Menjemput Saka Bagian 2

192 31 4
                                    

Dewa menatap bangunan di depannya.

Entah bagaimana, dia sudah berada di depan rumah Pak Dalang yang baru semalam dia datangi. Namun, sesuatu terasa sangat berbeda.

Dewa menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada siapapun selain dirinya. Bahkan barang seekor jangkrik saja tidak terdengar suaranya, seperti seluruh makhluk hidup ditiadakan kecuali Dewa seorang.

Dewa sadar, dirinya sudah berada di alam lain.

"Di sana, waktu berjalan dengan cara berbeda. Tiga tanda ini adalah jam tangan kamu, ini waktumu."

"Jika semua tanda sudah hilang, kamu tidak bisa kembali lagi."

"Benda apa yang menurutmu paling berharga untuk Saka?"

"Saya punya kalung yang sama. Saya rasa dari ibu."

"Kalau begitu, kalung ini yang akan mengantar kamu pada Saka."

Dewa mengingat-ingat semua pesan Ustadz Nafid.

Diliriknya tiga bulatan kecil tepat di pergelangan tangan kanannya. Juga kalung yang melingkar di lehernya, yang katanya akan mengantarnya ke tempat Saka berada.

Mungkin itu sebabnya Dewa di sana, di depan rumah Pak Dalang. Karena Saka menunggunya di sana.

Dewa menggenggam kalungnya erat, matanya yang sempat menyiratkan ketakutan kini memandang tajam ke depan, tepat pada pintu rumah yang tertutup rapat.

"Lo bisa. Demi Saka."

Dewa melangkah lebar menuju pintu, kemudian mendorongnya kuat.

Pintu terbuka lebar dengan suara keras. Menarik perhatian yang di dalam.

Tampak Saka dalam genggaman sosok tinggi besar berbadan hitam legam dengan mata merah menyala.

Sosok itu mencekik Saka, mengangkat tubuhnya dengan satu tangan hingga kaki-kaki Saka tidak lagi menapak di lantai, sementara kuku-kuku tajam si hitam juga menggores kulit Saka.

"SAKA!" Dewa berseru lantang seraya berlari mendekat melawan rasa takut.

"Kak Dewa!" Naya nyaris tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.

Dirinya dan Saka sudah hampir putus asa, tidak mampu melawan maupun melarikan diri dari makhluk menyeramkan yang mengintai hendak menyakiti mereka.

Naya pun sudah kehabisan tenaga mencoba menolong Saka.

Entah apa yang begitu menarik dari Saka hingga makhluk itu jelas-jelas mengabaikan Naya begitu Saka ada dalam jarak pandangnya, dia hanya mengincar Saka.

"Lepasin Saka!!"

Dewa menendang sosok besar itu tanpa hasil, tendangannya tembus seperti dia hanya menendang angin.

Sosok itu melirik Dewa, lalu melepas genggamannya pada leher Saka.

Saka terhempas ke belakang dengan cepat seperti didorong tenaga tidak kasat mata, lalu membentur lemari pajangan hingga kacanya pecah berkeping-keping.

Naya berteriak panik, tidak tahu harus meneriakan nama siapa--Saka yang terkapar di tengah serpihan keca atau Dewa yang menggantikan posisi Saka dalam cengkraman si hitam.

JAUH - Hyunjin Lokal AU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang