Dikamar, Vania dan muti duduk diatas ranjang. Muti yang melihat kakaknya menangis merasa sedih ya meski dirinya masih berumur 5 tahun.
"Kakak enapa? Kakak angis? Kakak enapa angis?" Tanya muti pada Vania.
Vania hanya diam tanpa menjawab sepatah kata pun lalu memeluk muti sambil menangis.
"Kakak enapa?" Tanya muti kembali dalam pelukan Vania.
Mutu yang tidak mendapatkan jawaban dari sang kakak, dia berteriak memanggil Ara.
"Undaaaaaa kakak angiiisss"
Vania yang mendengar itu sontak melepaskan pelukannya.
"Eh shuttt jangan teriak"
Tapi Ara keburu masuk ke dalam kamar Vania dan muti.
"Bu-bunda?" Langsung menghapus air matanya.
"Emmm adek mau es krim? Tadi diatas meja bunda letakkin es krim loh adek mau?" Ucap Ara sambil mendekat ke arah muti dan Vania.
"Au au." Jawab muti lalu berlari keluar.
Ara duduk disamping Vania "Vania kamu jangan sedih ya bunda janji bakalan bikin ayah kamu sayang sama kamu."
"Ayah Vania?
Ayah gak pernah anggap Vania sebagai anaknya Bun, ayah kenapa sampai segitu benci nya sama Vania?
Apa Vania salah ya bunda?""vania gak salah kok. Ayah cuma lagi butuh waktu aja untuk tenangin diri. Kamu yang sabar dulu ya sayang"
"Vania mau nyari orang tua Vania bunda."
"Jadi bunda ini bukan orang tuanya Vania ya?"
"Bunda orang tua Vania, Vania sayang bangat sama bunda, tapi ayah??
Vania GK mau nyusahin ayah sama bunda""Kamu itu anaknya bunda mana ada orang tua yang merasa disusahkan oleh anaknya sendiri. Sudah kamu jangan sedih ya,jangan hiraukan kata kata ayahmu ya sayang ayo dong senyum"
"Makasih yah bunda, bunda udah sayang dan mau rawat vania"
"Kamu gak perlu berterimakasih sama bunda. Bunda sayang sama vania dan muti dah yah mulai sekarang kamu harus senyum oke? Bunda suka senyum kamu"
"Iya bunda" jawabnya sambil melemparkan senyuman khasnya.
"Makasih ya sayang"
"Makasih juga bunda"
"Udah kamu jangan sedih lagi, nanti adik kamu liat ikut sedih."
"Iya bunda."
Setelah percakapan itu, tak lama muti datang sambil membawa es krim ditangan nya.
"Kakak undaaa, kakak au?" Tanya muti yang menawari es krim pada Vania.
"Adek aja" jawab Vania.
"Kakak angan edih agi ya"
"Iya manis"
Mendengar jawaban dari kakak nya itu, muti langsung memeluk Vania dan tertidur di dalam pelukannya.
Vania yang menyadari itu langsung mengambil es krim ditangan muti dan memberikan nya pada Ara.
Malam hari pun tiba. Mereka semua sudah berkumpul dimeja makan kecuali Alga? Iyah, Alga belum pulang dari tadi siang.
"Eemm Bun" panggil Vania.
"Ada apa sayang?"
"Ayah kenapa belum pulang ya?" Tanya Vania pada Ara.
"Eemm tunggu, akan bunda telepon dulu ya sayang" jawab Ara yang dibalas anggukan oleh Vania.
Berkali kali Ara mencoba untuk menelepon suaminya, namun tetap saja tidak diangkat. Tapi tiba-tiba Alga datang dan melewati meja makan.
"Ayaahh!" Teriak Ara yang melihat kehadiran Alga. Sontak Alga pun melihat ke arah Ara.
"Iya?" Saut Alga
"Ayok makan" ajak Ara pada Alga.
Alga tidak langsung menjawab, dia melirik ke arah Vania.
"Kalian aja dulu, nanti ayah nyusul" jawabnya yang beranjak pergi dari tempat nya.
"Ayaahh!" Teriak Ara
Vania yang melihat sikap ayah angkatnya itu, hanya bisa menghela nafas.
"Udah sayang biarin aja ayah kamu." Ucap Ara pada Vania.
"tapi Bunda..."
"Kita makan bertiga aja ya gak papa kan?" Tanya Ara yang hanya dijawab senyuman oleh Vania.
"Jangan sedih lagi ya sayang. Bunda sayang Vania."
"Vania juga sayang sama bunda" jawab nya dengan senyuman.
Mereka bertiga pun makan malam. Setelah selesai mereka kembali ke kamarnya masing-masing.
Ara masuk ke kamar nya yang terdapat suaminya sedang duduk disamping ranjang.
"Kamu tuh kenapa sih mas?"
"Kenapa apanya?"
"Gak kasian sama anak-anak? Turunkan egomu, bagaimana pun juga Vania udah aku angkat menjadi anakku."
"Ra dengerin aku. Kita gak tau dia anak siapa, asal usul nya gak jelas. Dari awal, aku gak Sudi angkat dia jadi anakku. Lagian kenapa sih kamu masih aja ngurus anak gak jelas itu? Mending kita bawa dia ke panti asuhan. Dulu kamu mau bawa anak itu karena belum punya anak, oke aku turuti, tapi sekarang kita udah punya muti, muti anak kita, anak kandung kita. Sedangkan Vania? Dia anak gak jelas asal usulnya" jelas Alga pada Ara.
"Jadi setelah kita punya anak kamu mau antar vania kepanti? Egois kamu mas! Aku semakin tidak mengenalmu. Mana suamiku yang dulu penyayang sama anak anak? Mana? Kamu sekarang berubah jika kamu masih seperti ini tidak ada cara lain lagi selain pisah mas!!"
"Loh jangan gitu donk Ra, kamu ini kenapa sih? Jadi kamu lebih belain anak gak jelas itu ketimbang suami kamu sendiri?"
"Aku mau kamu turunin ego kamu. Aku gak mau tau itu vania anakku walaupun dia tidak lahir dirahimku tapi aku sangat menyayanginya. Kamu tau perasaan dia gak? Oh iyah aku lupa hati nurani kamu kan sudah hilang ya kan?"
"Aakhhh!" Teriak Alga yang merasa frustasi lalu mengambil vas bunga diatas meja lalu melemparkannya ke lantai dan hendak melangkahkan kakinya. Namun Ara menahan langkah kaki suaminya dengan memegangi tangannya.
"Apa lagi hah?"
"Terima anak ku vania atau kita pisah camkan itu!!" Tegas Ara sambil melepaskan tangan Alga.
"Oke, aku terima dia di rumah ini, tapi sampai kapan pun dia gak akan pernah ku terima jadi anakku." Jawab nya yang berlalu pergi.
"Terserah!!"
Vania yang tak sengaja mendengar keributan dan percakapan mereka berdua di balik dinding merasa campur aduk.
"Bu-bunda..." Mendekati Ara sambil menahan tangisannya.
"Va-Vania? Ka-kamu ngapain disini?" Tanya Ara yang terkejut akan kehadiran anak angkatnya.
"Bunda..." Memeluk Ara sambil terus menangis "maafin Vania ya, gara gara Vania bunda sama ayah jadi berantem." Lanjutnya.
"Kamu ngomong apa sih va. Bunda gak berantem sama ayah kok tadi ayah lagi kesal karena pekerjaan kantor gak selesai selesai. Dah yah apa yang kamu dengar tadi gak usah kamu masukkin kehati ya" jelas Ara yang membalas pelukan Vania.
Bersambung.....
{Kemana Alga pergi? Dan bagaimana dengan keadaan rumah tangga Alga dan Ara? Temukan jawabannya di chapter selanjutnya.....}
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Angkat Sang Penyayang
General FictionKakak Angkat Sang Penyayang _______________________***_______________________ Kisah seorang anak yang diangkat oleh keluarga kaya raya. Mereka hidup tidak pernah kekurangan harta. Namun siapa sangka? Alga Prisatya, seorang suami serta ayah yang tid...