Kisah seorang anak yang diangkat oleh keluarga kaya raya. Mereka hidup tidak pernah kekurangan harta, namun akan begitu banyak prahara dalam keluarga mereka.
9 maret 2007, keluarga Prisatya sedang merayakan hari ulang tahun anak mereka, Iyah anak kandung.
"Adek selamat ulang tahun..." Ucap Vania yang hendak memeluk Muti.
"Vania!" Panggil Alga dengan nada membentak. "Jangan dekati anak saya!" Lanjutnya.
"A-ayah? Kenapa yah?" Tanya Vania pada Alga
"Vania, sini ikut bunda sayang." Ucap Ara pada vania.
"Baik bunda" jawabnya dengan sedih.
Ara membawa Vania ke ruang tv dan mereka berdua duduk diatas sofa.
"Jangan sedih donk" ucap Ara yang mencoba menghibur Vania.
"Kenapa ayah selalu marah sama Vania bunda?
Ayah kenapa kayak gak suka sama Vania? Apa salah vania" tanya nya dengan sedih."Eemm..."
"Kenap bunda? Apa bunda tau sesuatu?"
"Dulu saat ayah dan bunda mau pergi ke pantai bunda melihat bayi ditepi jalan lalu kami berhenti dan dan melihatnya bunda sangat senang karna saat itu bunda belum punya anak jadi bunda memutuskan akan merawatmu tapi ayahmu tidak mau karna dia tidak mau mengurus anak yang bukan anak kandungnya sendiri jadi bunda memutuskan untuk merawatnya dan memberi namanya eva octavania.
Kau bayi yg ceria maka dari itu bunda beri nama Eva Vania Caniva yg berarti kehidupan dari itu bunda suka melihatmu tersenyummu." Jelas Ara pada Vania.Apa? Ja-jadi selama ini Vania bukan anak dari bunda dan ayah? Kenapa bunda baru kasih tau Vania Sekarang?Pantes aja ayah GK suka sama Vania" tanya Vania sambil menangis
"Emm karna bunda tunggu waktu yang tepat sayang. Menurut bunda sekarang kamu sudah dewasa jadi kamu berhak tau" jawab Ara.
"Terus orang tua kandung Vania siapa bunda?kenapa mereka ngebuang Vania?" Tanya Vania kembali pada Ara.
"Bunda gak tau sayang karna bunda nemuin kamu sendirian ditepi jalan." Jawab Ara yang tidak tega melihat putri angkat nya itu.
Vania yang merasa campur aduk pada hatinya dia berlari ke kamar. Sedih? Kecewa? Marah? Jelas saja. Rahasia yang seharusnya dia sudah tau dari awal malah disembunyikan bertahun tahun.
Bukan apa, tapi dia selalu sabar dan menerima sikap buruk dari ayah nya, ah ayah angkatnya yang tak lain adalah Alga Prisatya.
Setelah Vania pergi ke kamar nya muti datang menemui bunda.
"Unda kakak kemana? Kakak idak au layain ulang ahun adek?" Tanya muti yang terlihat sedih.
"Emmm kakak tadi pusing kamu tunggu disini sama ayah dulu ya bunda mau kekamar kakak." Jawab Ara yang mengarang.
"Aik unda."
Ara pergi ke kamar Vania lalu mengetuk pintu kamar.
*Tok
*Tok
*Tok"Sayang buka pintunya"ujar Ara.
"Biarin Vania sendiri Bun." Teriak Vania dari dalam kamar
"Kamu gak mau keacara ulang tahunnya adek?" Tanya Ara dari luar kamar.
Tak menunggu lama pintu kamar itu ada yang membuka namun sayangnya disambut dengan wajah nya terlihat sangat sedih.
"Jangan sedih dong sayang bunda janji gak akan beda bedain kalian." Ucap Ara yang mencoba menghibur Vania.
"Ta-tapi ayah?"
"Nanti bunda akan bujuk ayah ya. Sekarang kita rayain ulang tahunnya adek dulu kamu mau kan sayang? Kamu sayang kan sama adek?"
Vania hanya mengangguk sambil tersenyum pada Ara.
"Terimakasih sayang."
"Sama sama bunda." Jawab nya dengan senyuman.
Vania dan Ara kembali ke tempat acara ulang tahun muti.
"kakaakk!" Teriak muti lalu memeluk Vania.
"Adek" membalas pelukan muti
"Kakak adi emana aja? ata unda kakak akit, kakak akit apa?" Tanya muti.
"Gpp kok manis. Kakak cuma pusing aja sedikit, ayok kita rayain ulang tahun nya adek." Jawab Vania.
"Ayok"
Saat waktu menyuapi kue, Vania coba curi-curi pandang pada Alga. Namun Alga yang menyadari itu hanya membalas dengan ekspresi memalas.
"Ayah sini dulu." Ucap Ara pada Alga.
"Apa sih bunda?" Tanya Alga yang memalas.
"Sini." Ucapnya sambil menarik tangan ayah yang di balas decakkan lidah dari Alga.
"Unda enapa arik arik ayah?" Tanya muti.
"Emmm bunda mau bicara sama ayah dulu ya kamu sama kakak dulu." Jawab Ara
"Sini dek sama kakak." Ajak Vania dengan senyuman khas nya.
"Ama kakak." Jawab muti dengan ceria yang dibalas senyuman oleh Vania.
Ara pun membawa alga menjauh dari acara.
"apa sih Ra?" Tanya Alga pada Ara.
"Kamu kenapa sih mas? Udah aku bilang jangan pilih kasih." Jawab Ara
"Kamu tau kan aku itu gak suka sama anak yg gak pasti latar belakangnya. Udah lah ra, buat apa sih kamu masih urusin anak itu? Kan aku udah bilang sejak awal, kita anterin aja ke panti asuhan. Bikin susah tau gak?"
"Mas, bagaimana pun aku udah angkat vania sebagai anak aku sekarang latar belakangnya itu keluarga kita mas, sekarang vania itu anak kamu. Kamu gak boleh pilih kasih."
Yaudah terserah kamu aja. Sampai kapan pun dia bukan anak aku." Tegas Alga lalu pergi meninggalkan Ara.
"Mas alga!" Teriak Ara memanggil alga. Namun Alga tidak mendengarkan panggilan istrinya dan memilih pergi dari rumah.
Ara kembali menemui Vania dan muti.
"Udaaa ayah ana?" Tanya muti
"Ayah pergi ya?" Lanjut Vania dengan senyum tipis.
"Emm ayah ada urusan dikantor kayaknya. Kita tutup dulu yah acaranya." Jawab Ara yang dibalas anggukan oleh anak anaknya.
Muti yang melihat Vania yang mengusap wajahnya bertanya.
"Kakak enapa?"
"Eemm kakak pusing dek, kakak ke kamar dulu ya" jawab Vania
"Ikuuttt"
"Kan ada bunda"
"Au nya Ama kakak"
Vania hanya bisa menatap muti sambil menahan air matanya.
"Ayokkk" ajak muti yang menarik tangan Vania.
"Eh kemana?"
"Atanya ke kamal?"
"Yaudah ayok"
Vania dan muti pun pergi ke kamar mereka.
Di dalam mobil, Alga yang terlihat sangat kesal memukul setir mobilnya.
"Ara ini kenapa sih? Dulu dia mau angkat anak itu karena belum punya anak. Tapi kenapa sampe sekarang masih aja di urus? Heran." Gerutunya dengan kesal.
Alga mengambil hp disaku celana nya lalu menelepon seseorang.
📞: "Hallo, saya ada tugas untuk kamu!"
Bersambung....
{Apa rencana yang akan dilakukan oleh ayah alga pada Vania? Temukan jawabannya di chapter selanjutnya.....}
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Angkat Sang Penyayang
General FictionKakak Angkat Sang Penyayang _______________________***_______________________ Kisah seorang anak yang diangkat oleh keluarga kaya raya. Mereka hidup tidak pernah kekurangan harta. Namun siapa sangka? Alga Prisatya, seorang suami serta ayah yang tid...