2.55

233 39 6
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Hari itu, sepasang kekasih yang tidak pernah absen bertemu harus terpisahkan oleh janji yang telah dibuat. Gu Wei merasa kesepian dan seperti hilang arah, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia mendekam di balik pintu apartemen dengan penuh kekosongan. Ponsel di tangan seperti tidak ada gunanya lagi, pesan yang dinanti-nanti sama sekali tidak kunjung datang. Dia sangat enggan menghabiskan waktu sendirian sehingga mulai memikirkan jalan lain berupa berkunjung ke rumah orangtuanya. Lagi pula, sudah lama mereka tidak bertemu. Sejak menjalin hubungan dengan Chen Yu, waktu kepulangannya setiap tahun dapat dihitung jari.

"Kamu tidak ingin menikah?" tanya Lin Fei, ibu Gu Wei yang benar-benar mengejutkan.

Segala pergerakan Gu Wei dalam mengupas buah terhenti, pisau di tangan nyaris terjatuh akibat getaran kecil yang merambat di sekujur tubuh. Permasalahan tersebut telah dibahas berulang kali setiap saat dia singgah di kediaman Gu. Orangtua Gu Wei sama sekali tidak ingin mencampuri kehidupan sang anak, sebelum mencium hubungan terlarang yang tengah dijalani oleh lelaki manis itu. Mereka tahu tentang Chen Yu, juga tahu tentang masa depan yang tidak dapat menghasilkan keturunan apabila kedua lelaki itu memaksa untuk terus bersama. Keluarga Gu hanya memiliki satu orang yang dapat melanjutkan garis keturunan. Mereka berharap Gu Wei mendapatkan pasangan yang semestinya.

Lidah Gu Wei terasa kelu untuk sekadar menciptakan tanggapan kecil. Sejak bersama dengan Chen Yu, dia benar-benar tidak memiliki ketertarikan kepada lawan jenis. Kalaupun sang kekasih mengharapkan keturunan, dia tidak masalah untuk merelakan lelaki tampan itu menikah dengan orang yang dapat melahirkan anak. Namun, keegoisan tetap menahan dia untuk tidak mengakhiri hubungan di antara mereka. Chen Yu sudah menjadi bagian dari separuh jiwanya. Dia tidak dapat membayangkan bagaimana hari-hari dilalui jika tidak ada hubungan yang mengikat mereka.

Meski demikian, mau tidak mau Gu Wei harus menjawab setiap desakan yang diberikan oleh orangtuanya. Bibir ranum baru saja akan terbuka ketika mendengar bel rumah berbunyi. Seseorang datang untuk menyelamatkan dia dari kebingungan tak berujung. Namun, membuka pintu adalah pilihan yang tidak tepat. Jantungnya berdegup kencang kala mendapati batang hidung lelaki tampan yang sedang menyeringai tipis. Terlihat jelas betapa besar tingkat kepercayaan diri yang mendekam pada diri lelaki itu.

Dia membawa bunga dengan beberapa tas kertas yang berisi beragam jenis kue lezat. Menyodorkan bunga ke arah Gu Wei yang diterima baik akibat belum sadar dari rasa kejut yang mematikan. Ketika pihak lain bermaksud untuk masuk ke dalam rumah, dia menahan untuk tindak menginterogasi. "Bukankah kamu harus pergi makan siang dengan Jenderal Cheng?"

Seringai di wajah Chen Yu masih belum memudar. Dia mengangguk ringan sebagai tanggapan awal, sebelum menambahkan, "Dibatalkan."

Acara makan siang tidak benar-benar dibatalkan, melainkan Chen Yu yang undur diri, bahkan sebelum kegiatan itu selesai dilakukan. Cheng Zheng memintanya datang tidak untuk kepentingan bisnis seperti yang dibicarakan, ada maksud terselubung yang tidak bisa diterima dengan mudah. Dia tahu jika sang atasan memiliki seorang putri yang sering disebutkan ketika mereka berbicara. Dia tidak pernah menyadari maksud terselubung sebelum akhirnya mengetahui hari ini.

Cheng Zheng berniat untuk mendekatkan Chen Yu dengan putrinya dan itu telah dikatakan secara terang-terangan. Meski dia tahu pihak lain telah memiliki kekasih, tetapi dia masih terus mencoba selama kekasih lelaki tampan itu merupakan seorang lelaki yang tidak dapat menghasilkan keturunan.

Chen Yu jelas tidak bisa menerima hal tersebut. Dia tidak pernah takut untuk mengatakan, Jenderal, saya telah memiliki seorang kekasih dan tidak bisa meninggalkannya hanya demi mendapatkan pekerjaan.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang