🥞12

145 24 6
                                    

🥞🥞🥞

“K-kak..” ucap Tiara terbata.

“Kok gak minta jemput gue? Sama siapa tadi? Gue denger suara motor jalan barusan, siapa?!” tanya Chika beruntut, yang membuat Tiara terpaku seketika.

“S-sama.. Um.. Itu.. Gue pulang bareng..” Jawab Tiara yang agak sedikit tidak jelas, membuat Chika sangat geram menunggunya.

Belum sempat Tiara menjawab dengan jelas pertanyaan Chika barusan, mereka berdua dikejutkan oleh suara Bunda Nita yang memanggil keduanya dari arah dalam rumah. Membuat Chika yang jadi harus tambah bersabar menunggu jawaban dari sang Adik.

“Chika.. Tiara.., kenapa ngobrolnya di depan pintu begitu? Masuk dulu, sayang” ucap Bunda Nita yang agak sedikit kencang, guna memperingati keduanya.

“Iyaa, Bun. Ck, masuk dulu. Habis selesai bersih-bersih, lu jelasin semuanya ke gue” jawab Chika yang langsung meninggalkan Tiara sendiri di depan pintu rumah.

Tiara pun mengangguk paham atas ucapan sang kakak tadi, ia pun membuka sepatu sekolahnya dan masuk ke dalam rumah, tak lupa untuk menutup kembali pintu rumahnya.

Tiara berjalan menunduk melewati Chika yang sudah berada di ruang tengah sambil menonton TV itu, ia jadi salah tingkah sendiri karena pertanyaan beruntut sang Kakak tadi.

Apa yang harus Tiara lakukan? Apakah ia harus berbohong soal kepulangannya tadi? Ataukah ia akan menjawab sejujurnya saja kepada Chika? Tiara sangat bingung sekarang, dirinya sedang berperang dengan pikirannya sendiri.

Tiara takut sang Kakak akan memarahinya jika jawabannya nanti akan berkaitan dengan Juan, tetapi jika Tiara berbohong pun ia juga akan tetap kena karma setelahnya karena telah membohongi kakaknya.

Sampai di kamarnya, Tiara langsung menaruh tas sekolahnya dengan rapi dan tak lupa juga dengan balon rusa yang diberikan oleh Juan tadi. Untuk masalah mie bakarnya, mungkin bisa Tiara pikirkan lain waktu jika suasananya sudah tenang.

Memasuki kamar mandi untuk membasuh tubuhnya dan memulai acara mandi sorenya hari ini, mungkin sambil memikirkan jawaban apa yang pas untuk ia sampaikan kepada kakaknya itu.

Semoga saja kakaknya tidak marah jika ia membawa-bawa nama Juan di dalam penjelasannya nanti.

🥞🥞🥞

“Juan pulang..” ucap Juan sambil membuka pintu rumahnya.

Tidak terdengar jawaban dari siapapun setelahnya, Juan berpikir jika di rumahnya tak ada orang sekarang. Ia pun langsung berjalan membuka pintu kamarnya, yang ternyata kosong.

Juan pun berjalan cepat menuju ke arah dapur, masih mencoba mencari seseorang yang seharusnya ada di rumah saat ini.

“Mah..” panggil Juan saat tak menemukan siapa-siapa di dapur.

Berjalan cepat ke lantai 2 rumahnya yang jarang sekali dirinya kunjungi karena lantai ini merupakan kamar kedua orang tuanya beserta ruang kerja sang Papah, yang sekarang sudah berubah seperti ruang tak berpenghuni dan terlihat sangat berantakan.

Masih dengan tujuan yang sama, Juan masih mengedarkan pandangannya mencari sang Mamah yang ia kira berada di dalam kamar kedua orang tuanya itu. Setelah membuka pintunya pun, Juan tak menemukan seorang pun di dalam sana. Oke, cukup panik perasaan Juan sekarang.

Setelah beberapa hari tak bertemu dengan mamah, Juan takut mamahnya itu sedang berada di dalam posisi tak baik saat ini.
Langsung saja Juan membuka ponselnya yang sebelumnya berada di dalam saku celana sekolahnya.

Juan langsung menghubungi sang Kakak untuk mencari jawaban dari pusingnya pikiran Juan sekarang. Sambil menuruni tangga dengan cepat, Juan pun berjalan menuju ke depan rumahnya kembali.

Our Project || JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang