Kembali

211 32 5
                                    

Orang-orang menangis haru.

Naya berada dalam pelukan anak-anak perempuan, tampak lemas namun sepenuhnya sadar.

Tito, Galeh, dan Zidan berkerumun di depan Dewa menanyakan kondisinya penuh kekhawatiran.

Pandangan Dewa beralih pada Saka.

Saka yang bergeming di sebelahnya.

Matanya masih tertutup rapat, tidak bergerak sedikitpun.

Perlahan airmata Dewa turun.

"Saka..."

"Dewa sabar, lo udah berusaha."

Ucapan Tito tidak terdengar.

Telinga Dewa ditulikan, hanya berharap bisa mendengar suara Saka lagi.

"Saka bangun, Sa. Ibu nungguin Saka di rumah. Kasian Ibu sendirian, Sa."

Semua ikut teriris mendengar tangisan pilu Dewa.

Fadel dan Putra ikut menangis tersedu, apalagi Putra sudah kenal Saka cukup lama, sejak mereka SMA.

Dewa membawa tubuh lunglai Saka ke dalam pelukan hangat, menangisi adiknya tiada henti, meracau tentang kalau yang sudah terencana namun tidak bisa terwujud tanpa Saka.

Waktu pundaknya ditepuk pelan, Dewa pikir itu mungkin Tito atau Galeh yang coba menghiburnya. Namun suara lirih di telinganya setelah itu menyadarkan Dewa--

"Kak..."

Dewa menarik diri, menatap wajah di hadapannya tidak percaya.

--Saka masih bersamanya. Saka sudah membuka mata. Saka balas memeluk Dewa.

Entah kenapa, Saka bisa merasa kalau dia tidak akan pernah bisa bertemu teman-temannya lagi kalau dia kehilangan cahaya putih itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah kenapa, Saka bisa merasa kalau dia tidak akan pernah bisa bertemu teman-temannya lagi kalau dia kehilangan cahaya putih itu.

Saka juga tak akan bisa bertemu ibunya.

Dan Dewa...

Saka rasa Dewa akan menyalahkan diri sendiri karena meninggalkan Saka.

Padahal bukan salahnya. Dan Saka tak ingin orang baik itu nanti disiksa rasa bersalah.

Jadi Saka menarik diri sekuat tenaga.

Memutar otak agar lepas dari jeratan yang membelenggunya.

Mengambil ranting dan menusukkan ujung tajamnya pada tangan busuk yang kemudian menghilang kembali mengubur diri dalam tanah.

Hanya tersisa sedikit cahaya, namun Saka meyakinkan diri itu cukup.

Cukup untuk mengantarnya kembali kepada orang-orang yang menanti.

Pandangannya memutih.

Sesak.

Seperti sempat berhenti bernapas.

Lalu Saka membuka mata dan dirinya berada dalam pelukan Dewa yang meraung pilu memanggil namanya.

Saka kembali.

JAUH - Hyunjin Lokal AU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang