Drrttt ... Drrttt ... Drrttt
Ketukan jari di keyboard laptopmu diinterupsi oleh getaran yang berasal dari ponsel yang kau letakkan tak jauh darimu. Meraih benda persegi panjang tersebut, kau mendapati nama seseorang yang kau kenal berkedip manja di layar.
Menghela napas sejenak, kau lantas menjawab panggilan. "Hallo."
"Hallo, [Name]. Bisakah kau datang kemari?" tanya seseorang di seberang telepon.
Kau mengernyit saat menangkap kebisingan di latar belakang. "Kau dimana?"
"Haven club. Hyunjin mabuk. Bisakah kau datang? Tolong."
Kau kembali menghela napas sebelum berkata. "Felix, kau tahu aku dan Hyunjin sudah putus. Bawa saja dia pulang ke asrama."
"Chan Hyung akan marah jika Hyunjin pulang dalam keadaan mabuk. Tolong, [Name]. Kau satu-satunya harapanku." Felix terdengar putus asa.
"Jadi kalian mabuk-mabukan tanpa sepengetahuan Chan?"
"Hanya Hyunjin. Aku tidak mabuk," jawab Felix cepat. "Tadinya aku hanya mengajak Hyunjin keluar untuk mencari udara segar karena aku merasa dia sangat tertekan akhir-akhir ini. Aku tidak menyangka kami akan berakhir di club malam."
Kau memijat pangkal hidungmu saat tiba-tiba kepalamu terasa sangat pusing. "Baiklah. Aku akan tiba disana dalam 30 menit," jawabmu pada akhirnya.
"Oh, Tuhan. Terimakasih, [Name]. Aku mencintaimu!"
"Hn." Hanya itu balasanmu sebelum menutup panggilan.
Kau tidak tahu apa yang merasuki Hyunjin hingga ia berakhir di tempat itu. Syukurlah club yang mereka datangi adalah club eksklusif yang pastinya sangat menjaga privasi pelanggannya. Apalagi seorang publik figur seperti halnya Hyunjin dan Felix.
Felix mengatakan bahwa Hyunjin terlihat tertekan akhir-akhir ini.
Apakah putusnya hubungan kalian sangat mempengaruhi Hyunjin?
Kau mendengus. Begitu yakin bahwa hal itu tidaklah mungkin.
Menyingkirkan pikiran-pikiran bodoh yang mulai berseliweran di kepalamu, kau bergegas untuk pergi ke tempat dimana Hyunjin dan Felix berada. Naskah novelmu bisa menunggu. Kau hanya berharap editormu akan dalam suasana hati yang baik hingga dia tidak akan menerormu untuk segera menyelesaikan pekerjaanmu.
.
.
.
.Sesuai apa yang kau katakan, kau tiba di club 30 menit kemudian. Felix terlihat sangat bahagia begitu dia melihatmu. Bocah Australia itu memelukmu sejenak sebelum mencoba membangunkan Hyunjin yang ternyata tertidur dengan pulas.
Memperhatikan apa yang Felix lakukan, matamu tanpa sengaja menangkap jejak airmata di wajah Hyunjin yang terlelap. "Dia menangis?" tanyamu tanpa melepas tatapan dari mantan kekasihmu.
Felix menghela napas sebelum mengangguk mengiyakan. "Hyunjin menangis seraya terus memanggil namamu."
Kau diam tak menjawab dan memilih untuk meminta Felix membawa Hyunjin ke mobilmu.
Dengan sedikit usaha, akhirnya kalian berhasil memasukkan Hyunjin ke mobilmu dan menempatkannya di kursi penumpang. Setelah selesai memasangkan seat belt dengan benar, kau menoleh pada Felix. "Aku akan membawanya ke tempatku. Bagaimana denganmu? Butuh tumpangan?"
"Aku akan naik taksi. Hati-hati saat mengemudi, dan maaf merepotkanmu," ucap Felix merasa tidak enak.
"Kau harus mentraktirku makan sebagai balasannya."
Kalimatmu mendapat anggukan antusias dari Felix. Senyum secerah mentari menghiasi bibir pemuda berhelai pirang itu.
Memberinya senyum untuk yang terakhir kali, kau lantas memasuki mobilmu dan segera tancap gas dari tempat itu.
Felix masih berdiri disana. Matanya tak lepas dari mobilmu yang semakin menjauh. Helaan napas lolos dari celah bibirnya kala ia berbalik dan mulai berjalan pulang. Sebenarnya tidak masalah Felix membawa Hyunjin pulang ke asrama. Chan mungkin akan memarahi mereka, tapi tidak sampai fatal seperti apa yang Felix katakan padamu.
Putusnya hubunganmu dengan Hyunjin tentu saja sudah sampai ke telinganya. Hyunjin sendiri yang mengatakan itu pada Felix. Bahkan Hyunjin mengatakan alasan kenapa dia memilih untuk mengakhiri hubungan kalian. Hal yang tidak Hyunjin beritahukan padamu.
Felix tahu Hyunjin merindukanmu. Alasan kenapa Hyunjin terlihat pendiam dan tertekan akhir-akhir ini pun Felix tahu. Itu semua karena kamu. Karena Hyunjin sangat mencintaimu. Dan dengan terpaksa mengakhiri semua kisah denganmu tentu saja akan sangat menyakitinya.
Felix hanya berharap, apa yang dia lakukan akan sedikit mengobati luka hati sahabatnya. Meski hal itu mungkin akan membuatmu tidak nyaman.
*****
Kau menyesal tidak meminta Felix untuk ikut bersamamu karena membawa Hyunjin yang tidak sadarkan diri ke apartement-mu tentu saja tidak mudah dilakukan sendirian.
Untunglah area apartment-mu sepi, hingga tidak akan ada yang menangkapmu tengah membawa Hyunjin Straykids; seorang idol terkenal ke tempat tinggalmu.
Setelah beberapa saat yang menurutmu sangat panjang, kau akhirnya berhasil sampai ke pintu apartment-mu di lantai 3. Menjaga langkahmu agar tidak tersandung, kau membawa Hyunjin ke satu-satunya kamar yang ada di tempatmu.
Tubuh tak sadarkan diri Hyunjin memantul begitu kau menjatuhkannya ke atas tempat tidur. Hyunjin masih tidak bergerak layaknya orang mati ketika kau melepas sepatunya.
Kau berdiri disana selama beberapa saat sebelum duduk di pinggiran tempat tidur, tepat di samping Hyunjin yang masih terlelap. Kau tidak bisa menahan matamu untuk tidak memandangi wajah pucatnya yang memerah karena alkohol serta rambutnya yang semakin memanjang. Sekarang warna rambutnya adalah peach pink. Hyunjin memang sering berganti warna rambut. Masih menjadi misteri kenapa rambutnya masih tetap bagus dan sehat meski sudah dipakaikan berbagai jenis pewarna rambut.
Tanpa sadar, tanganmu terangkat untuk menyingkirkan helaian rambut di wajah cantik Hyunjin. Bohong jika mengatakan bahwa kau sudah melupakan Hyunjin. Dua tahun tentu bukanlah waktu yang singkat. Meski hubungan itu kalian lakukan secara sembunyi-sembunyi. Hanya anggota Straykids yang mengetahuinya. Kau tidak mempermasalahkan hal itu, karena kau tahu pasti sangat sulit bagi seorang idola untuk terbuka tentang masalah asmaranya. Entah takut tidak bisa diterima oleh penggemar atau akan ada tentangan dari agensi.
Agensi Hyunjin memang sudah mencabut larangan kencan untuk semua artisnya, namun tetap saja jika memang ada yang menjalin hubungan, hal itu jangan sampai terekspos oleh media apalagi sampai ke telinga para penggemar.
Kau yang mengira hubunganmu dan Hyunjin akan baik-baik saja ternyata salah besar. Karena 2 bulan yang lalu, Hyunjin tiba-tiba memutuskan hubungan kalian begitu saja. Tanpa sedikit pun memberimu alasan keputusannya tersebut.
Kau tentu saja sedih, terpuruk dan kecewa. Sebulan penuh kau ditemani oleh perasaan-perasaan itu, hingga akhirnya kau mencoba untuk menerima dan berdamai dengan luka hatimu. Mungkin saja keputusan yang diambil Hyunjin memang yang terbaik untuk kalian.
Naskah yang tidak kau sentuh selama satu bulan kini menjadi perioritasmu. Mungkin dengan bekerja kau bisa dengan cepat melupakan Hyunjin.
Tapi sialnya, itu tidak berhasil. Sama sekali. Kau masih saja memikirkan dia.
Kau kadang merasa iri pada Hyunjin karena dia bisa dengan mudahnya 'move on' darimu. Di saat kau meratapi lukamu, Hyunjin dengan semangatnya pergi keliling dunia dalam 'World Tour Maniac' bersama anggotanya.
Hal yang tidak kamu tahu, Hyunjin sama terlukanya seperti dirimu.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAME SERIES || H. Hyunjin [√]
FanficSepenggal cerita dibalik sebuah nama Hyunjin x Reader Disclaimer : Hyunjin © Straykids Story by aidasenju