran yang terburu buru? Tapi tidak bagi Mew...tak ada keraguan sama sekali tentang pemikiran itu, terlebih perasaan Mew pada Gulf sepanjang hari semakin besar. Detak jantung pria itu semakin berdebar setiap kali senyuman Gulf terukir di wajah tampannya, meski ada perasaan lain yang juga Mew rasakan saat itu.

Sebuah perasaan yang ingin menjaga Gulf dari siapapun yang ingin menyakitinya...lalu bukankah pantas jika perasaan itu Mew sebut sebagai cinta?

Mew masih menatap keluar dari jendela condonya sembari menunggu Gulf hingga suara pria itu kini terdengar menyapa telinga Mew.

Numbers ( End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang