Suasana di markas perlawanan berbeda dari biasanya. Anggota-anggota berbaur dalam perbincangan ringan setelah berbagai misi yang menguras tenaga. Arya dan Sinta duduk di bawah pepohonan rindang, sementara matahari senja melukis lanskap dengan warna-warni emas yang hangat.
Mereka saling bertatapan, mata mereka seperti mengungkapkan cerita tanpa kata. Di antara keriuhan perjuangan, saat-saat seperti ini menjadi langkah pernafasan yang mendalam. Tangan mereka terjalin erat, sebagai bukti kebersamaan dan tekad mereka.
"Aku merasa terbebani oleh tanggung jawab ini," ujar Arya dengan suara yang sedikit serak. "Kadang aku bertanya-tanya apakah ini semua layak untuk dirisikokan."
Sinta meraih tangan Arya dengan lembut, jemarinya mengusap-usap kulit lembut di atas tulang belikat. "Aku juga merasa seperti itu, Arya. Ini adalah beban yang kita semua rasakan. Tetapi kita tahu bahwa kita tidak bisa kembali ke dunia yang dulu. Kita harus membuat perubahan, untuk kita dan generasi berikutnya."
Flashback kembali memasuki pikiran mereka. Kedua remaja itu teringat momen ketika mereka mengucapkan sumpah di bawah cahaya bulan purnama, janji untuk tetap berpegangan pada cinta mereka, terlepas dari segala rintangan. Pengorbanan itu tidak pernah mudah, tetapi mereka berdua tahu bahwa mereka berdua harus menghadapinya bersama.
Arya menghela nafas dalam-dalam, matanya yang dalam menemukan pandangan di dalam mata Sinta. "Aku tidak akan pernah menginginkan hidup lain daripada yang kita jalani sekarang. Tapi, Sinta, kadang aku merasa takut akan apa yang kita relakan."
Sinta tersenyum lembut, bibirnya membentuk lengkungan yang lembut. "Pengorbanan tidak selalu berarti kita kehilangan sesuatu. Kadang-kadang, itu berarti kita mendapatkan lebih dari yang kita pikirkan."
Mereka merasakan getaran angin yang lembut, membawa semangat perlawanan dan tekad yang terus berkobar di dalam diri mereka. Dalam keheningan yang nyaman, mereka merenung tentang perjalanan mereka, tentang kerikil yang telah mereka lalui dan kerikil yang masih harus mereka hadapi.
Kemudian, tanpa perlu berkata apa pun, mereka berdua menarik diri ke dalam pelukan erat. Pelukan itu adalah bentuk ketenangan, perlindungan dari dunia luar yang keras. Meskipun perjuangan di dunia ini tak jarang menguji mereka, mereka menemukan kekuatan di dalam diri satu sama lain.
Dalam bab ini, tergambar dengan jelas bagaimana pengorbanan dan perasaan saling melengkapi dalam hubungan Arya dan Sinta. Dalam dunia yang keras ini, mereka menemukan ketenangan di antara kisah perlawanan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
WORLD WITHOUT LOVE
Novela Juvenil[Dua orang remaja yang tak sengaja jatuh ke perangkap cinta, perasaan atau rasa yang dipercaya sebagai akar kehancuran dari berbagai bencana dan kegagalan yang tercata sejarah kini menghantui mereka. Di dunia ini seluruh orang sudah tak menganggap p...