2. Anything For You

19 6 0
                                    

Hari ini Shena kembali menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswi. Sebenernya Shena dan Jevan berada di kampus yang sama, tetapi Jevan berada di Fakultas Seni dan Pertunjukkan karena ia mengambil jurusan seni musik. Sedangkan Shena berada di Fakultas Seni Rupa dan Desain, orang-orang biasa memanggilnya FSRD. Selain itu, Jevan juga berada satu semester di bawah Shena karena ia menunda satu tahun untuk kuliah. Tak hanya itu saja, selama kuliah Jevan lebih sering mengambil kelas online, jadi Shena dan Jevan jarang sekali bertemu di kampus.

Kelas telah selesai sejak lima menit yang lalu, Shena tengah merapikan barang-barangnya bersama ketiga temannya.

"Ini kita mau langsung pulang?" Tanya Yola berada tepat di samping Shena.

"Kantin dulu yuk, gue tadi pagi belum sarapan," ajak Rena.

"Ayo, gue juga mau makan," sahut Wendy, "lo gimana, shen?" lanjutnya.

"Boleh deh, waktunya masih lama juga."

🎤🎤

Suasana kantin FSRD setiap harinya selalu ramai. Banyak yang bilang makanan di kantin ini lebih enak dibandingkan Fakultas lain. Maka dari itu banyak murid yang lebih memiih makan disini.

Shena dapat mencium beragam bau makanan. Tapi hanya satu yang menarik perhatiannya, siomay. Wangi siomay yang berasal dari panci milik ibu kantin menusuk indra penciumannya. Tanpa fikir panjang, Shena lantas memesan satu porsi siomay dan tak lupa segelas es jeruk.

"Kemaren lo jadi nonton Jevan manggung, shen?" Wendy sesekali menyesap minuman coklatnya.

"Jadi, walalupun agak telat dikit sih," sesuap siomay masuk ke dalam mulutnya.

"Gue salut loh sama kalian, bisa bertahan sampe sekarang. Padahal ngatur waktu buat ketemu aja sulit banget," Yola langsung teringat kalau hubungannya selalu kandas.

"Kuncinya itu cuma satu, sabar. Orang gak sabaran kayak lo mana bisa langgeng kayak Shena," sarkas Wendy seketika mengundang gelak tawa.

Yola merasa tidak terima lantas menjawab dengan wajah masam, "Gimana mau sabar. Cowok yang deket sama gue aja modelannya kayak bekantan semua."

"Sebenernya kunci yang di bilang Wendy bener. Selain sabar, lo harus percaya terhadap pasangan lo. Tapi kedua hal itu gak bisa kalo cuma dilakuin sepihak. Jadi harus sama-sama saling meyakinkan."

Itulah yang di terapkan dalam hubungan Shena dan Jevan. Tanpa kedua hal itu, mungkin hubungannya tidak akan bertahan hingga sekarang. Tapi, jangan pernah berfikir kalau hubungan mereka semulus jalan tol tanpa hambatan. Banyak sekali masalah yang harus mereka hadapi. Apalagi semenjak publik tahu bahwa Jevan sudah memiliki pasangan. Berbagai komentar jahat selalu ada di setiap postingan instagramnya.

Saat mereka tengah asik mengobrol, secara tiba-tiba suasana kantin berubah menjadi ricuh. Entah apa yang terjadi—semua orang mulai berbisik, bahkan sampai menjerit. Tapi beberapa sebagian orang ada yang melirik dan menunjuk ke arah mereka—lebih tepatnya Shena.

"Ada apa sih? Kenapa mereka kayak liatin kita gitu," Shena melihat sekeliling dengan perasaan bertanya-tanya.

"Iya, perasaan kita gak ngapa-ngapain," Yola pun merasakan hal yang sama.

Mereka hanya dapat menyaksikan keriuhan kantin tanpa tahu apa penyebabnya. Secara mengejutkan, Wendy memukul-mukul meja seperti melihat sesuatu yang menjadi penyebab utamanya.

"Cowok lo, Shen," dengan mata membelalak, Wendy menunjuk arah dimana Jevan tengah berjalan menuju arah mereka.

Shena memicing, memastikan bahwa apa yang di lihat Wendy benar. Laki-laki itu menggunakan denim jacket dipadukan dengan celana jeans dan aksesoris kalung di lehernya. Tapi satu hal yang membuatnya kaget. Sejak kapan laki-laki itu mengubah warna rambutnya menjadi blonde. Baru kemarin Shena melihat dengan jelas bahwa rambutnya berwarna hitam.

Garis Waktu Kita [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang