🎬¡!🎬
"Kenapa tidak beritahu jika kau Kakak kandungnya dari awal?"
"Padahal banyak fakta yang kau ungkap, tapi data diri sendiri malah kau palsukan."
Raka menunduk terdiam sebelum mendongak dengan senyum tipis terpampang menatap Allen, "dokter bilang tidak boleh, katanya Akira mengalami Alzheimer yang menyebabkan dia akan kesusahan dan merasa sakit saat berusaha mengingat memori bersamaku, kemungkinan dia akan takut dan menjauh."
"Aku tidak ingin itu terjadi, Paman. Kau tau? Selama tiga bulan Akira koma, tiap harinya aku selalu dihantui rasa takut jika mana dia meninggalkanku sendiri, hanya dia yang ku miliki sekarang ..., bagiku diingat atau tidak, tidak jadi masalah, cukup dengan melihat senyum Akira saja rasanya setimpal," jelas Raka membuat Allen mengukir senyum sendu.
Tangannya tergerak mengusap pelan surai hitam keponakannya, "terimakasih telah memutuskan untuk bertahan, Paman tau susah pasti untukmu bahagia setelah kehilangan kedua orang tuamu bahkan dengan kejadian yang tentu memberi trauma. Sakit tak memiliki tenggat waktu untuk berhenti terasa, waktu itu hanya membiasakan kita merasakannya."
"Jadi, jangan pernah sungkan untuk berbagi masalah dengan Paman, ya, Raka? Jangan berpikir kau sendirian." Sambungnya seraya menepuk pundak keponakannya.
Raka tersenyum lega, Allen tidak pernah gagal dengan kalimatnya, "terimakasih banyak, Paman, kalimatmu selalu bisa menenangkan."
Allen tersenyum bangga lalu merangkul pundak Raka, "tentu saja, inisial nama kita kan sama," ujarnya tertawa.
"Then? Hubungannya apa?"
"Ya, nothing."
Raka tertawa hampa, lalu menonjok pipi Pamannya sedikit pelan.
"Loh?! Mentang-mentang Kak Aleg sudah tidak ada, kamu jadi makin berani, ya!" marah Allen sembari memegangi pipi kanannya yang sedikit nyeri.
Raka tertawa tanpa dosa, baginya Allen sudah seperti Ayah, hubungannya bisa dibilang lebih dekat dengan Allen dibanding Ayahnya sebab Aleg tak terlalu memiliki banyak waktu bersamanya saat masih kecil.
Sayang ketika beranjak dewasa, Raka dituntut untuk menjadi penerus perusahaan, jadi Raka lebih sering kesini untuk belajar bersama Ayahnya. Sejujurnya Raka jengah, tapi ia selalu senang karena akhirnya banyak waktu yang ia habiskan bersama Sang Ayah.
"Rakata," Raka terdiam menatap mata dengan iris coklat milik pria di depannya.
"Don't be sad and cry alone, got it?"
Tawa pelan mengudara, Raka perlahan menyandarkan kepalanya pada bahu Allen, "yea I got it, Uncle Ryu yang tampan!"
Allen tersenyum hangat beberapa detik sebelum alis wajahnya berubah menukik, "heh! Jangan memanggil ku dengan Ryu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You || Heewon [ENHYPEN]
Short StoryTentang mereka yang dipisahkan oleh takdir. Malam pembantaian berdarah yang merenggut nyawa, memberi lara, dan trauma untuk waktu yang lama. Rakata harus berjuang melawan semua masa lalu kelam demi dirinya, masa depan, dan menemukan titik terang dar...