06. Bertemu Zidan

31 17 0
                                    

Happy Reading!

• • •

Di Minggu pagi ini cuaca sangat mendukung untuk melakukan jogging. Lumina sudah siap dengan celana legging dan juga baju kaus tidak lupa topi yang bertengger manis di kepalanya. Ia berlari kecil mengelilingi taman di area sekitar apartemen miliknya, sesekali ia menyapa orang yang ia lihat. Lumina mengusap peluh di keningnya lalu ia membuka tutup botol yang sedari tadi ia pegang.

Lumina berjalan menuju sebuah kursi berwarna cokelat dan duduk, ia menghela napas pelan sembari melihat sepasang suami-istri yang terlihat sudah berumur enam puluhan. "Romantis banget," celetuknya pelan saat melihat si suami mengikat tali sepatu istrinya.

Ia melirik jam tangannya dan menunjukan pukul setengah delapan. Gadis itu berdiri dan berjalan menuju keluar area taman, ia melihat sekeliling dan tersenyum saat menemui kedai bubur ayam langganannya.

Langkah kakinya masuk ke dalam kedai dan mengambil tempat duduk di sebelah seorang pria yang terlihat asyik menyantap bubur ayamnya. Lumina memesan satu bubur ayam beserta teh hangat, ia mengambil ponsel dan membalas pesan teman-temannya.

"Makasih, Bang," katanya, lalu ia mengaduk bubur ayam itu agar semua bumbunya tercampur.

"Berarti kamu tim bubur ayam yang diaduk?" sela tiba-tiba pria yang duduk di sebelah Lumina, hal itu sontak membuat Lumina terkejut dan menatap pria itu sengit.

Gerald tersenyum tipis melihat reaksi berlebihan Lumina, ia melihat buburnya yang kebetulan tidak diaduk.
Lumina mendengus ia mengabaikan Gerald dan kembali fokus untuk memakan buburnya, ia meminum sedikit teh hangat lalu kembali menyantap bubur itu. Dalam hati Lumina mengumpati Gerald yang masih saja mencuri-curi pandang kepada dirinya, hal itu cukup membuat ia risih. Ia tidak menyangka kalau bertemu dengan Gerald hari ini.

Lumina melirik Gerald. "Kenapa kamu lihat-lihat aku terus?"

Gerald terkekeh ia mengambil tisu dan menyeka mulutnya. "Aku punya mata." Pria itu memutar tubuhnya menghadap Lumina. "Mataku juga tahu pemandangan mana yang pantas untuk dilihat," lanjutnya selambil mengedipkan mata kirinya ke Lumina.

Gadis itu langsung terbatuk dan bergegas mengambil air yang di dekatnya.
"Buaya!" Gerald terperanjat lalu ia tertawa. Ia memperhatikan Lumina, sesekali tersenyum kecil.

Makanan Gerald telah habis diiringi oleh Lumina yang hendak berdiri, ia melihat mangkok Lumina yang masih tersisa setengah. Gerald mengernyit dan mengikuti langkah gadis itu ke penjual bubur ayam.

Gerald dengan sigap membayar makanan mereka, tentu saja di protes oleh Lumina dan tidak terelakkan tatapan sinis langsung menghujam Gerald.

"Maksud kamu apa bayar makanan aku?!" tanya Lumina dengan nada ketus, ia menyilangkan tangan disertai dengan dagu yang sedikit terangkat.

Keduanya berdiri di depan kedai itu, mengabaikan pengunjung yang melihat mereka. Lumina mematung saat mendengar Gerald hendak membayar. Sedangkan si penjual hanya tertawa kecil dan mengatakan kalau rezeki itu tidak boleh ditolak.

"Apalagi yang mau diprotes, hm?" tutur Gerald pelan. "Lagian udah dibayar juga, 'kan nggak mungkin diminta lagi sama orangnya." Dalam hati Lumina menyetujui perkataan Gerald.

Lumina mendengus dan melangkah meninggalkan Gerald, di belakang Lumina pria itu menahan senyuman ia hanya memandang Lumina dari belakang. Kerutan samar di kening Gerald menunjukan bahwa pria itu terlihat bingung atau keheranan, ia menatap punggung Lumina yang memasuki area gedung apartemen di mana tempat ia tinggal.

"Apa dia tinggal di sini?" gumamnya.

Sebelum masuk ke dalam gedung Lumina berbalik arah menjadi melihat Gerald, ia menghela napas dan memicingkan matanya sejenak.
"Kenapa kamu ikut masuk ke dalam gedung ini? Nggak mungkin kamu juga tinggal di sini 'kan! Aku rasa pertemuan kita hari ini cukup sampai di sini!" Perkataan Lumina terdengar mutlak.

The Law Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang