2 The Villain

131 13 0
                                    


GRAOUWWW.....

Armon menoleh ke arah buaya itu lagi ketika mendengar suara Geraman keduangnya yang kini meronta-ronta dalam ikatannya. Insting memangsa binatang dua buaya itu keluar begitu saja melihat mangsa hidup di depan mereka. Daging segar.

Lalu tak berapa lama rantai yang mengikat ke dua buaya itu di lepas membuat insting bahaya armon aktif begitu saja dan segera berlari ke arah tombak berada.

"AAAHHHH....."

Bruk!

Belum sampai armon menggapainya, ia sudah lebih dulu terlempar ke dinding dengan sekali kibasan ekor buaya itu.

"Ughhh..." Ia meringis sambil memegangi tangan kanannya yang patah.

Hampir semua binatang yang hidup di pulau ini sangat kuat. Semua itu karena obat-obatan yang di suntikkan pada mereka untuk menjadi lawan tangguh bagi calon pembunuh atas ambisi gila Marco.

" Hm.." Pria berumur empat puluh tahunan itu menompang kepalanya dengan lengan seraya menyungingkan setengah bibirnya.

Refleks yang lumayan bagus.

GRAOUWW...

Buaya itu kembali mengaung kuat.

Sementara itu disana armon nampak berusaha merangkak ke arah tombak berada bersamaan juga dengan buaya yang menganga lebar hendak memakannya.

Hup... Hup...

Di atas sana marco dari layar monitornya mendecih sambil memutar bola matanya sebal. Anak yang dia harapkan ternyata juga tak berguna. Pada percobaan kali ini tak ada satupun anak yang lulus ujian. semuanya pada mati. Dan uang yang telah Marco keluarkan untuk ujian mereka selama ini terbuang sia-sia tanpa mendapatkan hasil sedikitpun. Dia rugi besar Sialan.

Tapi tunggu! Apa itu barusan?

" Ah... Ughh..."

Disana nampak armon menggeliat keluar dari dalam mulut buaya yang menganga.
Tubuh bocah lelaki itu berdarah dengan luka gigitan ringan di sekujur tubuhnya.
Rupanya ia berhasil meraih senjata. Tombak menembus mulut buaya itu hingga mati.

Namun meski begitu ancaman bahaya belum hilang. Satu buaya lagi baru saja berjalan mendekat ke arahnya dengan niat memangsa.

Armon yang mengetahui itu hanya bisa pasrah. Ia tidak bisa bergerak lagi. Mungkin ini akhir dari hidupnya. Lantas ia memejamkan mata. Menerima semuanya dengan ikhlas.

BRUK!!

KRAK!!

Tanpa di duga, terdengar suara tubrukkan yang kuat memasuki Indra pendengaran armon. Apa yang terjadi? Penasaran-- ia pun membuka matanya susah payah dengan nafasnya yang tak beraturan. Dapati seekor buaya mati tepat di depannya. Semakin mendongak ia pun melihat seorang perempuan berdiri tepat di atas kepala buaya itu sambil memegang tombak.

Huh? Siapa?

"Hallo adik Hehe.." Ruby Jane menatap armon dengan senyuman lebar sekali di bibirnya.

° T H E V I L L A I N °

'Ugh... Aku ada dimana...'

Begitu sadar Bocah lelaki itu nampak kebingungan. Indra pendengarannya menangkap suara keras deburan ombak di sekitarnya. ia juga merasakan halusnya pasir putih menyentuh kulitnya. Armon tergeletak bebas di tepi pantai.

"Sudah bangun?"

Bocah lelaki itu terkejut bukan main. Ketika ia menoleh, armon dapati bangkai buaya besar itu tepat di depannya. Ada lubang besar bekas sayatan di tubuh buaya itu. Dan yang membuat armon tak percaya karena perempuan yang baru ia temui tadi tengah memakan lahap dagingnya. Di panggang dengan api begitu saja.

Apakah rasanya sebegitu enaknya? Kenapa kakak ini memakannya seolah itu adalah makanan yang terenak. Padahal mencium bau darah amisnya saja armon merasa mual sekali.

Sementara itu Ruby yang tengah asik makan melirik pelan ke arah bocah lelaki itu. Mengamatinya dengan pandangan kasian. Dia kelihatan lesuh dan kurus. Masih sibuk dengan makanannya-- Ruby melihat makanan miliknya dengan pandangan yang sejujurnya tidak rela.

"Kau lapar ya? Karena kau kelihatan manis kali ini aku akan membagi makananku padamu. Ini." Ruby menjulurkan sepotong daging ke depan bocah lelaki itu.

Armon membelalakkan matanya terkejut bercampur panik.

"Ah! tidak Nona. Saya tidak lapar. Nona saja yang makan." Tolaknya halus sambil meringis. takut menyinggung perasaan kakak itu.

Armon sudah ketakutan sendiri kakak itu bakal marah namun di luar dugaan Ruby malah bersikap biasa saja.

"Ya Sudah deh." Ucapnya lanjut makan.

Kemudian hening di antara mereka. Armon cuma terduduk diam memandang ke arah laut sesekali melirik ke arah kakak perempuan itu yang masih lahap makan. Sebenarnya banyak yang ingin ia tanyakan. Satu di antaranya kenapa mereka di bawa ke pulau mengerikan ini? Semua teman-temannya selama di asrama pengujian pada mati di pulau ini. Padahal mereka semua sudah cukup tersiksa dan berusaha bertahan selama di asrama. Kenapa cuma ia yang hidup? Armon sungguh benci sekali. Anos saudara kembar armon sudah tidak ada lagi. Sekarang ia harus bagaimana?

Lantas armon pun berdiri ia telah memantapkan hatinya.

"Nona terima kasih sudah menyelamatkan saya. " Ucapnya tiba-tiba seraya membungkuk pada Ruby yang menatapnya dengan datar.

"Sekarang saya akan pergi. Sekali lagi terimakasih nona." Katanya lagi.

"HAHAHAHAHAHAH....." Ruby tertawa terbahak-bahak.

Armon mengangkat kepalanya dengan wajah polos kebingungannya.

"Nona?"

"HAHAHA... Adik, kau benar-benar manis sekali. Kau akan jadi adikku mulai sekarang. "

"Eh?"

" Lagi pula kau pikir kau mau pergi kemana hehe.. Tunggu saja sebentar lagi kita akan di jemput. Kemari lebih baik kau makan saja denganku sini." Katanya menarik armon.

"Tidak Nona. Tidak" matanya membulat sempurna melihat daging buaya itu di sodorkan ke depan mulutnya.

° T H E V I L L A I N °

"HUEK.. HUEKK..."

PUK!

PUK!

PUK!

PUK!

"HUUUUUUEEEEKKKKK."

"Astaga bocah! Kau lemah sekali. " Ruby terus menepuk- nepuk punggung armon sambil memutar bola matanya tak habis pikir.

Mereka berdua saat ini tengah berdiri di pinggir kapal. Armon mabuk laut. Isi perutnya seakan keluar semua. Apalagi ia masih rada mual ketika mengingat bau amis daging buaya yang sempat di jejalkan ke mulutnya.

Untungnya armon itu adalah anak yang luar biasa baik. Mungkin kalau orang lain pasti sudah dendam terhadap Ruby.

"Ughhh.. maaf nona." Ujarnya menyesal karna berfikir sudah merepotkan.

Ruby menghela nafas. Lalu menjitak kepala armon. Tersenyum lebar.

" Adikku yang manis." Ucapnya mencubit pipi bocah itu kuat.

"Ahhhh... Nona.. " armon mengadu cemberut.

Ruby menatap armon penuh makna.

'Kau tidak akan kubiarkan mati.'

The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang