07. Akting Sebagai Pacar

36 16 0
                                    

Happy Reading!

• • •

Gladis mengetik segala laporan dari Delisa dan manajernya, Lumina mendengar dengan saksama dan sesekali ia akan mengangguk.

Wajah Delisa terlihat pucat sudah dipastikan kalau dirinya begitu terguncang, posisi kamera itu terletak begitu strategis sehingga membuat seluruh ruangan ganti terlihat jelas. Delisa begitu khawatir sebab ia sering mengganti pakaian di dalam ruangan itu.

"Tapi, apa kamu benar yakin jika pria ini adalah pelakunya?" tanya Lumina sekali lagi. Ia harus mendapat jawaban pasti sebab ia tidak mau menuduh sembarangan orang dan malah berbalik tuntutan kepada dirinya.

Diangguki oleh sang manajer, ia memperlihatkan rekaman CCTV di ponselnya. Terlihat seorang pria mengendap-endap masuk ke dalam ruang ganti Delisa dan menutup pintu ruangan itu, lalu si pria keluar kembali dan bergegas berlari menjauhi ruangan. "Bahkan pihak kami mendapat kabar kalau Bara menghilang sejak tadi malam, satu agensi sudah mendengar kabar itu pada Minggu pagi. Beberapa dari mereka ada ikut serta mencari keberadaan pria itu." Lumina menatap putaran vidio itu dengan serius.

"Satu-satunya Bara-lah yang perlu dicurigai, karena orang-orang di agensi juga kaget dan langsung mengatakan bahwa mereka bukanlah pelakunya. Apalagi satu saksi mengaku melihat pada malam itu memang Bara masuk ke ruangan." Manajer Delisa mengatakan dengan tegas, tapi dalam hati ia merasa kalut dengan kejadian ini. "Saksi itu juga mengetahui aksi Bara yang tidak sengaja melihat Bara membawa kamera kecil, lalu mengantonginya dan masuk ke dalam ruangan Delisa."

Lumina menatap Delisa dan Miska—manajer Delisa—bergantian. "Saksi ini bisa menjadi bukti saat dipengadilan nanti. Jadi, siapa saksi ini?"

Miska menghela napasnya. "Manajer Bara." Lumina mengangguk.

"Oke, karena semua laporan sudah lengkap dan besok saya akan mulai memproses dan memasukan laporan tuntutan kepihak kepolisian." Lumina berucap tegas, walapun kliennya kali ini adalah sahabatnya sendiri maka ia harus tetap bersikap profesional.

Delisa mengangguk lesu ia merasa begitu cemas, Lumina tersenyum kecil dan mengusap tangan Delisa yang berada di atas meja. "Jangan khawatir, gue akan bantu lo dan mencobloskan pria itu ke penjara." Saat ini Lumina berbicara sebagai sahabat bukan sebagai pengacara.

Ia juga ikut merasa khawatir akan mental Delisa, sejak tadi tidak ada raut wajah ceria atau senyuman kecil terpatri di wajah cantik Delisa.

Delisa sontak menangis, ia sesugukan dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Lumina berdiri lalu memeluk Delisa, ia diam tapi tangannya mengelus punggung dan kepala Delisa.

"Gue takut! Pasti dia udah lihat tubuh gue!" Delisa membalas pelukan Lumina.

"Jangan cemas, pria itu akan membayar apa yang telah dia perbuat!"

• • •

Mobil Gerald berhenti tepat di basement gedung firma hukum tempat Lumina bekerja, hari ini ia ada pertemuan dengan Pak Wira dalam membahas proyek mereka. Ia hendak membuka pintu mobil akan tetapi ia urungkan sebab ia melihat Delisa keluar dari lift dengan wajah sembab dan dirangkul oleh seorang perempuan yang Gerald tebak adalah asisten atau manajer, lalu disusul oleh Lumina.

Gerald menatap mereka dengan heran, menerka akan kedatangan Delisa ke sini. Ah, ini akan menjadi trending topik untuk Tirta! Ia menyeringai. Pandangan Gerald masih tertuju kepada mereka sampai pada akhirnya mobil Delisa meninggalkan area firma hukum lalu bertepatan kedatangan Zidan yang membawa roti beserta kopi.

"Pria itu," ucap Gerald, matanya menyipit kecil.

Gerald terkekeh saat melihat Lumina menolak roti beserta kopi yang diberikan Zidan, sangat disayangkan Gerald tidak bisa mendengar percakapan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Law Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang