3. Art staring at other art?

30 5 0
                                    

Melukis merupakan salah satu hal kegemaran Shena. Sejak usianya enam tahun, ia dan Jevan sering menggambar bersama. Tetapi Shena selalu mengejek Jevan karena gambarannya yang jelek. Sampai-sampai Jevan menangis pulang ke rumah dan mengadu kepada orang tuanya.

Baginya, melukis merupakan hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Melalui lukisan seseorang dapat menuangkan perasaan yang sedang di rasakan. Saat dunianya sedang berantakan, dengan pikiran-pikiran yang Shena sendiri sudah muak untuk menghadapinya. Melukislah yang menjadi alternativ untuk menuangkan semua beban pikiran itu.

Disinilah mereka, ruangan yang dipenuhi dengan lukisan dari seorang seniman ternama. Dengan cahaya kuning yang menyoroti setiap lukisan di dinding membuat kesan nyaman untuk di lihat. Di pandanginya setiap lukisan yang Shena lewati. Mencoba mencari tahu apa arti dan makna dari goresan-goresan indah milik sang seniman.

Terdapat satu lukisan yang membuatnya terhenti untuk memandanginya lebih lama. "Badai pasti berlalu" lukisan karya seorang seniman ternama di Indonesia, Affandi.

"Salah satu lukisan favorit kamu. Lukisan yang mengisahkan bagaimana perjuangan manusia untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Dari lukisan ini yang buat kamu terus berjuang untuk membuka galeri seni."

Jevan turut memandangi lukisan itu di sebelah Shena. Awalnya ia tidak mengerti arti dari lukisan yang menurutnya hanya sebuah coretan-coretan abstrak. Setelah Shena menjelaskan arti dari lukisan tersebut, ia tersadar, bahwa impian Jevan menjadi seorang penyanyi merupakan bagian dari makna lukisan ini.

"Dan lukisan ini juga menggambarkan bagaimana kamu berjuang untuk menjadi seorang vokalis dan membentuk sebuah band. Kamu berhasil." Shena menoleh, mendapati Jevan yang sudah lebih dulu memandanginya.

"Di masa depan hal itu pasti akan terjadi. Aku yakin, galeri seni yang kamu impikan pasti akan terwujud."

Di balik masker hitamnya, dapat dipastikan laki-laki itu mengulas senyum. Melalui kedua matanya yang menyipit Shena membalas senyuman itu dengan perasaan nyaman.

Shena menyaksikan hampir semua yang terjadi dalam hidup Jevan. Laki-laki itu berjuang mempertahankan bandnya tanpa persetujuan orang tua. Hingga Jevan nekat meninggalkan rumah karena sudah muak menuruti keinginan papanya.

Semua itu ia lakukan demi bandnya, demi mewujudkan keinginannya. Sampai akhirnya Jevan mendapat persetujuan oleh orang tuanya, untuk membangun 2sides menjadi band yang disukai oleh banyak orang.

Tibalah Jevan di masa sekarang. Jevan yang di kenal sebagai vokalis band, di cintai dan di sayangi oleh banyak orang melalui suara indahnya. Membuat Shena menjadikan Jevan sebagai panutan, untuk terus menggapai impian yang ia inginkan.

🎤🎤

Aroma secangkir coklat menyeruak ketika Jevan mengaduknya. Sudah lama rasanya tidak mengunjungi cafe yang menjadi favorit ia dengan Shena. Suasana cafe yang tidak terlalu ramai membuat siapapun akan betah duduk berlama-lama. Jika sore hari seperti ini, cahaya matahari akan masuk memenuhi ruangan cafe dan jatuh di atas meja-meja.

Di hadapannya, Shena menyeruput segelas matcha latte kesukaannya. Jevan memperhatikan bagaimana Shena sesekali curi-curi pandang dengannya.

Jevan tertawa kecil, "Kenapa sih dari tadi aneh banget."

Shena menyandarkan dirinya ke kursi, matanya memicing—memperhatikan warna rambut Jevan yang semakin terang karena terkena cahaya matahari.

"Sejak kapan kamu ganti warna rambut? Perasaan baru kemarin aku liat warna rambut kamu item."

Jevan tak langsung menjawab, jari-jemarinya bergerak menyisir rambutnya ke belakang, tak lupa mengeluarkan senyum tengilnya.

"Gimana suka gak? Fans aku aja suka masa kamu engga," jawabnya penuh percaya diri dan narsis.

Kalimat itu spontan membuat Shena mengernyit. "Cih pede abis," jedanya, "Tahta tertinggi warna rambut kamu itu item, gak ada yang bisa ngalahin."

"Tapi tetep ganteng kan? Ayo ngaku."

Shena berdecih, malas rasanya saat tiba-tiba Jevan mengaktifkan mode narsisnya yang menjijikan. Gengsi bagi Shena untuk mengakuinya walaupun memang kenyataannya seperi itu.

"Ganteng sih," shena menganggung kecil sembari menautkan kedua alisnya, "tapi lebih ganteng lagi kalo kamu gak usah narsis," sambungnya.

Jevan tak kuasa menahan dirinya untuk tidak tertawa. Salah satu hal menyenangkan bagi Jevan untuk menggoda perempuan itu.

"Oke kita move, apa wishlist kamu selanjutnya buat besok?"

Untuk sesaat Shena terdiam, "ngelukis, aku pengen ngelukis bareng."

Aih-alih menjawab Jevan justru menarik sudut-sudut bibirnya ke bawah. "Kamu kan tau gambar aku jelek, kamu aja waktu kecil sering ngejek gambaran aku."

Shena terkikik, lucu baginya mengingat gambar yang Jevan buat saat kecil. "Itu kan dulu, masa iya sekarang gak ada perkembangan."

Namun, Jevan hanya bergeming, menimbang-nimbang jawaban yang akan ia keluarkan. Lain halnya dengan Shena, perempuan itu justru mengguncang-guncang lengan Jevan dengan wajah penuh harap.

"Ayolah, katanya apa aja boleh. Whatever it is, i'll do it kamu gak inget pernah ngomong itu," Shena mengulang ucapan Jevan beberapa jam lalu di susul senyum lebar dan matanya yang berbinar.

Jevan menghela nafas panjang, bukan menjengkelkan tapi karena ia tak sanggup melihat Shena mengeluarkan sisi manjanya.

"Oke, tapi jangan di ledekin lagi ya soalnya aku gak bisa ngadu lagi ke mama," Jevan menjawab dengan hati setengah pasrah.

"Iya engga," Shena lantas menghadiahi senyum sumringah di bibirnya.

Untuk saat ini Jevan hanya bisa memberikan sesuatu yang membuat Shena bahagia. Bagi perempuan itu, kebersamaan merupakan pemberian paling berkesan yang pernah ada. Melaui moment-moment kecil yang mereka lakukan, sudah cukup baginya untuk membangun sebuah hubungan menjadi lebih baik.

Satu hal yang belum Jevan sampaikan. Lukisan, Jevan mengibaratkan Shena sebagai sebuah lukisan. Setiap sisi wajah perempuan itu terpahat sempurna, menjadikannya seni paling indah yang pernah Jevan lihat. Senyum itu, jevan harap tak akan pernah hilang, bertahanlah selamanya atau Jevan akan benar-benar marah terhadap semesta.

Garis Waktu Kita [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang