One

386 43 5
                                    

VK atau Verlos Kameer, tempat dimana suka cita dirasakan ketika suara tangisan bayi terdengar. Disana, semua yang dimiliki di dunia ini akan di pasrahkan. Tidak sedikit para wanita yang berjuang seluruh jiwa dan raga menitipkan pesan-pesan seakan itu adalah akhir hayatnya karena rasa sakit yang dirasakan.

Kontraksi yang terjadi semakin adekuat menjelang kelahiran buah hati sangat menyiksa para wanita hamil. Bayangkan betapa luar biasa seorang ibu. Mulai dari mengandung selama kurang lebih 9 bulan 10 hari dengan membawa janin kemanapun, melahirkan dengan menahan rasa sakit, melakukan penjahitan pada perineum apabila terdapat robekan, menyusui, menjaga serta mendidik anaknya hingga akhir hidup seorang ibu.

Beberapa kali Maikha bertanya kepada pasien yang melahirkan. Manakah yang lebih sakit antara kontraksi dan heacting perineum tanpa anastesi. Rata-rata pasien menjawab kontraksi. Bisa dibayangkan bukan, perineum bagian dari jalan lahir dijahit tanpa dibius masih kalah dengan rasa sakit kontraksi. Sungguh perjuangan yang mengagumkan, apalagi kontraksi biasanya bisa terjadi belasan jam sebelum persalinan.

"Mai, kok cepet datangnya?" tanya Irene, teman seperjuangannya pada stase obgyn.

"Iya, biasanya juga 5 menit lagi mau aplusan baru dateng." Niko ikut menimpali.

Ini kali pertama Maikha berada dalam stase yang sama dengan Niko. Berbeda dengan Irene, Maikha pernah bersama pada stase sebelumnya pada awal-awal KOAS yaitu stase anak.

"Tadi gue nemu pasien henti jantung di mall, RJP. Terus ternyata RS ini yang dihubungin, gue di suruh sama Kak Dimas ikut buat observasi sekalian ngasi keterangan ke UGD," jelas Maikha

"Wihh, berani juga lo RJP, keren," seru Irene antusias.

"Bukannya semua orang berhak untuk melakukan, at least masyarakat umum. Apalagi kita yang mahasiswa KOAS udah punya basic," itulah jawaban yang Maikha dapatkan ketika bertanya kepada dosennya.

Semua kalangan berhak mendapatkan pendidikan kesehatan akan RJP karena tindakan tersebut jika tidak dilakukan selama 6-8 menit, otak tidak mendapatkan pasokan oksigen sehingga mengakibatkan kematian. Mahasiswa dalam keadaan darurat juga dilindungi oleh hukum. Tidak ditolong sudah pasti mati namun jika ditolong ada peluang hidup.

"Iya sih, tapi gue ngeri juga. Sendiri lagi, di tempat umum. Kalau gagal jadi viral tau," papar Irene.

"Beginilah aksi heroik mahasiswa KOAS namun tidak dapat menyelamatkan korban henti jantung yang berakhir meninggal dunia," sahut Niko dengan nada yang dibuat ala presenter gosip televisi.

"Iya juga sih, tapi gak tau tadi tiba-tiba ini badan gerak. Gak tega aja gue ngebiarin gitu aja. Mana masih muda, barangkali belum nikah atau belum bahagiain orang tuanya," canda Maikha diakhir kalimat.

Sebenarnya itu juga menjadi ketakutan Maikha. Namun pada saat kejadian itu, refleksnya untuk menyelamatkan pasien urgent begitu kuat. Untungnya ia pernah melakukannya secara nyata di rs didampingi nakes lainnya, sehingga tidak begitu bingung. Karena teori dan praktik saja tidak cukup dan akan berbeda dibandingkan dengan menyentuh pasien langsung.

"Cewek atau cowok?" tanya Irene

"Cowok"

"Pake Mouth tomouth resuscitation dong. Menang banyak lah tuh cowok," sahut Niko yang terdengar menyebalkan di telinga Maikha.

"Tapi gakpapa Mai kalau ganteng. Btw ganteng gak Mai?" tanya Irene.

"Iya, tapi ga nempel ya. tadi gue pake tangan nih supaya ga kena langsung." sentak Maikha kesal. Lagipula bibirnya berharga sekali, hanya untuk suami yang entah dimana keberadaannya. 

Bukan Halo DekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang