Chapter 3

4 5 0
                                    

Kini Ara menenangkan Vania, setelah tenang vania pergi ke kamarnya. Setelah vania balik kekamar Ara pun mengambil pulpen dan menulis sesuatu dikertas lalu menempelkan dipintu dan mengunci pintu tersebut.

Tengah malam tiba Alga pulang dan saat dia mendekati pintu kamar dia disambut dengan tulisan di depan pintu kamar yang bertulisan "TIDUR DI LUAR!"

"Loh apa apaan nih Ara?
Araaa bukain donk pintanya (menggedor-gedor pintu)
Raaaa! Huftt keterlaluan kamu Ara, bisa bisa nya kamu ngelakuin ini sama suami kamu sendiri hanya karena anak sialan itu. Liat aja besok, bakal ku singkirin anak itu!"

Alga pergi ke ruang tengah dan tidur di sofa. Setelah Alga tertidur Ara keluar dengan membawakan selimut agar suaminya tidak kedinginan tidur diluar. Namun, Alga terbangun, dan memegangi pergelangan tangan Ara.

"Ara!"

"Lepas"

"Dengerin aku dulu Ra"

"Buat apa? Kamu dengerin aku gak tadi?"

"Ra, aku mohon jangan kek gini, dulu kamu gak pernah ngelawan aku, Oh atau anak gak jelas itu udah ngehasut kamu? Iyah?"

*Plak

Satu tamparan mendarat di pipi alga. Dia yang sadar dengan tamparan itu menyusut pipinya.

"Sekali lagi kamu fitnah anakku aku gak akan segan segan pisah sama kamu!!"

"Ara!"

"Apa?!"

"Kenapa sih kamu ngebela dia terus? Apa untungnya anak itu?"

"Untungnya dia membawa kebahagiaan untukku!! Udahlah mas aku capek aku mau tidur sampai ketemu dikantor!!"

Alga hanya diam sambil menatap punggung istrinya yang semakin lama menjauh dan menghilang dari pandangannya.

"Kurang ajar! Anak sialan itu! aku harus segera menyingkirkan anak itu!" Ucapnya dalam hati.

Tak terasa pagi pun tiba. Vania dan muti menuruni tangga untuk menuju ke meja makan, sementara Ara dia sedang menyiapkan makanan dimeja makan.

"Sini makan"

"A-ayah?" Tanya Vania pada Ara.

"Tunggu ya bunda panggil dulu ayah nya" Ara pun pergi ke kamarnya yang dibalas anggukan oleh Vania.

*Dikamar Ara dan Alga

"Mas ayok makan"

"Udah gak marah kamu?"

"Huftt ayoklah makan plis ini masih pagi jangan buat keributan."

"Iya iya"

Mereka berdua pun pergi ke meja makan.

"Yey ada ayah ana undaaa"

"Hey sayang uuhh anak ayah" ucap alga sambil mencium kening anak nya itu.

Ara yang melihat itu Langung mencubit pinggang alga.

"Iishh apan sih kamu?"

"Vania juga sapa! Awas aja kalo gak!" Bisik nya pada sang suami.

Alga yang mendengar itu mendecakkan lidahnya.

"Iya iya ah! Pagi Vania" sapanya dengan memalas.

"ah pa-pagi yah" jawab Vania
"Ayah nyapa aku? Aku gak mimpi kan?" Tanya nya dalam hati.

"Jangan senang dulu Vania ini bakal berakhir" ucap alga dalam hati sambil tersenyum miring.

*Beberapa saat kemudian

"Ayah udah kenyang. Ayah berangkat dulu ke kantor yah, adek jangan nakal yah." Sambil mengulurkan tangannya pada ara, dan muti.

Vania yang hendak menyalimi tangan alga tapi malah ditolak dengan alga.

"Mas!"

"Huftt"(menerima uluran tangan Vania)

"Nah gitu baru suami aku"

"Apaan sih kamu? Udah ah aku mau berangkat Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" jawab Vania.

"Ayah tunggu"

"Kenapa anak ayah?"

"Adek auu keekolahnya kakak anti ayah emput ya"

"Adek ngapain ke sekolah kakak?"

"Au liat kakak ekolah"

"Huftt males banget aku" ucap alga dalam hati "yaudah nanti ayah jemput ya"

"Akacih ayah muachh ayang ayaahh" (mencium pipi alga)

"Ayah juga sayang sama nak ayah" jawabnya sambil mengelus pipi muti lalu pergi.

"Ayaahh bunda tinggaalll!" Teriak Ara.

"Yaudah cepet" jawab Alga yang sambil terus berjalan.

"Ishh nyebelin,daah anak bunda nanti ada supir yang anterin kalian ya" pergi.

"Daahh" jawab Vania dan muti secara bersamaan.

"Ayok kak Ita belangkat"

"Ayok sayang"

Vania dan muti pun masuk mobil lalu pergi. Diperjalanan menuju sekolah Vania. Vania heran dengan ekspresi supir nya yang terlihat panik.

"Eemm pak!"

"Eh iya non?"

"Ada apa pak? Bapak kok panik gitu?"

"Eemm anu non"

"Kenapa pak?"

"Rem mobil nya blong!"

"Pak! Haduh jangan bercanda donk gak lucu tau pak!"

"Beneran non bapak gak bercanda"

"Terus gimana donk pak?"

"Bapak juga bingung non"

(mendecakkan lidah dan memutarkan matanya) "ya Allah terus ini gimana pak!? Ada muti di belakang" (Lihat ke depan) "pak! Awasss paakkk!!! Aaaaaaa!!!!"

"Aaaaaaa" teriak supir sambil menyalakan klakson dan membanting stir mobil ke kiri dan....

{Bagaimana nasib Vania dan muti serta sang supir? Temukan jawabannya di chapter selanjutnya....}

Anak Angkat Sang Penyayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang