Bab 5

7.4K 92 0
                                    

Exal terdiam sesaat, Exal sama sekali tidak marah dengan apa yang dilakukan oleh Qiandra padanya, karena itu memang salahnya.

Qiandra langsung pergi begitu saja meninggalkan Exal yang kini mulai ikut mengejar nya keluar.

Qiandra segera menghampiri motor sport miliknya, memakai helm nya dengan cepat.

Qiandra memakai rok pendek, namun begitu berani menaiki motor sport yang begitu besar.

Exal yang melihat Qiandra telah pergi dengan motor nya. ia pun segera memakai helm nya dan segera menyalakan motor sport miliknya dengan terburu-buru untuk mengejar Qiandra yang membawa motornya dengan kecepatan tinggi.

Detak jantung Exal seakan hampir di buat copot dengan ulah Qiandra yang membawa motor nya begitu kencang.

Beruntung jalan tidak terlalu ramai kendaraan.

Exal yang tidak ingin kalah dan segera menambah kecepatannya untuk mengejar Qiandra agar berhenti.

Exal tidak ingin gadis yang dicintainya itu kenapa-kenapa.

Exal kini berada di samping motor Qiandra, mereka seperti orang yang sedang balapan.

" Berhenti!" titah Exal yang kini membuka kaca helm nya.

Qiandra sama sekali tidak peduli dengan apa yang dikatakan Exal pada nya. Ia terus saja melajukan motor nya.

Exal dibuat kebingungan, bagaimana cara nya untuk bisa membuat Qiandra berhenti sampai akhirnya Exal mempertaruhkan nyawa nya sendiri dengan tetap beriringan di samping Qiandra.

Hingga datang mobil Truk trailer box dari arah berlawanan, membuat Exal segera memelankan motor nya agar Qiandra lewati mobil tersebut lebih dulu.

Apalagi mereka akan bertemu dengan belokan didepan nanti.

Qiandra, mulai memelankan motor nya. Saat hendak berpapasan dengan mobil tersebut.

Saat Qiandra berada di belokan.

TOD... TOD...

Suara klakson mobil, membuat Qiandra terkejut dan segera melihat ke arah kaca spion nya.

Qiandra tidak menemukan motor yang sejak tadi mengikutinya.

Qiandra begitu terkejut bercampur cemas, rasa takut mulai menjalar menyelimuti hatinya.

Qiandra telah berpikir buruk tentang Exal yang mengikutinya sejak tadi, tetapi sekarang tiba-tiba menghilang begitu saja.

Qiandra mulai menghentikan motornya di pinggir jalan, lalu mengeluarkan ponsel nya.

Berpura-pura jika ia sedang mengecek ponselnya, dengan mata terus melihat ke arah kaca spion dengan harapan jika Exal akan datang dan berhenti di sampingnya, tetapi ternyata harapan Qiandra sama sekali tidak terjadi setelah beberapa saat menunggu kehadiran Exal.

Orang yang Qiandra hindari, namun sekarang sedang menunggu kedatangannya dengan cemas.

Qiandra menggigit bibir bawahnya sampai, akhirnya ia memilih untuk kembali dan melihat apa yang terjadi pada Exal.

Qiandra memutar balikkan motornya.

Dari kejauhan Qiandra melihat seseorang yang tergeletak di aspal jalan dengan motor nya yang terpisah cukup jauh dari orang itu.

Mata Qiandra membelalak melihat apa yang terjadi di depannya, pikiran nya kacau karena berpikir yang tidak-tidak tentang orang yang tergeletak itu.

Tubuh Qiandra terasa lemas saat motor yang di kendarai nya mulai mendekati orang yang tergeletak di aspal.

"Exal" gumam Qiandra.

Qiandra segera membuka helm nya dan turun dari atas motor, berlutut di samping Exal yang terbaring di aspal.

"Exal!" Qiandra mencoba memanggilnya, namun tak ada jawaban darinya.

Qiandra membuka helm milik Exal yang ternyata mata Exal telah terpejam.

"Exal, lo gak usah bercanda deh! bangun," sambil menggoyangkan badan Exal.

Qiandra tidak tahu apa yang terjadi pada Exal, dilihat dari pakaiannya, Exal seperti habis terjatuh dari motor saja. Tidak ada luka serius.

"Gak, lucu tau gak! Exal bangun..." Qiandra kembali membangunkan Exal.

Qiandra dibuat kebingungan, entah harus bagaimana caranya agar Exal bisa bangun.

"Ish... Nyebelin banget sih jadi cowok, udah nyakitin. Sekarang malah nyusahin!" Gerutu Qiandra yang masih bisa terdengar di telinga Exal, yang sengaja berpura-pura pingsan.

"Gue telepon Tommy aja deh! Gak mungkin gue bawa sendirian ke rumah sakit pake motor." Lagi-lagi Qiandra berbicara sendirian.

Sambil mengeluarkan ponselnya.

Saat hendak mencari nomor ponsel Tommy.

Tangan seseorang mengambil ponsel milik Qiandra dari tangannya.

Qiandra terperanjat kaget lalu menoleh ke arah Exal yang ternyata sudah bangun.

"Gak usah panggil orang lain, anterin gue ke apartemen," ucap Exal dengan tegas.

"Gue gak bisa! Sini balikin ponsel gue. Biar gue bantuin telepon temen lo," Pinta Qiandra pada ponsel nya yang diambil.

Qiandra merasa lega melihat Exal tidak kenapa-kenapa.

Exal malah menyimpan ponsel Qiandra ke dalam saku celananya.

"Qia, lo gak khawatir sama gue? Lo gak mau tanya kenapa bisa kayak gini?" tanya Exal dengan nada sedikit kecewa, melihat bahwa Qiandra tetap acuh padanya.

"Ngapain gue harus khawatir? Gue kan bukan si-" perkataan Qiandra terhenti saat telunjuk Exal menutup mulutnya.

Qiandra segera menepis tangannya Exal, memilih untuk pergi.

"Jangan pergi..." rengek Exal seperti anak kecil.

"Lepasin tangan gue! lo juga gak kenapa-napa,"

Tetapi Exal sama sekali tidak melepaskan tangannya.

"Tangan gue emang gak kenapa-napa, makanya bisa pegang tangan lo!"

"Whatever," Qiandra memasang wajah malas.

"Qiandra, lo tega ninggalin gue disini sendirian." Exal memasang wajah memelas.

"Ya, udah ayo pergi sekarang! Tapi motor lo?"

"Nanti gue telepon orang buat ngambil motor gue." Ucap Exal

Mau tak mau, Qiandra membantu Exal untuk berdiri dan akan segera mengantarnya.

Walaupun begitu berat bagi Qiandra menginjakkan kakinya ke apartemen itu lagi, karena itu sama saja mengingat kembali luka lama yang seharusnya terkubur.

Exal merangkul pundak Qiandra sambil berjalan beriringan, karena kakinya yang terasa sakit. Akibat jatuh dari motor karena mencoba menghindar dari mobil truk.

Beruntung sebelum nya Exal melambatkan laju motornya. Jika tidak mungkin akan bertabrakan dengan mobil truk itu.

Qiandra segera menaiki motor nya.

"Balikin ponsel gue." Pinta Qiandra pada Exal yang telah berhasil menaiki motornya. 

KETUA GENG MOTOR VS BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang