Berubah

147 9 0
                                    

Aina yang saat ini menjadi Jana hanya mampu menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Sudah dua hari sejak kepulangannya dari rumah sakit, dan Jana masih belum terbiasa di tempat asing seperti ini. Ditambah dengan sikap-sikap keluarga Jana yang membuatnya kurang nyaman, semuanya dengan terang-terangan menunjukkan sikap ketidaksukaan mereka pada Jana.

"Aku mau pulang," lirih Jana untuk kesekian kalinya.

Dia memikirkan banyak hal, bagaimana keluarganya, bagaimana sekolahnya, dan bagaimana kehidupan indahnya saat menjadi Aina.

Jana bangkit dan memeluk lututnya. Seharusnya dia tidak berada di sini, mengapa dia harus berada di tempat ini dan berpindah ke tubuh Jana.

Semuanya pasti akan terasa sulit, apa lagi Jana merasa sendirian di sini, dia kesepian. Dia merindukan kehidupan menjadi Aina.

"Kira-kira apa yang bisa aku dapatin di kamar ini?" Jana bangkit, dia menyusuri kamar lebar dengan nuasa gelap. Jana mencebikkann bibirnya sebal, dia tak suka suasana suram seperti ini.

Jana membuka lemari pakaian, banyak sekali pakaian milik Jana yang asli, sayangnya membuat Jana bergidik ngeri. Rata-rata baju dari jiwa dari tubuh yang dia tempati ini kekurangan bahan.

"Kalau misalnya Mama tau pasti dia marah liat aku pakai baju gini." Jana menutup kembali lemari. Dia tak suka semua pakaian yang berada di dalam sana.

"Terus aku pakai baju apa?" Jana membuka nakas di samping ranjang. Terdapat banyak sekali alat make up, sayangnya Jana tidak bisa menggunakan itu semua.

"Lapar," keluh Jana mengelus perut ratanya.

Jana memutuskan ke luar dari kamar menuju dapur. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, sepertinya orang-orang di rumah ini sudah tidur.

Jana berdecak sebal melihat tidak ada makanan yang tersisa. Sepertinya semua anggota keluarga Jana tidak peduli dengan keberadaannya.

"Terus aku makan apa?"

"Cari apa?" Jana membalikkan tubuhnya, merasa terkejut melihat Enzo berada di sana. Dia menunduk saat melihat wajah tak bersahabat dari pemuda di depannya.

"Cari apa?" tanya Enzo sekali lagi.

"Aku laper," cicit Jana sepelan mungkin, takut jika Enzo akan marah mendengar ucapannya.

"Salah sendiri kenapa enggak ke luar pas makan malam." Jana mencebik sebal, benarkan pasti pria itu akan menyalahkannya.

Jana memperhatikan Enzo yang sedang menyeduh kopi, lalu kembali menunduk ketika Enzo kembali menatap ke arahnya.

"Pergi sana, ngapain masih di sini!" Jana mengangguk patuh dan kembali ke kamarnya.

Enzo merasa heran melihat Jana yang terlihat berbeda. Karena biasanya Jana pasti tidak akan semudah itu dia usir, dan anehnya beberapa hari ini Jana menjauhinya.

"Aneh," gumam Enzo.

***

Di dalam kamar Jana hanya bisa meringkuk memeluk tubuhnya sendiri. Dia meringis menahan lapar, dan sedih diwaktu yang bersamaan. Dia menyesal saat menjadi Aina sering sekali menolak perintah ibunya untuk makan. Lihatlah sekarang bahkan dia menahan lapar malam ini.

"Ayo tidur, besok pagi aja makannya," ucap Jana berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Nyatanya tidak semudah itu, Jana hampir saja tidak bisa tidur. Untung saja beberapa saat kemudian Jana berhasil masuk ke alam mimpi dan berharap melupakan semuanya dan kembali ke tubuh asalnya.

Sayangnya semua tidak terkabul begitu saja, saat membuka mata dia masih menemukan kamar mewah dengan nuansa gelap itu. Jana mencebikkan bibir, rasanya ingin menangis saat ini juga.

Jana menghela napas kasar dan menatap sedih ke seliling ruangan. Hari ini dia akan ke sekolah, sebenarnya dia belum siap untuk menerima jika dirinya bukanlah Aina sekarang, melainkan Jana gadis malang yang dibenci keluarganya sendiri.

***

Satu hal kembali Jana dapatkan ketika sampai ke sekolah. Ternyata Jana yang asli bukanlah gadis yang baik, bahkan sepertinya hampir seluruh sekolah membenci keberadaan gadis angkuh itu.

Sampai di sekolah yang Jana dengan adalah bisik-bisik orang-orang tentang dirinya, walau dengan samar Jana masih mendengar itu semua.

Walau ada beberapa siswa yang terlihat segan dengan keberadaannya. Jana hanya bisa menunduk dan memilin jemarinya gugup, takut dengan tatapan tak terduga dari sekitarnya.

Apa lagi banyak murid-murid yang kaget melihat penampilan Jana yang berubah. Walau masih terlihat ketat, nyatanya seragam ini adalah satu-satunya seragam yang paling longgar dari pada yang lainnya.

Rambut Jana yang biasanya curly sekarang dia biarkan tergerai begitu saja tanpa sentuhan apa pun. Make up yang biasanya menghiasi wajah cantik Jana pun sudah tidak ada. Jana hanya menggunakan lipbalm serta sunscreen untuk ke sekolah.

Lagi pula dia masih SMA untuk apa menggunakan itu semua. Sepertinya Jana yang asli memang sedikit aneh, dan sekarang dia akan merubah semuanya. Sekarang dia adalah Jana, dan dia akan membuat jalan hidupnya sendiri.

Lihatlah Jana akan merubah semua pandangan orang-orang kepadanya. Jana akan membuktikan bahwa dia mampu membuat orang-orang memandangnya seperti orang-orang memandangnya sebagai Aina dulu.

Tbc

Transmigrasi Dua Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang