#10

282 31 2
                                    

🎬¡!🎬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎬¡!🎬

"Ki? Kenapa masih melamun? Ini sudah larut, sebaiknya tidurlah,"

Akira menghembuskan napas, menatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah 12 malam.

Kemudian tatapan kosongnya beralih pada Raka, lelaki itu tersenyum hangat, menenangkan, tapi anehnya tak meredakan kegelisahan dihatinya, "menurutmu, apakah aku penyebab kehancuran keluarga ku, Raka?"

"Hei, apa maksud mu? Jangan berbicara omong kosong, Akira. Itu murni karena kedengkian hati seseorang."

Akira mendengus, "kau tau apa? Kalian mungkin sahabat, tapi kakakku bisa saja tak memberitahu mu kenyataannya, kan?"

Raka terdiam, nyeri rasanya ketika kalimat itu terlontar begitu saja. Terkadang Raka ingin berteriak untuk mengatakan fakta yang satu ini.

Akira menatap lirih, "Raka ..., aku tidak mengingat ibu, ayah, kakak— ah segalanya, aku tidak mengerti apa yang terjadi, apa ini karma untukku?"

Raka menggeleng cepat, melihat netra sendu itu berair, Akira tertunduk mengacak kasar rambutnya, membuatnya kini terlihat begitu berantakan.

"Maaf, maafkan aku, aku tidak mau hidup seperti ini, Raka ...."

Lantas Raka membawanya dalam dekapan erat, tidak bisa ia lihat adiknya seperti ini. Kenapa takdir mesti membuat Akira tersesat dalam kegelapan tak berujung? Mungkin, Raka hanya perlu menjadi cahaya untuk menuntunnya keluar, tapi sampai kapan?

"Aku disini, aku akan selalu disini untuk mu, sungguh apapun yang telah terjadi kau tidak perlu menyalahkan diri, Ki," mendengar isakan itu membuat Raka marah, mengutuk mereka yang telah membuatnya berada di posisi ini.

"I'll find you soon ...."

Bagaimanapun itu, akan selalu ada hasil dari setiap usaha, bukan?

💠🔹💠

"Kali ini kau pasti akan di kembalikan ke rumah sakit Ananta,"

Akira menatap risih pada tiang infusnya sebelum menggeleng, "a-aku tidak mau di rumah sakit itu, Kak Jake! Aku mau disini saja, aku lebih suka disini!"

"Tapi, Ki, kami semua tidak mau kondisimu memburuk, kau baru saja memuntahkan darah," timpal Jay bersidekap dada.

"Iya, bagaimana jika kau memuntahkan emas nanti?"

"Ren! Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda," tegur Jake dengan tatapan seram, bahkan seluruh pasang mata itu menatap seram padanya saat ini.

Rayner mencubit lengan Kakaknya hingga empunya sedikit meringis. Lagian heran dia, ini orang becanda ngga lihat-lihat sikon dulu.

I Found You || Heewon [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang