Pengakuan

214 39 6
                                    

"Kamu bener gapapa?" Dewa bertanya entah yang ke berapa kali pada Saka.

"Gapapa Kak. Cuma lemes aja," jawab Saka lebih jelas agar Dewa berhenti bertanya.

Bu Kades kemudian datang dengan dua gelas air putih, satu diberikan pada Naya lalu satu lagi pada Saka.

"Minum dulu, Jang."

"Terimakasih, Bu."

Sepertinya Saka baru minum seteguk, lalu terdengar suara ribut-ribut dari luar. Pak Kades bergegas menemui warga yang nampaknya sudah berdatangan.

Dari dalam Saka bisa dengar seorang warga berseru, "Mana? Katanya teh mau menyelesaikan masalah seadil-adilnya? Jadi kumaha iyeu Pak Kades?"

Karena takut suasana tidak terkendali, Ustad Nafid menyusul Pak Kades.

"Ini ada apa? Kenapa ramai-ramai begini?" tanya Ustad Nafid dengan tenang.

Salah seorang warga tampak mengenali wajahnya. "Ustad Napid? He-eh bener ini Ustad Napidnya? Geuning aya didieu, Tad?"

Ustad Nafid tersenyum. "Kenalkan, saya Nafid. Biasa bantu warga di kampung sebelah kalau mereka kena gangguan jin. Saya ke rumah Pak Kades sebab ada yang membutuhkan bantuan," ujarnya pada seluruh warga.

"Maksudnya ada yang kesurupan?" tanya seorang ibu.

"Bukan. Mungkin biar Pak Kades saja yang cerita."

Pak Kades mulai berbicara. "Begini Pak, Bu. Saya semalam sudah bilang kan, 2 teman nak Tito tidak sadarkan diri, nah saya memanggil Ustadz Nafid kemari karena saya merasa kondisi mereka bukan berkenaan dengan medis. Ustadz Nafid bilang jiwa mereka tertahan di alam lain karena ritual tertentu yang dilakukan Pak Dalang."

Tepat ketika Pak Kades selesai bicara, Tito dan Dewa muncul dari dalam.

Kemudian seorang pria berperawakan besar berseru, "Pak Kades! Dari mana Bapak tau itu gara-gara Wa Dalang? Mereka yang bilang? Bisa saja mereka bohong!" tuduhnya ditujukan kepada Tito dan Dewa.

"Saya lihat sendiri kondisi rumah Pak Dalang, banyak lilin disusun aneh, bahkan ada gambar mencurigakan di lantai," sanggah Pak Kades.

Namun si pria besar tadi tidak terima begitu saja sanggahan Pak Kades.

"Bisa jadi itu juga mereka yang bikin! Nah Wa Dalang tumbalnya, makanya maot! Mana mayatnya juga ih meuni serem, bolong dadanya!"

"Pak, tidak baik membicarakan kondisi mayat orang," ucap Ustadz Nafid.

Tito yang sudah menahan amarahnya sejak semalam kemudian menyalak kesal pada si pria besar yang dikenali wajahnya sebagai salah satu bawahan Pak Dalang.

"Lo mending diem deh! Tutup mulut busuk lo! Gak usah sok bener! Lo tuh cuma takut warga tau kalau lo sebenernya terlibat kebusukannya Dalang, iya kan?!"

Dewa mengiyakan. "Bener! Dia itu kan anak buahnya Pak Dalang! Dia gak mungkin gak tau apa yang Pak Dalang lakuin!"

"Jangan sembarangan nuduh kamu!" seru si pria besar semakin emosi.

Dan tepat saat itu Saka muncul sambil dipapah Galeh.

"Saya bisa buktiin kalau Pak Dalang melakukan ritual sesat," ujar Saka.

"Saka, kamu istirahat aja--" potong Dewa.

"Kak, aku ketemu anak Pak Dalang."

Ucapan Saka membuat suasana panas mendadak hening.

Beberapa warga saling menatap dengan bingung.

"Mila? Si Mila mah keur gawe di Arab jeung ambuna," ujar seorang ibu.

JAUH - Hyunjin Lokal AU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang