Chiaroscuro (2): Cinta Pertama

183 24 7
                                    

Kuhela napas kuat-kuat setelah menghentikan mobil di depan gedung SMA 1 yang ada di seberang jalan. Beberapa anak berseragam putih abu-abu keluar dari balik gerbang sekolah. Ada yang membiarkan diri mereka basah karena air hujan, tetapi banyak juga yang memilih memakai payung.

Sembilan tahun lalu aku pernah ke tempat ini, berdiri menunggu di bawah payung, di seberang jalan. Ya, tepat di mana mobilku saat ini berhenti, untuk menunggu Mas Satya keluar dari balik gerbang. Meski sampai akhir, bahkan hingga hari ini, sosoknya tak pernah kulihat lagi keluar dari sana.

Setelah diam selama beberapa menit, aku meraih ponselku di dashboard dan melakukan panggilan ke Mbak Dewi. Sayangnya, tak ada respons dari si empunya nomor. Aku tak begitu minat mencari tahu ke Mas Caesar tentang bagaimana dia bisa memiliki nomor Mbak Dewi. Karena meski aku bertanya dengan nada halus atau bahkan kasar sekalipun, kakakku itu hanya akan menjawabnya dengan cara mengangkat bahu.

Aku adiknya, tetapi tak pernah mengenal pribadinya dengan baik. Tidak hanya Mas Caesar, tetapi juga seluruh anggota keluargaku. Mereka adalah orang asing yang kebetulan sedarah denganku.

Seperti yang terjadi saat itu, sepulang dari sekolah, dua hari setelah aku mengikuti technical meeting olimpiade. Belum juga aku masuk ke dalam kamar, sudah kudengar suara bentakan dari dalam ruang kerja Papa. Itu suara Papa. Meski selanjutnya yang kudengar adalah bentakan balasan dari Mas Caesar.

Benar sekali. Sudah biasa hal itu terjadi. Papa memarahi Mas Caesar dan bahkan memakinya, tetapi kakakku itu balas membentak dan tak takut untuk memaki ayah kami tersebut. Semua orang di rumah sudah hafal. Semuanya. Bahkan, para asisten rumah tangga, tukang kebun, dan juga sopir. Karena memang itulah drama yang sangat klasik di rumah keluarga Wregastomo.

Malas mendengarkan suara-suara seperti anjing yang tengah berkelahi itu, aku memutuskan akan masuk ke kamar saat tiba-tiba Mama datang mendekat dan berkata, "Besok Om Sony yang dari Padang datang sama istri dan anak lelakinya. Kamu ada acara? Kalau enggak wakili keluarga kita ketemuan sama mereka."

"Kenapa harus aku, Ma?" tanyaku cepat, dengan nada tak suka tentunya.

Mama menatapku sejenak, lalu mengangkat bahu. "Papa dan Mama ada acara dengan Pak Pramono Hadiwinoto dan Bu Devi di luar kota. Masa iya Caesar atau Celia yang harus nemuin mereka?"

Aku mendengkus kesal. "Kalau gitu batalin aja--"

"Celine!" Mama melotot tajam padaku.

Dengan kesal kubalas tatapan mata Mama. Entah kenapa aku benar-benar sedang malas untuk menurut. Seminggu lagi aku akan menghadapi olimpiade. Masa iya aku diminta menemui keluarga pengusaha sombong yang begitu giat ingin menjodohkan anak lelakinya denganku itu? Bisa membuat hari-hari menjelang olimpiadeku menjadi buruk dan aku gagal fokus. Bahaya, kan?

"Besok aku ada janji belajar untuk olimpiade dengan teman." Jawaban itu tiba-tiba saja sudah keluar dari mulutku.

Mama mengerutkan kening. "Teman?"

Aku mengangguk. "Di technical meeting kemarin kami diminta untuk saling bertukar nomor dengan sesama peserta." Aku diam sejenak untuk memilih kata-kata yang pas. "Dan ini bisa jadi kesempatanku untuk mencari tahu kelemahan mereka atau mengikuti cara belajar mereka. Mengingat ini baru pertama kali aku ikut olimpiade, jadi aku perlu banyak mencari tahu, kan, Ma?"

Bagus, Celine! Aku terus mendorong diriku untuk membohongi Mama demi bisa menggagalkan permintaannya tadi. Dan aku bersyukur selama ini Mama mirip seperti robot yang dijalankan Papa. Karena dia tidak berpikir panjang untuk langsung mengangguk, setelah mendengar alasanku yang berkaitan dengan akademik itu.

"Di mana acaramu besok?" tanya Mama.

Sial! Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang karena baru sadar bahwa aku bahkan belum berkenalan dengan satu orang pun di dalam ruang technical meeting tersebut. Sampai akhirnya ingatanku tertuju pada Mas Satya. Ya, dia satu-satunya kenalanku. Kenapa tidak kucoba mengajaknya bertemu esok hari untuk belajar bersama?

Bittersweet of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang