Bab 1

21.1K 216 0
                                    

Seorang gadis cantik, dengan pelipis yang mulai berkeringat, terus saja mencoba memberikan arahan pada murid-murid untuk berbaris rapi dengan kedua tangan dilipat di depan dada.

Seperti biasa, setiap pagi Qiandra akan memeriksa para murid dan melaporkan mereka yang tidak berpakaian rapi kepada guru agar mereka mendapatkan hukuman. Beberapa anggota OSIS lain juga membantu sang ketua OSIS untuk mengarahkan murid-murid yang sulit diatur.

Suara deru mesin motor sport yang begitu melengking terdengar sangat keras di telinga Qiandra. Gadis itu menoleh ke arah gerbang sekolah, melihat segerombolan siswa yang baru saja datang terlambat.

Qiandra menghela nafasnya. Dia tidak perlu mencari tahu siapa orang yang baru saja datang, bahkan hampir terlambat. Siapa lagi, jika bukan geng Exalto.

EXALTO yang terdiri dari tiga nama cowok paling terpopuler di sekolah yang bergabung menjadi sebuah geng motor terbesar di sekolah begitupun di luar sekolah.

Yang pertama Exal Jevon Danendra. Panggil saja dia Exal. Seorang ketua di geng Exalto. Tampan, kejam tak tersentuh. Sedangkan orang yang berada di samping Exal adalah Aldo Mahesa, wakil ketua di geng Exalto. Aldo sering tebar pesona pada setiap cewek. Dan orang yang ada di samping Aldo bernama Tomy Winata orangnya agak lumayan kalem, dan tentunya dewasa. suka sama cewek malah di pendam. Sungguh payah.

Mereka bertiga, pria idaman para murid cewek. Lihatlah, baru saja datang, mereka sudah membuat para cewek-cewek di SMA high school klepek-klepek dengan pesona yang dimiliki mereka.

Qiandra berjalan menuju area parkir, menghampiri salah satu siswa yang baru saja turun dari motornya di antara kerumunan siswa lainnya.

"Buka jaket!" perintah Qiandra dengan nada yang tegas.

Exal, hanya menatap gadis di depannya dengan ekspresi datar, tanpa menunjukkan niat untuk membuka jaketnya.

"Buka jaketnya!" Qiandra kembali menegaskan perintahnya kepada Exal dengan suara yang lebih keras.

Exal dengan malas membuka jaketnya.

"Dasi?" tanya Qiandra.

"Rumah!" jawab Exal singkat.

"Gue nggak nanya rumah lo! Gue nanya dasi lo?" ucap Qiandra dengan nada mulai kesal. Exal mendengus mendengar perkataan Qiandra, lalu menatap wajah cantik Qiandra dengan ekspresi datar.

"Lo nanya dasi gue di mana? Ya, di rumah!" ketus Exal.

Qiandra yang mendengar jawaban Exal merasa malu sendiri, apalagi banyak murid-murid yang mendengar percakapan mereka, walaupun itu adalah teman-temannya.

Qiandra menyelidiki Exal kembali, lalu berucap dan mengabaikan perkataan sebelumnya.

"Mana, kaus kaki lo? Lo datang ke sini, niat sekolah atau mau jadi kuli bangunan? Nggak ada rapi-rapinya," kata Qiandra dengan lantang.

"Banyak bacot lo jadi cewek!" Exal mulai kesal dengan sikap Qiandra yang seperti ibu-ibu arisan. Qiandra mendelik tak suka karena perkataan Exal.

"Itu, lagi baju lo bukannya di masukkan?" tunjuk Qiandra pada seragam putih Exal yang sengaja dikeluarkan.

"Ribet sangat lo jadi cewek. Apa susahnya masukan pake tangan lo!"

Qiandra membelalakkan kedua matanya.

"Masukkan sendiri ..." Qiandra terlihat tidak senang dengan kata-kata yang keluar dari mulut Exal.

"Nggak!" Jawabnya hendak pergi.

"Lo, mau ke mana? Gue belum selesai," Qiandra menegur Exal yang ingin pergi dari hadapannya.

Exal berdecak kesal, "Apa susahnya lo bantu gue masukkan!" dengan senyum jahilnya Exal berkata, karena dia pikir Qiandra tidak mungkin berani menyentuh atau memasukkan bajunya ke dalam celananya.

Namun, pikiran Exal melenceng jauh ternyata Qiandra begitu berani memasukkan baju ke dalam celananya.

Qiandra hendak memasukkan baju seragam Exal yang sengaja dikeluarkan.

Kep!

Exal langsung memegang tangan Qiandra dengan cepat lalu berkata, "Mulai sekarang, kita pacaran lagi! Karena lo udah berani-beraninya nyentuh gue." Qiandra mengernyit, lalu melihat ke arah Exal yang tiba-tiba berkata seperti itu. Qiandra segera menepis tangannya.

"Nggak jelas lo!" Qiandra hendak pergi, tetapi tangan Exal kembali menarik tangan Qiandra hingga gadis itu tertarik ke arah dadanya.

"Apa lo lupa dengan perkataan gue waktu itu? Hubungan kita boleh putus. Tetapi jika lo berani sentuh gue lagi, maka lo jadi milik gue lagi, Qiandra." bisik Exal di telinga Qiandra sambil tersenyum senang.

Tubuh Qiandra seketika menegang mendengar bisikan Exal. Suara Exal membuat darahnya berdesir. Detak jantungnya kembali berdetak kencang, seakan cinta itu kembali tumbuh. Namun, sayangnya, rasa sakit hati di dalam dadanya membuat Qiandra segera mendorong tubuh Exal untuk menjauh darinya.

"Sorry, gue lupa tentang perkataan lo itu! Apalagi perkataan lo itu nggak masuk akal sama sekali! Jika hubungan sudah berakhir, jangan harap bisa kembali!"

Setelah berkata seperti itu, Qiandra segera pergi dari hadapan Exal yang tersenyum tipis, melihat Qiandra pergi begitu saja.

Qiandra memasang wajah marah, hatinya kembali sakit, mengingat hubungan yang dijalani selama bertahun-tahun, saat masih duduk di bangku SMP harus kandas saat mereka baru beberapa bulan masuk ke sekolah SMA.

Qiandra benar-benar kecewa begitu dalam. Bahkan begitu membenci Exal yang mengkhianati kepercayaannya, membuat hubungan mereka harus berakhir begitu saja. Padahal hubungan mereka sudah sangat lama, kedua orang tua mereka begitu dekat sejak dahulu.

Sejak kecil mereka selalu bersama-sama, saat orang tua mereka berkumpul bersama. Sampai akhirnya mereka berpacaran. Namun, semua itu sudah berakhir.

"Qiandra, lo kenapa?" tanya Ketty.

"Gue nggak apa-apa." Qiandra berbicara sambil menarik napas dalam-dalam.

Bel sekolah mulai berbunyi, menandakan para siswa untuk segera masuk ke dalam kelasnya.

"Qiandra..." teriak Lani yang baru saja datang ke dalam kelasnya, dia adalah teman sekelas Qiandra.

"Berisik banget, lo!" ucap Ketty yang duduk sebangku dengan Qiandra.

"Kalian berdua tahu nggak?" kata Lani dengan begitu senang.

"Mana gue tahu, kan lo belum kasih tahu." Ketty berucap sambil menoyor kepala Lani.

"Sakit tahu..." keluhnya.

"Lani, lo mau ngomong apa sih?" tanya Qiandra penasaran.

"Gue mau ngomong apa ya... Gara-gara si Ketty nih! Gue jadi amnesia!" Lani mencoba mengingat apa yang akan dia katakan pada kedua temannya.

"Haha... Bukan amnesia, tapi lo nya aja yang sering lupa." Ketty menertawakan Lani yang memang sering lupa.

"Sialan lo, udah ah! Gue balik keluar dulu. Kata orang tua dulu, kalo mau ingat sama kata-kata sebelumnya, harus balik lagi ke tempat sebelumnya." Lani segera pergi begitu saja tanpa memedulikan Qiandra dan juga Ketty yang menertawakan tingkah Lani. Baru saja beberapa menit Lani sudah kembali lagi dengan berteriak.

"Gue tahu... Sekarang gue tahu!" Teriak Lani membuat heboh satu kelas dengan ulah Lani, yang mengejutkan satu kelas dengan tingkahnya.

"Kenapa lo Lani? Kerasukan!" teriak seorang cowok yang diiringi tawa dari temannya yang lain.

"Apa sih lo! Gue nggak ada urusan sama kalian," Lani berkata dengan nada kesal. Lalu segera menghampiri Qiandra dan juga Ketty.

"Sekarang lo udah ingat?" tanya Qiandra.

"Iya, gue udah ingat sekarang. Gue mau cerita kalau kelas kita bakal kedatangan murid baru yang amat-amat tampan. Ini bisa jadi saingan Exal!" Lani begitu senang dengan gosipnya. Qiandra memutar bola matanya malas. Ia kira ada apa, ternyata hanya kedatangan murid baru.

"Selamat pagi..." 

Suara seorang guru yang baru saja masuk ke dalam kelas, membuat obrolan Qiandra dan juga temannya harus terhenti terlebih dahulu.

"Ayo masuk!" ajak guru pada seseorang yang masih di luar kelas.

Seketika kelas yang hening saat murid baru itu masuk, membuat kelas kembali begitu ramai dengan bisikan mereka mengenai kedatangan murid baru yang seperti orang Korea.

KETUA GENG MOTOR VS BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang