4

260 30 1
                                    

FREEN POV

Aku membuka pintu rumahku dan melihat Ayah dan Ibuku sedang menonton televisi dan bersantai di ruang tamu.

"Freen, kami minta maaf karena makan malam tanpamu. Kau pulang terlambat, darimana saja kau?" Ibu bertanya padaku.

"Jangan khawatir, Bu. Aku akan makan malam sendiri. Tidak masalah. Aku minta maaf karena pulang terlambat, ini hari yang sibuk di kampus."

"Pergilah mandi sekarang lalu segera makan malam. Lihat dirimu, bagaimana kau bisa sampai berkeringat seperti itu?"

"Ehmm.. Ini.. Aaa.. Tidak ada. Aku hanya merasa cuacanya panas," kataku, lalu aku naik ke atas dan mandi. Setelah itu, aku berjalan menuju jendelaku dan mengintip sedikit melalui tirai. Aku melihat lampu kamar Becky sudah menyala. Lalu, aku turun untuk makan malam.

"Dimana Oaey?" Aku bertanya pada Ibuku sambil menyantap makan malamku.

"Tentu saja dikamarnya. Dia sudah menggunakan laptopnya sejak berjam-jam yang lalu, Ibu rasa IQ-nya akan meningkat pesat saat dia selesai." jawab Ibuku bercanda.

Setelah aku selesai menyantap makan malamku, aku pergi ke kamar Oaey dan melihatnya berada di depan laptopnya. Aku mengetuk pintunya meski pintunya sudah terbuka.

"Oh, P'Freen! Masuklah." dia menyapaku lalu menutup laptopnya dengan cepat.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Aku berjalan ke arahnya dan duduk di tepi tempat tidurnya.

Dia tersenyum gugup lalu berbisik padaku, "Aku mengobrol dengan Jaja. Hehehe."

"Ah, kau tahu, Ibu mengira kau sedang belajar!" Aku memukul kepalanya pelan dan membuatnya cemberut.

"Apa kau pernah merasa menjalin hubungan, Phii? Jika kau punya pacar, kau pasti merindukannya dan ingin bersamanya setiap saat, bukan?"

Apa yang dikatakan Oaey benar-benar membuatku berpikir. Ya, dia benar. Dan itulah kenapa aku pergi ke kamarnya. Aku ingin menanyakan apakah dia mempunyai nomor Becky. Ya, adikku benar, mungkin inilah yang Jaja rasakan sekarang. Dia ingin menghabiskan waktunya bersama Oaey lebih lama. Dan aku merasakannya sekarang, Becky dan aku hanya berpisah tidak lebih dari 2 jam, tapi rasanya aku SANGAT MERINDUKANNYA. Padahal, kami baru mengenal satu sama lain dan dia belum menjadi pacarku. Tapi aku merindukannya.

"Nong, bisakah kau memberitahuku tentang nona Armstrong?"

"Nona Armstrong? Apakah yang kau maksud P'Becca? Keluarga Armstrong tetangga kita?" tanya Oaey bingung.

"Iya. Becca Armstrong itu!"

"Ahhh!" Mata Oaey membelalak. Lalu dia terkekeh. "Aku paham, Phii. Baiklah, akan ku beritahu. Dia lajang."

"Hei, aku tidak bertanya tentang status hubungannya!"

"Tapi matamu mengatakannya!" Kata Oaey, sekarang dia menertawakanku.

Aku segera memalingkan mukaku darinya. Aku tersipu. Lalu aku juga sedikit tertawa. Menurutku, adikku ini sangat mengenalku.

"Kami berjalan pulang bersama hari ini. Dia baik, dan cantik."

"Hahaha. Jadi, apakah kakakku ini sekarang telah jatuh cinta, ya?" Oaey menggodaku. Ah itu menyebalkan. Tapi aku pikir tidak apa-apa. Selain itu, dia adalah adik yang sangat baik. Dia memercayaiku untuk merahasiakan hubungannya dengan Jaja, jadi aku rasa aku juga bisa mempercayainya.

"Ya, bisa jadi seperti itu. Bisakah kau membantuku?"

"Membantu apa? Kau harus membuatnya mencintaimu dengan caramu sendiri, P'Freen!" dia menjawab.

The Girl Next Door (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang