Aku, Marvel.
Anak 'angkat' dari seorang Fantasia, Genah. Aku adalah anak termuda dari 3 saudara, kakak ku yang pertama, bernama Peppey. Dan yang kedua bernama, Samsul.
Aku dan keluarga ku hidup bahagia di Spadia, tempat nyaman yang di buat oleh kak Azre dengan sihir hebat nya. Kuakui, dia itu sangat kuat dan keren, i wish i could be like him.
"Kak Azre, kalau aku udah besar ... Aku mau jadi penyihir hebat kaya kakak, ya! " Ucap ku 'waktu itu', kak Azre terkekeh kecil sembari mengelus pelan rambut ku.
"Iya, kakak tunggu, " Jawab nya dengan lembut. Manik nya menatap ku dengan sendu, seolah mengharap itu benar terjadi.Namun, apakah itu memang takdir ku?
Atau ... Hanya sebuah kata-kata yang tidak akan pernah menjadi nyata?Apakah aku bisa?
Maaf saja, aku tidak akan pernah mengharapkan hal itu.
Turunkan sedikit kepercayaan kalian dari ku, aku hanya lah manusia lemah. Semua orang memanggilku ras Fantasia, tetapi aku menyebut diri ku sebagai seorang manusia biasa.
Aku mengetahui semua kejadian di masa lalu, karena tanpa sadar ... Aku bisa melihat semua nya, tentang pengorbanan kedua orang tua ku saat itu, yang mati-matian harus berjuang menyegel Herobrine dengan sihir mereka.
Aku mulai menyebut Sihir hitam di tubuh ku ini adalah sebuah kutukan yang tidak akan pernah hilang, sangat berbanding terbalik dengan sihir putih yang diberikan oleh ibu.
Aneh, bukan?
Sihir ini, membuat ku yang tanpa sadar ... Membunuh Guru ku, tetapi. Jika bukan karena sihir putih ini, Guru tidak akan pernah berada di dunia ini, lagi.
Aku benar-benar membenci kutukan yang di berikan oleh ayah ku, dia harus nya tahu bahwa aku membunuh seseorang, kan? Aku tahu dia bisa melihat ku dari atas sana.
Ya, dia benar. Aku memang membenci Ayah karena menurunkan kutukan ini pada ku.
Karena dia, aku jadi membuat orang-orang di sekitar ku mendapat bahaya. Terkadang, Sihir ini juga mengambil kesadaran ku. Aku ingin sihir ini hilang dari hidup ku, selama nya?
Aku juga harus repot mengurusi ini, yang harus berlatih siang dan malam demi bisa mengontrol sihir ini. Tapi sungguh, aku sangat berterimakasih kepada sihir ibu.
Dan, aku juga mendengar cerita dari Genah, ayah angkat ku. Dia bercerita bahwa, "Kamu tau, ga? Dulu, Ayah kamu hampir aja ngebunuh papa, ya ... Ga tau kenapa, tapi tiba-tiba Emerald ga ada di tubuh ayah mu, untung aja di situ ada ibu mu yang menolong papa, tapi ... Disini, kita ga bisa menyalahkan siapa-siapa. "
Aku mendengar cerita itu dengan jelas, dari hati ku yang paling dalam ... Aku sungguh terkejut, mataku membelalak tak percaya, apakah sihir ini benar-benar sebuah kutukan bagi ku?
Aku harus nya menyingkirkan sihir ini, saja! Orang lain juga harus nya tahu bahwa ini adalah sebuah bencana, bukan? Lantas, kenapa semua orang malah ingin mengambil sebuah keputus-asaan ini?
"Pah, Marvel mau nanya. Kenapa semua orang pengen sihir ini, sih? Padahal kan ini sihir yang gabaik buat mereka .... " Lirih ku pada Genah, dia tahu bahwa aku membenci sihir ini. Dia hanya bisa tersenyum lembut pada ku, apa banget, sih?
"Iya, Vel. Kamu bakal tahu nanti, ya? Kita tunggu aja. "
Semua tahu, ini adalah bencana. Oleh karena itu, mengapa mereka tidak menyingkirkan sihir ini dari ku? Aku tak menyangka, kenapa mereka bisa begitu meng-istimewakan sihir ini?
Aku begitu kesal dengan keluarga ku, mereka tahu bahwa aku membenci sihir ini, tetapi ... Kenapa mereka hanya tertawa?
"Iya iya, Vel. Kamu selalu cerita ini, kami bisa denger sangat jelas di hati mu itu, benci banget, kaya nya? " Tanya kak Azre, ia terkekeh kecil seraya mencuci piring.
"Ish, kenapa enggak? Setiap Marvel Pake sihir ini, Marvel jadi selalu takut. "
Samsul
............Aku kemudian mengambil kacamata ku yang tergeletak di meja dan memakai nya, aku jadi bingung kepada adik ku ini, kenapa, ya?
Kenapa dia begitu membenci sihir nya? Aku tahu, tetapi ... "Ya ... Kan karena sihir hitam mu juga, kamu jadi bisa ngalahin Herobrine, kan? " Tanya ku pada nya, dia terdiam sebentar.
Dan tanpa ku sadari, dia memalingkan wajah nya ke arah lain, sembari menahan air mata nya, mungkin? Dia menatap sendu ke arah batu Emerald yang di letakkan di atas meja.
"Iya, tau. Marvel tau itu. Tapi, setiap Marvel make sihir itu, Marvel selalu keinget saat Marvel bunuh Raja Malik, juga ngeliat wajah ibu yang ga jelas nampak nya. "
Adikku, merintikkan air mata nya tepat di depan mata ku, dan dengan cepat mengusap itu, dia selalu takut, "Marvel takut, kalau nanti Marvel bunuh orang di dekat Marvel pakai sihir ini dengan keadaan yang ga terkendali. Marvel takut mencelakai orang lain, yang ga bersalah. Seperti Raja Malik waktu itu. Bukan apa, tapi Marvel selalu keinget sama keadaan ini. "
Iya, hati nya yang lembut itu, cemas akan keadaan sekitar nya, sesayang itu, kah? Mengapa dia selalu menyayangi sosok di samping nya?
"Marvel gamau kehilangan orang yang Marvel sayang, kak. "
Dia cemas, kenapa dia takut kehilangan? Se sempurna itu kah orang lain di mata Marvel?
Mata Emerald nya menatap sendu ke arah ku, dengan pipi nya yang basah. "Berapa kali pun orang nge-khianatin Marvel. Marvel bakal tetep sayang sama orang itu, kak. "
Angin berhembus kencang ke arah rumah ini, menyapu debu yang berserakan, angin ini menerpa rambut nya yang indah ini. Apakah, Angin juga merasa kasihan pada adikku?
"Dunia yang tak di ketahui jelas nya pun juga berpihak pada nya, seolah. Menginginkan yang terbaik untuk nya, kenapa? "
Bersambung.
Eyoo readers ku tersayang muah muah bejir, apa kabar kalian semuaa?
Author minta maaf yah kalo hiatus tanpa kabar (emang biasa nya kaya gini, sih)
Btw, gimana nih cerita nya, ya sori kalo kaga bagus-bagus amat. Nama nya juga pemula aku bjir😁
Oh, ya. Maaf kalo kata-kata nya berantakan, ya!
Seperti biasa, jadwal yang ga teratur, ehek
Seperti dahulu, ya.
Kalo suka janlup vote ya cuyh
Semoga hari mu menyenangkan!
![](https://img.wattpad.com/cover/312713507-288-k372148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Dan Kita ... Viva Fantasy AU.
FantasiHIATUS. Anda bisa membaca langsung Season 2 di sini langsung, tanpa perlu membaca season 1, dan juga season 1 dan season 2 itu tidak bersambung. "Ini adalah kisah kita, Kisah dunia yang bernama Vivaland. Tempat di mana kita hidup, tempat di mana ki...