Saka tidak mengerti apa yang terjadi.
Terakhir dalam ingatannya dia sedang mencoba menyadarkan Naya namun Naya menyerangnya dan dia pingsan.
Begitu membuka mata, Saka masih ada di kamar anak-anak perempuan namun hanya ada dirinya sendiri sementara yang lain entah kemana.
"Putra?"
Saka mencoba memanggil nama temannya satu per satu.
"Kak Dewa!"
Saka keluar dari kamar dan mendapati ruangan lain sama kosongnya.
Kemudian tiba-tiba pintu depan dibuka kasar.
Brak!!
Saka menoleh dengan terkejut. Lagi-lagi ada perempuan yang sepertinya adalah anak pak Dalang.
Perempuan itu menatapnya tepat di mata. Jujur saja Saka merasa takut meskipun saat ini perempuan itu tampak seperti manusia biasa.
"Kamu kenapa di sini? Di sini bukan tempat kamu."
"S-saya juga nggak tahu."
"Saya kan sudah suruh kamu pergi."
"Kenapa saya harus pergi?"
"Kalau kamu tidak pergi, nanti kamu seperti saya...mati."
Deg
Saka merinding seketika. Dipastikan dia memang sedang mengobrol dengan orang mati.
"Kamu...kamu anak Pak Dalang?"
"Entah. Saya pikir juga begitu, tapi bapak mana yang tega membunuh anaknya sendiri?"
Saka teringat mimpinya, di mana dia melihat anak Pak Dalang seperti kesurupan lalu mati.
"Jadi apa yang saya lihat itu nyata?"
Perempuan itu mengangguk.
"Sengaja saya tunjukkan supaya kamu hati-hati dengan bapak saya."
Dia berjalan mendekati Saka.
"Dan juga supaya kamu bisa tolong saya. Tolong kuburkan saya dengan layak," ujarnya tepat di depan Saka.
Saka bergeming, tidak tahu bagaimana harus merespon. Dia juga kaget, kalau ternyata anak Pak Dalang bahkan tidak dikubur dengan layak, pantas saja dia jadi arwah penasaran.
Perempuan itu berjalan melewati Saka, terus ke belakang menuju dapur. Saka mengekor, lagipula dia tidak tahu lagi apa yang bisa dilakukannya di alam ini.
Lalu pintu yang menghubungkan dapur dengan kebun belakang rumah dibuka.
"Di sini mayat saya dikubur," ujar anak Pak Dalang seraya menunjuk tanah kosong.
"Saya tidak ikhlas."
Saka merinding lagi, merasakan aura si hantu perempuan yang berubah jadi lebih menyeramkan.
"Nama kamu siapa?"
"Mila. Nama saya Jamilah."
"Mila, saya akan usahakan bantu kamu menguburkan mayatmu dengan layak, tapi sekarang saya terjebak di sini. Saya tidak tahu cara kembali."
Mila kembali berjalan menuju depan.
"Sebentar lagi ada yang menjemput. Temanmu yang perempuan itu juga terjebak di sini. Mau kamu tolong?"
"Maksud kamu Naya? Kok bisa dia di sini?" tanya Saka sambil terus mengekori Mila yang berjalan cepat meninggalkan rumah.
"Ulah Bapakku. Dia mau kalian mati, untuk tumbal junjungannya, sama seperti aku."
Mereka melewati pohon-pohon tinggi, kebun yang biasa Saka lewati untuk pulang. Namun sekarang jadi tampak lebih menyeramkan karena dipenuhi kabut. Dari sela-sela kabut Saka bisa melihat makhluk-makhluk aneh.
Saka berusaha mengabaikan semuanya, fokus pada Mila yang berjalan di depan.
"Bapakmu itu sebenarnya kenapa? Dia muja setan?"
Mila mengangguk tanpa menoleh.
"Demi harta. Sudah kularang, tapi aku malah dijadikan tumbal pertamanya."
Kasihan. Saka miris dengan nasib Mila yang begitu tidak beruntung.
Tanpa terasa, keduanya berjalan sampai tiba di depan sebuah rumah besar. Saka belum pernah lihat, entah rumah siapa.
"Temanmu di dalam. Jemput kalau mau kamu tolong, hati-hati. Aku hanya bisa antar sampai sini. Jangan lupa janjimu."
Lalu Mila menghilang begitu saja.
"Mila!"
Saka mencoba memanggil namun Mila tidak kembali menampakan diri.
Saka menelan ludah, menatap rumah di depannya dari atas ke bawah. Ragu mau masuk, takut. Entah apa yang menanti di dalam sana.
Tapi Naya juga bisa jadi butuh bantuan. Makanya Saka memberanikan diri, dia ambil langkah pertama meski gemetar.
Begitu pintu dibuka, Saka pun disambut ruangan kosong. Tidak ada siapapun.
"Naya!"
Saka mencoba memanggil namun tidak ada jawaban.
"NAYA!!"
Jadi Saka memanggil dengan suara yang lebih besar.
Karena tidak juga mendengar sahutan, Saka berjalan mengandalkan insting.
Sesekali Saka masih memanggil Naya, sambil menoleh ke kanan dan kiri mencoba mencari sosok Naya.
Kemudian tanpa diduga Saka ditarik kuat-kuat di salah satu tikungan. Mulutnya langsung dibekap.
Saka panik, namun berubah bingung saat sadar tangan yang membekap mulutnya adalah tangan Naya.
"Sssttt. Saka, jangan berisik! Nanti dia denger," bisik Naya.
Naya melepas tangannya dari mulut Saka, takut anak itu tidak bisa napas.
"Dia siapa?" Saka ikut berbisik.
Raut wajah Naya sangat ketakutan.
"Kita harus cepet pergi dari sini, Ka."
Kalau itu juga Saka setuju. Jadi tanpa bertanya lagi, dia mengangguk.
Keduanya mengendap menuju pintu depan tempat Saka masuk. Pintunya bahkan masih terbuka lebar, tidak pernah Saka tutup sejak masuk tadi.
Sedikit lagi sampai, pintunya malah menutup dengan sendirinya.
"Kita ketahuan, Ka!" ujar Naya panik.
Saka ikut panik.
Dia tidak tahu siapa yang sejak tadi Naya maksud namun Saka sudah menyimpulkan kalau ini bukan hal baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAUH - Hyunjin Lokal AU ✅
FanfictionKisah KKN Saka (Hyunjin) bersama kedua belas orang temannya yang nano-nano. Bertemu jin penjaga dari nenek moyang Mendadak jadi dukun mengusir arwah penasaran Dijemput dari alam lain setelah ritual setan memisahkan jiwa dan raganya Disukai Kak Dewa...