CHAPTER 6 : Kepercayaan yang dibangun

2 0 0
                                    

Suatu hari, perlawanan menerima informasi tentang rencana besar pemerintah untuk menggagalkan usaha mereka. Arya dan Sinta ditugaskan untuk meretas sistem keamanan untuk mengumpulkan lebih banyak informasi. Meskipun tugas ini penuh dengan risiko, mereka tidak ragu untuk menerima tantangan tersebut.

Di tengah senyap malam, mereka merayap masuk ke dalam gedung pemerintahan yang bercahaya samar. Mata mereka fokus pada layar di depan, jemari mereka menari di atas papan keyboard dengan kecekatan. Cahaya cemburu dari layar-layar elektronik menyorot wajah mereka, menciptakan bayangan-bayangan yang dramatis.

Setiap detik terasa seperti jam, setiap nafas terasa seperti helaan angin yang menghantarkan harapan. Suara jantung mereka bergema dalam keheningan, menjadi pengiring dalam aksi yang menggemparkan ini. Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan, karena komunikasi mereka telah menjadi tak terucapkan, seiring dengan setiap gerakan.

Tiba-tiba, alarm yang tajam memecah keheningan. Mata Arya dan Sinta saling bertemu dalam ketegangan. Mereka tahu bahwa waktu mereka terbatas. Tanpa berkata sepatah kata pun, mereka segera menutup layar dan mematikan perangkat. Mereka meluncur seperti bayangan dalam malam, menghindari penjaga yang berdatangan dengan cepat.

Tangan mereka bergerak dengan kecepatan dan ketelitian yang luar biasa, melewati koridor-koridor gelap dengan kemampuan yang hampir seperti seorang penari. Saat melewati lorong yang sempit, tubuh mereka bergerak seirama, tanpa pertanyaan atau keraguan. Mereka adalah satu dalam pergerakan mereka, sebuah tim yang saling melengkapi.

Setelah berhasil keluar dari gedung yang berbahaya itu, mereka berdua melihat satu sama lain dengan nafas terengah-engah. Mereka merasa tubuh mereka lelah, tetapi juga penuh dengan perasaan yang tak terucapkan. Kegembiraan dan kebanggaan meluap dari mata mereka yang bercahaya.

"Apa yang kita lakukan adalah luar biasa," kata Arya, senyuman lebar terukir di wajahnya.

Sinta mengangguk, matanya bersinar penuh percaya diri. "Kita berhasil melawan segala rintangan. Ini menunjukkan bahwa kita bisa mengatasi apa pun bersama."

Mereka meraih tangan satu sama lain dalam kebersamaan dan kebanggaan. Dalam momen ini, mereka merasa bahwa tak ada batasan yang bisa menghalangi mereka.

WORLD WITHOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang